Laman

Bagaimana perawat yang baik menurut Islam?

Karena jumlah pasien yang sangat banyak dalam rumah sakit, pada umumnya dokter mempunyai waktu yang sangat pendek untuk memeriksa dan memantau perkembangan kesehatan pasiennya. Di rumah sakit dokter hanya berfungsi untuk menetapkan diagnosis, melakukan pembedahan, menetapkan obat yang sesuai, dan mengontrol perkembangan penyakit dan kesehatan pasien. Dokter tidak mempunyai cukup waktu untuk lebih lama berbicara dengan pasien maupun dengan keluarga pasien, karena banyak pekerjaan lain menunggunya. Kemudian banyak pekerjaan dalam perawatan pasien diserahkan kepada para perawat.

Perawat adalah suatu profesi kedokteran dengan fungsi utama untuk membantu dokter dalam menangani pasien, antara lain:
  1. Menerima instruksi tentang obat, diet, dan sebagainya
  2. Mencatat secara teratur tensi darah, denyut nadi, atau suhu tubuh pasien
  3. Memperhatikan keadaan emosi pasien: apakah tidurnya tenang, gelisah, atau bahkan tidak dapat tidur sama sekali? Apakah pasien sering batuk, berapa kali buang air besarnya dalam sehari, bagaimana warna air kencingnya, dan sebagainya.
  4. Membantu memberi makan pasien yang tidak mampu makan sendiri, minum, mandi, menukar pakaian, menjaga kebersihan, mengganti perlengkapan tidur, dan sebagainya
  5. Membantu melatih berjalan bagi pasien yang menderita penyakit lumpuh, atau bagi pasien yang baru sembuh setelah lama terbaring di ranjang rumah sakit.
  6. Menyiapkan bahan-bahan untuk diperiksa di laboratorium, seperti darah, dahak, air kencing, atau tinja pasien kalau diperlukan.
  7. Menjelaskan kepada dokter sewaktu visitasi (kunjungan) tentang perkembangan kesehatan pasien.
Pada umumnya perawat inilah yang mempunyai banyak waktu bergaul mengawasi pasien, menolong pasien, dan mendengarkan keluhan mereka. Tidak saja yang berhubungan dengan keadaan di rumah sakit, tetapi juga yang berhubungan dengan keluarga pasien. Dia jauh lebih akrab dengan penderita daripada dokternya. Oleh karena itu sebagai perawat, dia harus dapat menenangkan pasiennya, menanamkan bahwa ALLOH Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan menyembuhkan penyakitnya. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat iman pasien dan mempercepat proses penyembuhan penyakitnya.

Selain itu perawat harus menjadi penghubung antara pasien dengan dokter, dan sekaligus juga penghubung antara dokter dengan keluarga pasien. Dia dapat berbuat baik kepada keluarga pasien yang tentu ikut cemas dan gelisah ingin mengetahui tentang penyakit saudaranya, dan kemudian memberikan keterangan tentang penyakit yang diderita pasien dan dapat memberikan nasihat kepada mereka agar bersabar dalam menghadapi semua cobaan ini.

Mengingat tugas yang sangat luhur dan mulia ini, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang psikologi pasien, sehingga ia dapat memahami tingkah laku penderita, dan dapat pula menyampaikan kondisi yang diderita oleh pasiennya, baik kepada pasien sendiri maupun kepada keluarganya dengan cara yang bijaksana. Terutama sekali perawat harus lebih banyak mengetahui tentang ajaran agama islam, sehingga perawat akan menjaga pasien yang kritis dengan sabar, sambil membaca surat Ya Sin, atau mentalqinkan pasien untuk membaca laa ilaha illallah ke dekat telinga pasien sehingga bila pasien meninggal, dia akan menemui Tuhan-nya dengan kalimat tauhid sebagai tanda orang yang memperoleh khusnul khatimah (akhir yang baik).

