ALQOMAR PROJECT

Anda bisa memesan KAOS ALQOMAR dengan disein sebagai berikut:
Kaos tampak depan

Kaos tampak belakang

Content gambar

Bagi anda yang ingin pesan kaos ALQOMAR silakan mengirim pesan singkat ke nomor 0813 2888 4226 (Akhid Nur Setiawan) dengan format: PESAN KAOS#NAMA LENGKAP#ALAMAT LENGKAP#NOMOR HP#UKURAN KAOS (S/M/L/XL).
Harga kaos:
  1. Diambil sendiri di Jogja Rp 50.000,00 (bisa nego)
  2. Dikirim ke alamat Jawa Rp 100.000,00
  3. Dikirim ke alamat luar Jawa Rp 150.000,00
  4. Bagi yang sudah bekerja dianjurkan membeli dengan harga semahal-mahalnya :D
Uang bisa ditransfer ke nomor rekening yang akan diberitahukan setelah andamengirim pesan singkat pemesanan.
Sebagian kelebihan ongkos produksi dan ongkos kirim akan digunakan untuk infaq pengadaan MARKAZ DAKWAH DPD PKS SLEMAN.
Konfirmasi pemesanan PALING LAMBAT hari KAMIS 31 Desember 2009 pukul 16.00 WIB
Jazakumullohu khoiron katsiron...
NB: informasi MARKAZ DAKWAH DPD PKS Sleman bisa dilihat di: http://www.facebook.com/group.php?v=info&ref=search&gid=167361634129

Psikologi Massa, Opo Seh?

Suatu sore rombongan suporter sebuah kesebelasan pulang dari stadion sambil merayakan kemenangan tim kesayangan mereka. Sebagian dari mereka tidak memakai helm bahkan pada akhirnya bersama-sama menerobos lampu merah, para pengguna jalan lain tak punya nyali untuk melawan pelanggaran mereka. Sekelompok siswa putih abu-abu dengan berani menyerang sekelompok siswa dari sekolah lain, tak hanya batu, balok, rantai, gir, bahkan sampai senjata tajam mereka gunakan untuk "berperang". Berpuluh demonstran tanpa merasa bersalah merusak fasilitas umum. Itu beberapa contoh perilaku psikologis pada sekumpulan massa. Mereka jadi berani melakukan pelanggaran serta hal-hal membahayakan karena berkumpul dan mempunyai kesamaan nilai.

Apakah ketika suatu pelanggaran dilakukan oleh banyak orang lantas hal tersebut menjadi ma'fu atau tidak dikenai hukum? Wah, bisa gawat urusan kalau begitu. Korupsi bareng, sogok suap bareng, penjarahan, dsb, masak mau dibiarkan? Inilah kelemahan hukum dunia. Hukum Alloh di akhirat nanti tidak menghukumi massa tapi individu. Hubungan ayah anak tak lagi bermanfaat, suami istri, santri kiyai, semua itu tidak bisa membantu kita mempertanggungjawabkan perbuatan kita sendiri di hadapan Alloh.


Dalam sebuah pengajian seorang kiyai menceritakan pengalamannya ketika masih nyantri di sebuah pondok pesantren. Malam itu di pondok sedang ada acara peringatan harlah NU. Keramaian acara menggiurkan para santri untuk diam-diam "metu", keluar dari pondok yang sebenarnya merupakan perbuatan larangan bagi santri di pondok. Beliau berpikir, "Nek bareng-bareng paling rak yo ora diukum" (Kalo bersama-sama mungkin tidak akan dihukum) 

Apa yang terjadi ketika sekumpulan santri "bandel" itu kembali ke pondok? Ternyata pak kiyai sudah menghadang di jalan masuk pondok dan akhirnya semua santri yang melanggar aturan pondok tersebut dihukum masuk kolam dengan pakaian lengkap. Melanggar secara berjama'ah bukan berarti tidak akan mendapatkan 'iqob. Ini juga bermakna bahwa kebatilan yang umum dilakukan orang tetaplah kebatilan.


