Laman

Tiga Macam Kencan

Anda tertarik dengan judul di atas? Kira-kira apa yang akan kita bahas dalam tulisan ini? Silakan bepersepsi, saya hanya akan menulis apa yang ada dalam benak saya, berharap pembaca bisa mengambil ibroh dari tulisan ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna kencan adalah janji untuk saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditentukan bersama (antara teman, muda-mudi, kekasih). Pernah suatu kali saya ingin bertemu dengan seorang ukhti untuk menyelesaikan keperluan kuliah. Saking terjaganya beliau, beliau tidak mau janjian ketemu di mana dan jam berapa. Katanya, “Kalau ALLOH menghendaki kita ketemu insya’alloh pasti dipertemukan, nanti ndak kaya orang janjian”. Dan akhirnya memang kami bisa bertemu di tempat dan waktu yang tidak kami tetapkan sebelumnya.

Sengaja saya membuat intro tulisan seperti itu, tapi sebenarnya saya tidak akan membahas masalah kencan antarlawan jenis. Lalu tentang apa? Ya, masih tentang kencan tapi berhubungan dengan ibadah yang dilakukan umat Islam pada bulan Dzulhijjah. Benar sekali, pada bulan itu umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di kota Makkah untuk menunaikan ibadah hajji.

Suatu saat saya menemani bapak saya menghadiri acara pamitan haji sepasang suami istri calon jama’ah haji tahun 1429 H/ 2008 M di dusun Morangan. Lokasi acaranya adalah tepat di samping timur candi Morangan yang nampak bubrah. Setelah sholat jumu’ah kami berangkat dan sampai sana acara belum dimulai bahkan para tamu baru berdatangan. Pada sekitar pukul dua siang acara dimulai oleh MC.

Tiga macam kencan yang saya maksud adalah apa yang disampaikan oleh Kiyai yang mengisi pengajian pamitan haji pada waktu itu. Entah diambil dari mana sumber hikmah ini tapi yang jelas ini bisa mengingatkan jama’ah haji agar meluruskan niat mereka ketika sudah memantapkan diri akan berkunjung ke baitulloh.

Wong munggah kaji kuwi ono werno telu (untuk lebih mudahnya difahami, saya akan memakai bahasa Indonesia). Yang pertama adalah panggilan malaikat maut, jadi berangkat ke sana tapi tidak pernah pulang karena di sana sudah kencan dengan malaikat Izroil. Yang kedua adalah panggilan ALLOH, benar-benar ibadah karena ALLOH dan menjadi haji yang mabrur (Lalu Kiyai itu mendoakan sepasang suami istri yang pada hari itu berpamitan akan berangkat haji). Nah, yang ketiga adalah panggilan setan, pergi ke sana tidak benar-benar untuk beribadah tapi cuma tidur, yang lain memperbanyak ibadah tapi dia malah memperbanyak tidur, pergi haji hanya ingin membeli berbagai macam barang dan seperti rekreasi saja.

Tidak sama persis dengan ucapan Kiyai itu tapi intinya kira-kira seperti yang saya tulis di atas. Ada kalanya jama’ah haji tidak pulang ke tanah air karena meninggal di sana. Semoga mereka menjadi haji yang syahid... Ada jama’ah haji yang benar-benar menjalani haji sesuai yang dituntunkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan penuh harap ridho ALLOH. Semoga mereka menjadi haji yang mabrur... Ada pula jama’ah haji yang menjalani haji hanya untuk memuaskan hawa nafsu, agar disebut haji, agar bisa jalan-jalan, potret sana sini, beli itu ini, dan sebagainya. Semoga mereka menjadi haji yang diampuni...

Itulah tiga macam kencan yang saya maksudkan di judul tulisan ini, kencan jama’ah haji dengan malaikat maut, kencan dengan ALLOH, dan kencan dengan setan. Semoga jama’ah haji Indonesia yang menjadi jama’ah haji terbesar menjadi haji mabrur sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat di sekelilingnya serta bangsa Indonesia pada umumnya.

Cukuplah kiranya ibadah haji ini sebagai argumen bahwa sesungguhnya bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang kaya, terutama umat Islam. Tengoklah antrian jama’ah haji yang telah mendaftar. Jika kita mendaftar tahun ini (2008), bisa jadi baru berangkat pada tahun 2011 karena quota hingga tahun 2010 sudah hampir penuh. Apa ini tidak menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia sesungguhnya kaya dan mampu?

Allohu a’lam...

2 komentar:

Blog Admin mengatakan...

Artikel yang sangat dalam dengan analisis, menurutku lho...

Akhid Nur Setiawan mengatakan...

Hehe...

Posting Komentar