Begitu luhurnya tugas seorang perawat, betapa banyak amal kebaikan yang dapat dilakukannya. Oleh karena itu, islam telah menetapkan beberapa sifat terpuji bagi manusia. Sifat-sifat itu niscaya harus dimiliki oleh para dokter dan perawat muslim, karena orang yang merawat orang sakit haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
  1. Tulus ikhlas
    Orang yang tulus ikhlas adalah orang yang berhati bersih dan benar-benar terbit dari hati yang suci, jujur, tidak berpura-pura, dan hanya mengharap keridhaan ALLOH semata. 
    ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman: “Mereka hanya diperintahkan untuk mengabdikan diri kepada ALLOH dengan ikhlas dan lurus mengerjakan agama karena Dia” (Q. S. 98: 5) 
    “Mereka memberi makan orang miskin, yatim, dan tawanan perang, sedangkan mereka sendiri masih memerlukan makanan itu. Kami hanya karena ALLOH memberi makan kamu, dengan tidak mengharapkan balasan dan terima kasih dari kamu (kata mereka)” (Q. S. 76: 8-9) 

    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya segala perbuatan itu dengan niat, dan sesungguhnya tiap-tiap seseorang itu mendapat sesuatu hanya menurut niatnya” (H. R. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i, dari Umar bin Khoththob) 
    “Sesungguhnya ALLOH ‘assa wa jalla tidak menerima suatu amal perbuatan jika tidak disertai dengan keikhlasan, dan mengharapkan kerihoan-NYA” (H. R. Abu Dawud dan Nasa’i)  

    Adanya harapan untuk mendapatkan hasil dari sesuatu pekerjaan tidak bertentangan dengan sifat-sifat tulus ikhlas di atas, karena Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda, “Bahwasanya harapan itu rahmat dari ALLOH bagi umatku. Kalau tidak ada harapan tidaklah seorang ibu menjuruskan anak, dan tidak ada seorangpun akan menanam sebatang pohon” (H. R. Al-Khathib dari Anas bin Malik)

  2. Penyantun
    Penyantun ialah orang yang halus perasaan, baik budi bahasa dan lakunya, orang yang suka menaruh belas kasihan dan lekas merasakan kesukaran orang lain; turut berduka cita dengan orang yang kesusahan, serta suka menolong orang lain dengan sekuat tenaga. 
    ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya rahmat ALLOH itu dekat kepada orang yang berbuat kebajikan” (Q. S. 7: 56) 

    “Tutur bahasa yang baik dan pemaaf lebih utama daripada pemberian yang diiringi dengan sesuatu yang menyakiti. Dan ALLOH Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Q. S. 2: 263) 

    Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Setiap orang yang menyantuni disantuni oleh ALLOH Yang Maha Penyantun. Santunilah orang yang di bumi, niscaya yang di langit menyantuni kamu” (H. R. Tirmidzi dan Abu Dawud) 

    “Orang yang tidak menyantuni manusia tidak disantuni oleh ALLOH” (H. R Bukhori, Muslim, dan Tirmidzi)

  3. Peramah
    Orang yang bertabiat ramah adalah orang yang baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan. 
    ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman: 
    “Maka karena rahmat ALLOH-lah engkau berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya engkau berlaku kasar dan berhati bengis, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekitarmu” (Q. S. 3: 159) 

    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Senyuman terhadap saudaramu adalah kebajikan” (H. R. Tirmidzi) 

    “Sesungguhnya kamu tidak dapat melapangkan manusia dengan hartamu, tetapi manis-muka dan baik-budimulah yang dapat melapangkan mereka (H. R. Abu Ya’la)

  4. Sabar
    Orang yang sabar di antaranya adalah orang yang tidak lekas marah dalam mengerjakan sesuatu, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati. 

    ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sungguh orang yang sabar dan pemaaf adalah pekerjaannya itu termasuk pekerjaan yang sangat perlu dipelihara” (Q. S. 42:43) 
    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Seorang muslim yang bergaul dengan orang lain, dan sabar menghadapi perbuatan mereka yang menyakiti, lebih utama dari seorang muslim yang tidak bergaul dan tidak sabar” (H. R. Tirmidzi dan Abu Huroiroh) 

    “Sebaik-baik senjata orang mukmin adalah sabar dan doa” (H. R. Ad-Dailami dari Ibu Abbas)  

  5. Tenang
    Orang yang tenang di antaranya adalah orang yang tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan seuatu pekerjaan. 

    Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Tetaplah kamu bersifat tenang” (H. R. Thabrani dan Baihaqi) 

    “Bila engkau melakukan sesuatu pekerjaan, hadapilah dengan tenang, hingga ALLOH menunjukkan kepada engkau jalan keluar (dari kesulitanmu)” (H. R. Bukhori)

  6. Teliti
    Orang yang teliti adalah orang yang hati-hati, saksama, cermat, dan rapi. 

    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ALLOH Ta’ala menyukai bila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan supaya dilakukannya dengan teliti” (H. R. Baihaqi, Abu Ya’la, dan Ibnu ‘Asakir dari Siti Aisyah r.a) 

    “Bila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan, hendaklah dia mengerjakannya dengan teliti, karena yang demikian itu meyenangkan hati si penderita (H. R. Ibnu Sa’ad dari ‘Atha)

  7. Tegas
    Orang yang tegas adalah orang yang tentu dan pasti, dan tidak ragu-ragu lagi dalam mengerjakan sesuatu. 

    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Bila ada keraguan dalam hatimu, tinggalkanlah” (H. R. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Abu Umamah) 

    “Abu Sa’id meriwayatkan, bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Nabi Muhammad shollalohu ‘alayhi wa sallam dan berkata, ‘Saudaraku sakit perut.’ Nabi bersabda, ‘Minumkanlah madu!’ Kemudian dia datang kedua kalinya, dan Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Minumkanlah madu!’ Kemudian dia datang lagi seraya berkata, ‘Sudah kukerjakan!’ Nabi bersabda, ‘Benarlah ALLOH dan berdustalah perut saudaramu, minumkanlah madu!’ Maka diminumkannyalah madu dan lantas dia sembuh” (H. R. Bukhori)

    Hadits ini menyatakan bahwa si penanya merasa ragu-ragu memberikan obat (madu), tetapi Nabi tetap tegas menyuruhnya meminumkan madu tersebut kepada saudaranya yang sedang sakit itu.

  8. Patuh
    Orang yang patuh adalah orang taat pada perintah dan aturan, baik yang diberikan oleh agama maupun oleh atasan. 

    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Anas bin Malik meriwayatkan, bahwa Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Dengarkanlah dan patuhilah, walaupun yang dijadikan pemimpin atasmu seorang budak hitam’” (H. R. Bukhori) 

    “Abdulloh bin Umar r.a. bersabda, ‘Mendengarkan dan mematuhi wajib atas seorang islam dalam hal-hal yang disukainya atau tidak, selama dia tidak diperintahkan melakukan maksiat (pelanggaran hukum). Bila dia diperintahkan melakukan maksiat, maka tidak boleh dia mendengarkan dan mematuhinya” (H. R. Bukhori, Muslim, dan Abu Dawud)

  9. Bersih
    Orang yang bersih adalah orang jelas, rapi, apik, dan suci. 

    ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman: “ALLOH menyukai orang-orang yang bersih” (Q. S. 9: 108) 

    “Pakaianmu bersihkanlah” (Q. S. 74: 4) 

    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ALLOH Ta’ala baik, menyukai kebaikan. Ia pemurah, menyukai kepemurahan. Ia pemberi, menyukai kedermawanan. Maka bersihkanlah pekaranganmu” 

    “Jabir bin Abdulloh meriwayatkan, bahwa Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam melihat seorang laki-laki dengan rambut kusut masai, lalu beliau bersabda, ‘Apakah orang ini tidak mempunyai sesuatu untuk merapikan rambutnya?’ Dan beliau melihat laki-laki lain, pakaiannya kotor, lalu beliau bersabda, ‘Apakah orang ini tidak mempunyai sesuatu untuk mencuci pakaiannya?’” (H. R. Abu Dawud)

  10. Penyimpan rahasia
    Orang yang bertugas merawat orang sakit haruslah pandai menyimpan rahasia pasiennya, terutama kepada orang yang tidak berkepentingan. Sebab kemungkinan besar hal itu akan membuka aib diri pasien atau keluarganya, dan mungkin juga akan mengeruhkan suasana sehingga dapat memperburuk kesehatan pasiennya. 

    ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman: “ALLOH tidak menyukai orang yang mengeluarkan kata-kata keji (menyebutkan dan menyebarkan keaiban orang lain) kecuali bila ia dianiaya” (Q. S. 4: 148) 

    “Sesungguhnya orang-orang yang menyukai tersiarnya kekejian pada orang-orang yang beriman, untuk mereka siksa yang pedih di dunia dan di akhirat” (Q. S. 24: 19) 

    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menyimpan rahasia (keaiban) temannya, ALLOH menyimpan pula rahasianya di hari kiamat. Dan barangsiapa membuka rahasia temannya sesama muslim, ALLOH membukakan pula rahasianya, hingga ALLOH memberi malu dia dalam rumah tangganya” “Barangsiapa menyimpan rahasia (keaiban), seakan-akan dia menghidupkan kembali anak yang dikubur hidup-hidup” (H. R. Abu Dawud dan Nasa’i) 

    “Bila seseorang menutup rahasia (keaiban) orang lain di dunia, pasti ALLOH menutup pula rahasia (keaiban)nya di hari kiamat” (H. R. Muslim dari Abu Huroiroh)

  11. Dapat dipercaya
    Seorang perawat harus menjadi orang yang dapat dipercaya, baik oleh dokter, pasien, atau keluarga pasien. 

    ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sungguh berbahagialah orang-orang yang beriman yaitu yang khusuk dalam sembahyang, yang meninggalkan segala yang sia-sia, yang menunaikan zakat, yang memelihara kehormatannya selain kepada istri atau hamba sahayanya, buat ini mereka tidak tercela. Barangsiapa menghendaki selain dari itu, maka adalah mereka melampaui batas, yang memelihara amanat dan menetapi janji, yang menetapi segala sembahyangnya. Mereka itu memperoleh surga firdaus, di mana mereka akan kekal selama-lamanya” (Q. S. 23: 1-11) 

    “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati ALLOH dan Rosul-NYA, dan janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepada kamu, sedangkan kamu mengetahui” (Q. S. 8: 27) 

    “Sesungguhnya ALLOH memerintahkan kamu supaya menyampaikan segala amanat (yang dipercayakan) kepada yang berhak” (Q. S. 4: 48) 

    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Anas meriwayatkan, bahwa dalam khutbah atau pidatonya, Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam selalu bersabda, ‘Tidak ada iman pada orang yang tidak dapat dipercaya, tidak memelihara amanat, dan tidak ada agama pada orang yang tidak menepati janji” (H. R. Ahmad)

  12. Bertanggung jawab
    Seorang perawat haruslah bertanggung jawab dalam merawat pasiennya sesuai dengan tugas yang diembannya. 

    ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan janganlah engkau menuruti apa-apa saja yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati itu masing-masingnya akan dimintai pertanggungjawabannya” (Q. S. 17: 36) 

    Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ALLOH akan memeriksa setiap orang tentang urusan yang dipertanggungjawabkan kepadanya, apakah diurusnya dengan baik atau disia-siakannya, sehingga pertanggungjawaban terhadap keluarga/ rumah tangganya pun akan diperiksa juga. (H. R. An-Nasa’i dan Ibnu Hibban dari Anas bin Malik) 

    “Tiap-tiap kamu adalah pemimpin/ pengurus, dan tiap-tiap kamu bertanggung jawab atas pimpinan/ urusannya; kepala negara adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas pimpinannya. Suami adalah pemimpin atas keluarganya dan ia bertanggung jawab atas pimpinannya. Istri adalah pengurus dalam rumah tangganya, dan dia bertanggung jawab atas urusannya. Pelayan adalah pengurus harta benda majikannya, dan dia bertanggung jawab atas urusannya. Laki-laki adalah pengurus harta benda orang tuanya, dan dia bertanggung jawab atas urusannya. Ringkasnya, tiap-tiap kamu adalah pemimpin/ pengurus dan bertanggung jawab atas pimpinan/ urusannya” (H. R. Ahmad, Bukhori, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi dari Ibnu Umar)
Dikutip langsung dari buku “Bimbingan Ruhani bagi Pasien” karya Yayasan Kesehatan Ibnu Sina bekerja sama dengan Dompet Dhuafa Republika diterbitkan oleh Al-Bayan, Kelompok Penerbit Mizan cetakan Agustus 1995. Temuan tidak sengaja di tumpukan buku obral. Semoga bermanfaat bagi para perawat maupun calon perawat atau siapapun yang membaca tulisan ini.

Allohu a’lam...

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Boi... blog ane pindah alamat. sekarang di www.noegraha.co.cc. ente dapet salam dari Oki, katanya jangan lupa QL. wekekek...

zenmuhammad mengatakan...

Hmm... Sip!!!

Anonim mengatakan...

semoga semua dapat mengambil hikmah'a dan dapat melaksanakan di keseharianya.. amien..

Akhid Nur Setiawan mengatakan...

Ivan> Ayo salling membangunkan QL, hehe...

ZenMa> Sipp!! v^_^

Anonim> Aamin...

Posting Komentar