Mengikuti kebanyakan orang belum tentu benar. Segala sesuatu harus ada standar kebenarannya. Standar kebenaran dalam hidup ini tentunya Al-Qur'an dan As-Sunnah. Betapapun banyak manusia mengerjakan dan memaklumi suatu perkara, jika perkara tersebut merupakan bagian dari larangan Alloh maka sampai kiamat akan tetap menjadi larangan Alloh. Yang halal itu jelas halal dan yang haram itu jelas haram, kaidahnya tetap. Adapun di antara keduanya ada perkara syubhat, ini yang perlu kehati-hatian lebih.


Sebuah sajak jawa mengatakan, "Jamane jaman edan, yen ora melu edan ora keduman, nanging isih luwih bejo wong kang eling lan waspodo" 
Zamannya zaman gila, kalau tidak ikut gila tidak kebagian, tapi masih lebih beruntung orang yang ingat dan waspada. Akan ada suatu masa di mana keadaan dunia menjadi sangat kacau, halal jadi haram, haram jadi halal, kemaksiatan dan kerusakan merajalela, serta keadaan lain yang mengerikan. Pada saat itulah semua orang menjadi "gila" kecuali mereka yang tetap berpegang teguh pada kebenaran. Kebenaran dari Al-Qur'an dan As-Sunah bersifat mutlak, tidak dipengaruhi waktu dan tempat.


Kaidah "al-'aadatu muhakkamatun", suatu adat bisa menjadi (standar) hukum berlaku ketika Al-Qur'an dan As-Sunnah tidak menerangkan perkara mengenai hal tersebut. Kita ambil sebuah contoh dalam hal pernikahan. Kebiasaan orang Indonesia menikah dengan mahar seperangkat alat sholat. Apakah ini bid'ah? Rosululloh tidak pernah menetapkan mahar yang harus diberikan seorang laki-laki pada wanita calon istrinya. Jika adat kita membiasakan mahar berupa seperangkat alat sholat dan hal tersebut boleh-boleh saja dalam fiqh munakahat maka tidak perlu khawatir menjadi bid'ah ketika kita melestarikannya. Allohu a'lam...

Tidak semua psikologi massa membuahkan keburukan atau pelanggaran. Perintah Alloh agar kita berpegang teguh pada tali Alloh dan larangan berpecah belah berhubungan dengan psikologi massa yang baik. Kecintaan Alloh pada barisan yang rapi dan tersusun kokoh juga merupakan salah satu bentuk psikologi massa. Ketika suatu kelompok bertemu pasukan musuh maka kelompok itu dilarang mundur kecuali menyusun siasat atau menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, perintah pergi ke medan perang secara bersama-sama atau berkelompok-kelompok, perintah berjama'ah, larangan banyak berdebat, dsb menunjukkan bahwa psikologi massa juga mempunyai dampak baik. Mungkin kita ingat kisah para sahabat mengobok-obok sebuah selat karena salah satu dari mereka kehilangan barangnya di dalam air atau ketika para sahabat bersama-sama membersihkan gigi dengan siwak hingga pengintai dari pasukan musuh merasa takut.

Kesatuan kekuatan 'aqidah dan ukhuwah membuat para sahabat berani dan akhirnya menang dalam perang Badar meski jumlah musuh lebih banyak. Seorang Musa meminta Alloh mengutus Harun untuk menemaninya karena merasa takut menghadapi Fir'aun. Keduanya lalu meminta Alloh mengutus Bani Isroil bersama mereka. Dengan berjama'ah Islam merasa dan menjadi lebih kuat. Dengan berjama'ah pula pahala sholat menjadi berlipat-lipat.

Jika kita pernah menonton "Finding Nemo" kita pasti melihat adegan sekelompok ikan terjerat jaring nelayan. Nemo mempunyai ide untuk mengajak semua ikan berenang ke bawah. Akhirnya semua ikan berenang ke bawah bersama-sama hingga kayu penyangga jaring patah dan semua ikan kembali terbebas. Jama'ah mempunyai kekuatan dan pengaruh yang luar biasa. "Satu lidi tak bisa apa-apa, tapi jika dikumpulkan menjadi sapu, kotoran mana yang tidak bisa dibersihkan?" begitu kira-kira kata ustadz Rahmat Abdullah.

Bagai Air di Daun Talas

Kapan terakhir kali anda menggunakan peribahasa atau majas dalam bercakap-cakap? Menulis dengan perumpamaan? Sepertinya sudah lama sekali kata-kata indah dan nyastra tidak kita gunakan dalam hidup keseharian. Setidaknya SMA menjadi saat terakhir kali kita berkutat dengan pelajaran bahasa Indonesia dan sastra. Yah, kecuali mereka yang bergelut dalam dunia kata-kata.

Tidakkah kita sadar bahwa khasanah bahasa di negeri kita amat indah? Siapa kini pengusungnya? Pantun, pak Tifatul Sembiring seakan menjadi ikon pejabat yang cakap dalam merangkai sampiran dan isi dalam pidato-pidato dan berbagai pernyataannya. Ibu Megawati juga menjadi ikon pembuat perumpamaan-perumpamaan pedas bagi lawan politiknya. Ah, indah nian, rancak bana, AKU CINTA BAHASA INDONESIA!

Dalam gerimis isi kepalaku berjalan ke masa kecil ketika masih SD. Kelas dua atau tiga SD aku membuat karangan waktu THB (Tes Hasil Belajar). Ada empat gambar petani acak dari membajak, menanam padi, memanen, serta mengolah hasil pangan yang harus dirangkai menjadi sebuah cerita. Rupanya aku terlalu banyak menggunakan kata "lalu".

Masih di usia SD, bermodal sebuah radio tua aku sering merekam acara kirim-kiriman pantun di salah satu stasiun radio lokal lalu mencatat hasil rekaman tersebut dalam sebuah buku. Menyenangkan sekali rasanya ketika di sekolah aku bisa memplagiat pantun dan memamerkannya pada teman-teman. Kadang aku juga mencoba mengarang pantun. Sebuah pantun penyemangat pernah kutempel di dinding kamarku, "Bunga mawar bunga kates, selamat belajar semoga sukses".

Di kelas satu SMP pelajaran bahasa Indonesia begitu menyenangkan. Ibu guru kami senang bercerita, dari yang lucu hingga yang horor. Tiap awal pelajaran masing-masing kami bergantian maju ke depan kelas untuk bercerita atau apapun terkait bahasa verbal sebagai bentuk aktualisasi diri dan "belajar ngomong". Belum lama ini baru kuketahui ternyata hasil tes IQ-ku ketika itu menunjukkan bahwa kemampuan berbahasaku lebih menonjol dibanding kemampuan lain seperti logika, mekanis, dsb.

Pada saat kelas dua SMP aku mempunyai sebuah buku koleksi puisi yang sebagian besar berisi karya-karyaku dan beberapa karya teman-temanku. Pelajaran bahasa Indonesia tetap menyenangkan saat itu, mengetahui beraneka macam majas, drama, novel, parafrase, jenis-jenis pidato, dongeng, legenda, dsb. Saat itu aku tak pernah menyadari bahwa aku punya kecenderungan yang lebih pada bahasa, hanya merasa "ini menyenangkan, menarik sekali!"


Menginjak usia SMA kecenderunganku terhadap bahasa tetap tak kurasakan. Di akhir masa-masa paling indah yang hanya dua tahun itu teman-teman menyebutku pujangga. 
"Hah! Apa-apaan ini?" kataku. 
Ternyata hal itu dikarenakan aku cukup sering membuat tulisan yang katanya "menyentuh" di buku curhat kelas. Seorang teman bahkan mau menunggu dan meminta aku berjanji menulis sebuah buku dalam waktu lima tahun seusai lulus SMA.


Kini jangankan menulis sebuah buku, skripsiku saja masih tak jelas, bagai air di daun talas. Hehe...

Dilema Hati

Bangun pagi dini hari
Buru-buru sampai lupa mandi
Ingat janji mau ketemu murobbi
Dengan semangat tinggi juga bawa data diri


Dandanan rapi aromanya serba wangi 
Sisiran gaya sepuluh jari 
Menata hati biar tidak tampak grogi 
Terima tantangan dengan pede tinggi



Terkejutnya tiada tara 
Saat murobbi memberi data 
Sekuntum bunganya serba mempesona 
Hafalan al-qur'annya sungguh luar biasa



Visi jihadnya menguntai indah sastra 
Misi dakwahnya setara dengan S3 
Sedangkan diri cuma pemateri LDK atau sekolah pagi 
Paling banternya hanya jadi MC 
Juz 'Ammanya pun bolong sana-sini



Susahnya mengukur potensi di dalam hati 
Jujur mana tahan hidup sendiri 
Mudahkanlah segala pintu rizki 
Dengan ma'isyah dan 'aisyah 
Percayalah hidup jadi serba indah 

Ya sih...



Nasyid karya Gondes ini dulu menjadi inspirasi untuk lebih giat menghafal juz 30 alias juz 'Amma, hehe... Karena jarang muroja'ah, bener deh, "bolong sana-sini." 

Astaghfirulloh...

Ini Nggak Penting!

Entah karena faktor apa bayangan seseorang yang telah lama tak jumpa seringkali tiba2 muncul. Tak lama setelah itu datang kabar ngajak ketemu ato sms ato apalah, tak jarang pula tiba2 ada kabar nikah. Beberapa kali mendapat firasat orang meninggal dan ternyata benar. Firasat suatu kejadian dan ternyata benar. Hmm... Jangan2 aku punya indra ke-6... Hahaha! Nggak penting kan? Aku juga gak pernah crita2 firasatku akan gini dan gitu. Kalo masalah ban motor bocor dan benar mungkin sudah lebih dari lima kali. Hahaha! Bener2 nggak penting kan?

Dahulu prasangka baikku selalu membuahkan kebaikan, pertolongan Alloh begitu dekat! Sengaja aku jalan kaki untuk pergi ke tempat ngaji, di jalan diboncengin sampai tujuan. Pas sama sekali gak punya uang, ada aja yang ngasih ato minjemin. Keren gak sih? Hidup ini begitu sederhana dan mudah ketika kita bergantung hanya pada Alloh. Akhir2 ini aku merasa terlalu memikirkan "FAKTOR", akibatnya tawakalku berkurang dan keajaiban2 jadi hilang. Prasangka buruk pada Alloh akan berbuah keburukan.

So, sepertinya aku memutuskan untuk kembali menjalani hidupku dengan keajaiban2 buah tawakal pada-Nya. Aku akan kembali tak mengindahkan suara makhluk rasionalis, tapi tetap logis, tentunya dengan logika ilahiyah. I love Alloh... Aku suka cara-Nya memperlakukanku. Alloh sangat romantis, sering ngasih kejutan, hadiah, bikin tangis iba tiba2 jadi tawa, dsb. Aku jatuh cinta pada-Mu! Aku janji tak kan lagi menjadikan-Mu yang kedua atau keberapa saja atas cintaku. Bantu aku mencinta-Mu! Menjaga cinta ini.

I like this quote... 

"Pergilah yang ingin pergi, temukan kebahagiaan pada dirimu sendiri. Aku akan tetap di sini bersama keyakinan Robb-ku." (AN)


Bismillah, aku siap melangkah... ^_^
Bagaimana denganmu kawan?? Ini adalah matahari pertama yang terbit di tahun ini, masih terbit dari timur. Apa targetmu tahun ini? Kalo aku sepertinya masih sama dengan tahun2 sebelumnya, "MEMPERBANYAK ISTIGHFAR."

Astaghfirulloh...

Lagu Anak Jadoel (downloadable)

Apakah Anda juga merasa bahwa saat ini anak-anak kita sudah terlalu tercemari oleh lagu-lagu orang dewasa? Di televisi anak-anak berkontes nyanyi dengan lagu orang dewasa bertema cinta dan patah hati. Sebenarnya negeri ini punya penduduk dengan status "anak-anak" nggak sih? Iklan jajanan pun mulai menampilkan aurot wanita tanpa maksud yang jelas. Huhh! Mari lindungi anak-anak kita dari efek buruk televisi, kalau bisa justru hapus kosa kata televisi dalam kehidupan anak-anak kita, insya'alloh lebih baik. Melihat fenomena "ganjil" anak-anak jaman sekarang saya jadi tertarik memberikan beberapa lagu anak-anak jaman doeloe masa kita masih kecil. Silakan download melalui link di bawah ini...
  1. Semut-semut Kecil
  2. Si Komo Lewat Tol
  3. Tukang Bakso
  4. Du Di Dam
  5. Si Lumba-Lumba

Perhatikan Potensi dan Bakat Anak Anda!

Mungkin karena terlalu sering menonton "Ninja Warriors" anak itu jadi ikut-ikutan melatih ototnya. Ia bergelantungan di dahan pohon rambutan berbentuk huruf Y lalu menaikturunkan tubuhnya dg kekuatan tangan. Anak itu sering bercerita padaku tentang pengalamannya di sekolah maupun ketika bermain di kampung, tentang memukul teman, mendorong, mencekik atau biasa kita menyebutnya berkelahi. Seringkali aku hanya mendengarkan, kupikir wajar anak-anak berkelahi karena aku dulu juga begitu waktu seusianya. Dulu perseteruan dg kakak kelas SD kami lampiaskan melalui permainan-permainan tradisional atau olahraga, intinya tetap berkelahi.


Pada suatu sore anak itu bercerita padaku. "Mas, aku ki juara siji terus lho, nek lari." bangganya. 
"Tenane?" 
"Tenan. Mau mubeng lapangan bal-balan aku nomer siji, gek anu kae yo ho'o, terus lari sprint yo juara..." 
Hebat bukan? Tapi tahukah anda bahwa anak itu tahun kemarin tidak naik kelas? Ia kurang pandai matematika.



Di waktu yg lain anak-anak kecil sekampungku ramai membawa senapan karet. Senapan itu terbuat dari beberapa batang lidi yg dirangkai dg karet gelang dan diberi peluru karet gelang pula. "Lagi ungsum (sedang musim)" kami biasa menyebut suatu permainan ketika banyak dimainkan. Permainan itu perlahan akan diganti permainan baru dan seterusnya akan "ungsum" lagi. Aku iseng menanyakan pada anak-anak itu, "Sing ngajari nggawe ngeneki sopo e cah?" 

Tahukah anda? Penemu permainan itu ternyata seorang anak yg juga pernah tidak naik kelas bahkan dicap nakal. Ia tinggal di sebelah rumahku. Kebiasaannya memukuli kaleng dan ember layaknya satu set drum. Ia juga pernah membuat dua buah Jathilan (kuda lumping) dari kardus dan dipajang di atas pintu depan rumahnya. Ia kelas empat SD.


Ada satu lagi kisah tentang seorang yg terkenal sebagai ahli elektronik di kampung kami. Ia begitu mahir merangkai komponen elektronika dan kelistrikan. Seluk beluk tape, salon dan sound system ia kuasai dg baik. Tahukah anda? Ia hanya beberapa semester kuliah di jurusan elektro lalu berhenti.

Renungkan!

Konspirasi Intelijen dan Gerakan Islam Radikal

Silahkan download e-book Konspirasi Intelijen dan Gerakan Islam Radikal di sini.
Semoga bermanfaat...

Do'a Kita

Bila Allah cepat mengabulkan doamu, maka Dia menyayangimu, bila Dia lambat mengabulknx, Maka Dia ingin mengujimu, bila Dia tidak mengabulkan doamu, maka Dia merancang sesuatu yang lebh baik untkmu. Oleh itu, Bersangka baik pd Allah dlm keadaan apapun. Karena kasih sayang Allah itu mendahului kemurkaanNya.
Sy***ul; 17-Nov-08 17:32

Perjuangan

SAUDARAKU,
Perjuangan akn dimulai oleh orang2 yg cerdas.
Dijalankn oleh orang2 yg berani.
Dimenangkan oleh orang2 yg ikhlas dlm perjuangannya..
Allahu Akbar !!!
Su*******to; 13-Oct-08 11:22

Sleman Jelang PILBUP 23 Mei 2010

Malam itu Senin 23 Nopember 2009 kami berkumpul di kantor DPC PKS Ngemplak bersama pak Huda Tri Yudiana, S.T salah seorang anggota DPRD tingkat II Sleman dari Fraksi PKS. Kami berkumpul untuk membicarakan info dewan, PEMDA, serta masa depan DPC PKS Ngemplak. Topik menarik malam itu di antaranya rencana Pemilihan Bupati Sleman tahun 2010.

Bagaimana sikap PKS? Sampai saat ini dewan syuro masih menimbang mashlahat apakah PKS akan berkoalisi dengan mengajukan calon atau hanya mendukung pasangan calon. Mengajukan pasangan sendiri sepertinya sudah tidak menjadi opsi karena biaya pemenangan yang tidak sesuai dengan kondisi keuangan DPD PKS Sleman di samping banyak alasan lain.

Eksekusi kebijakan pemerintah kabupaten Sleman dinilai lamban sehingga PKS Sleman merasa perlu mengimbangi lincahnya legislatif dengan mengambil peran eksekutif, khususnya kursi Bupati atau wakil Bupati. Sebagai contoh, anggaran pendidikan gratis SD-SMP se-Sleman bernilai milyaran rupiah "ngendon" di APBD hanya karena peraturan Bupati mengenai pencairannya belum terbit. Termasuk anggaran kesehatan gakin yang belum maksimal karena data gakin yang disusun sejak 2008 baru selesai bulan Oktober lalu. Eksekusi PERDA pelarangan minuman keras yang sudah diketok palu oleh DPRD dua tahun yang lalu juga masih nihil. Maka dari itu PKS perlu mengambil alih eksekutif.

Dari hasil survei diperoleh tiga kandidat terkuat calon Bupati Sleman yaitu Hafidh Asrom (22an %), Sri Purnomo (20an %), dan Sukamto (12an %), sisanya kurang dari 10 %. Dari hasil survey pula, lebih dari 60 % masyarakat Sleman menghendaki dipimpin oleh tokoh dari kalangan Islam. Selain itu selama ini partai yang dianggap kaderisasinya cukup baik adalah Demokrat dan PKS. Ditambah faktor peringkat ketiga perolehan suara PKS di Sleman pada pemilihan legislatif kemarin, PILBUP kali ini PKS harus ikut serta lagi dan menang agar tercapai Sleman yang Sejahtera Berkeadilan.


Seluruh kader PKS Sleman, bersiapsiagalah! 
Sukseskan Pemilihan Bupati Sleman 2010! 
Selamat berkarya dan tetap semangat! :D

Potret Keluarga Muslim

Dalam salah satu babak disyariatkannya ibadah haji ada kisah Hajar istri nabi Ibrohim yang harus ditinggal di padang gurun tandus bersama sang putra Ismail. "Kalau begitu Alloh tidak akan menelantarkan kami" jawab Hajar setelah nabi Ibrohim mengatakan bahwa ia meninggalkannya di tempat yang tiada manusia selain keduanya itu bersama Alloh. Lalu terjadilah adegan sa'i antara Shofa-Marwah mencari air yang dulu dilakukan Hajar kini menjadi salah satu rukun haji.


Karena iman pada Alloh, subhanalloh... Istri mana yang begitu ikhlas menerima ketentuan Alloh seperti Hajar? Kisah penyembelihan Ismail... Ayah mana yang setaat itu pada Alloh? Anak mana pula yang sepasrah itu pada perintah Alloh? "Kerjakanlah wahai ayah, niscaya engkau dapati aku termasuk orang yang sabar." 
Sungguh keluarga yang luar biasa hingga sholawat pada nabi Ibrohim mengikuti sholawat pada nabi Muhammad dalam tiap tahiyat kita. Mana mungkin semua itu mereka lakukan begitu saja tanpa diawali dengan membina iman?



Alloh tak akan membiarkan kita mengaku beriman tanpa mengujinya. Ujian ditimpakan untuk menentukan seberapa bergantungnya kita pada Alloh sebagaimana para shohabat Rosululloh yang diguncang kesulitan hebat hingga mereka menagih janji Alloh, "Mataa jaa'a nashrulloh?" 
"Sesungguhnya pertolongan Alloh itu dekat" jawaban atas pertanyaan para shohabat.


Kita, terkadang jauh lebih mengandalkan akal ketika menghadapi masalah. Semakin berat masalah, seakan akal semakin berat mencari solusi. Padahal Alloh yang memberikan masalah, Alloh pula yang akan menyelesaikannya. Tawakkal, di mana kita letakkan? Akal kita sombong, seakan Alloh tidak kuasa melakukan hal yang tidak masuk akal. Tak ingatkah kita pada Hajar dan Ismail? Siapa yang menghidupi mereka selain Alloh? Alloh kariim... Astaghfirulloh...

Banyak hikmah dari keluarga Ibrohim yang bisa kita petik. Indahnya jika kisah-kisah itu tak hanya mampir di otak tapi juga mengendap di hati dan terwujud dalam amal. Mari teladani risalah para nabi. Merekalah manusia yang paling berat ujiannya...

Dahsyatnya 'Aqidah

Karena 'aqidah, para jama'ah haji rela mengeluarkan uang lebih dari 35 juta utk menempuh perjalanan ke Makkah, jumlah yg cukup banyak bagi sebagian besar orang Indonesia. Karena 'aqidah pula, dahulu para shohabat rela hijroh dari Makkah ke Madinah & Habasyah. Syahid dlm jihad, lapar dlm puasa, masih banyak lagi yg bisa dilakukan umat Islam atas dasar 'aqidah sbg bentuk ketaatan pd Alloh.

Para shohabat yg mulia digembleng dlm fase dakwah Rosululloh di Makkah dg pemahaman 'aqidah yg luar biasa mantap shg pd saatnya mereka mampu menerima pembebanan syari'at Islam, ringan maupun berat. Mereka akhirnya rela meninggalkan syari'at & agama nenek moyang nan penuh khurofat jahiliyah, bagai memutihkan kain usang lalu membatiknya dg warna2 Ilahiyah. Kemantapan 'aqidah menjadikan hati mereka kokoh, tak sedikitpun muncul keinginan utk kembali kpd kekafiran setelah beriman.

Ada satu hal menarik ketika kita melihat fenomena kesia-siaan, maksiat, bid'ah, atau syirik yg terjadi di masyarakat kini. Berbagai isu atau produk dikonsumsi tanpa filter 'aqidah, akibatnya masyarakat rawan tersesat & sebagian kaum yg peduli terhadap agama akan garang, selalu saja begitu, tak ada upaya preventif.

Kaum liberalis akan mengatakan, "Biar masyarakat yg memilih." 
Kaum agamis mengatakan, "Tidak bisa dibiarkan, harus dihentikan, jangan sampai masyarakat disuguhi hal2 seperti ini." 

Akhirnya demonstrasi terjadi di mana2 dg dalih menyuarakan kebenaran. Apakah tidak ada gebrakan utk mengantisipasi rutinitas menjemukan berita televisi ini?

'Aqidah, jawaban atas segala keresahan di masyarakat. Perbaikan 'aqidah semestinya menjadi program utama kita, melebihi kebutuhan kita akan program revitalisasi ekonomi. Kenapa? Karena 'aqidah telah terbukti menjaga umat Islam tetap survive dalam boikot sosial ekonomi kaum kafir Quroisy ketika itu. Dengan 'aqidah yang benar, masyarakat akan tetap lurus sekalipun dihantam badai penyesatan. 'Aqidah menghapus segala kekhawatiran. Dg 'aqidah, berhala tak perlu disingkirkan, masyarakat sendiri yg akan menghancurkannya.

Generasi Harapan

Anda bisa mendownload nasyid berikut ini:
  1. Generasi Harapan by Izzatul Islam
  2. Generasi Harapan by Gondes
Silakan lihat syair keduanya di bawah ini:


Generasi Harapan
By Izzatul Islam


A... aaaaa... 7x

Di mana dicari pemuda Kahfi 
Terasing demi kebenaran hakiki 
Di mana jiwa pasukan Badar berani 
Menoreh nama-Mu ya Perkasa Abadi



Umat melalam di gelap kelam 
Tiada pelita penyinar terang 
Penunjuk jalan kini membungkam 
Lalu kapankah fajar kan datang



Mengapa kau patahkan pedangmu 
Hingga musuh mampu membobol bentengmu 
Menjarah menindas dan menyiksa 
Dan ditanya diam sekedar terpana



Bangkitkan negeri 
Lahirkan generasi 
Pemuda harapan 
Tumbangkan kedzoliman



Wajah dunia Islam ini memburam 
Cerahkan dengan darahmu 
Panji Islam telah lama terkulai 
Menanti bangkit kepalmu



Di mana jiwa pasukan berani 
Terasing demi kebenaran hakiki 
Di mana jiwa pasukan berani 
Menoreh nama-Mu ya Perkasa Abadi



Generasi Harapan
By Gondes


Ha...hahahahaha... 7x

Di mana ada ikhwan pemberani 
Yang sudah mandiri dan selalu mengaji 
Tetapi hidupnya masih terasa sunyi 
Indahnya ada pendamping berhati suci



Banyak sekali ikhwah yang mandiri 
Orang tua sudah tidak kasih subsidi 
Punya rumah juga kendaraan sendiri 
Tetapi sepertinya kehilangan nyali



Jangan lama-lama kuliahnya 
Tak baik demo sepanjang masa 
Ujian jangan ditunda-tunda 
Jangan abadi jadi mahasiswa



Saat demo semangat semua 
Pulang demo bolos kuliahnya 
Ujian jangan nyontek temannya 
Bikin kecewa calon mertua



Jangan kecewa yang ditolak ta’arufnya 
Masih selalu ada kesempatan kedua 
Bilakah tiba umur kita telah dewasa 
Harus punya rencana sempurnakan dien yang mulia



Makanya saat kita membikin data 
Isinya jangan terlalu banyak gaya 
Sangatlah mungkin ditolak ta’arufnya 
Karna lawan bingung membacanya



Ikutlah pelatihan membikin data 
Belajar dengan benar menyusun data 
Sederhana dan jangan berbunga-bunga 
Ungkapkan fakta apa adanya



Dimana dicari seorang ukhti 
Yang sudah siap untuk dijadikan istri 
Adakah calon mertua yang baik hati 
Sudi menerima calon mantu begini



Susahnya mencari ukhti sejati 
Sederhana pandai dan berbudi pekerti 
Memahami kekurangan calon suami 
Untuk membina keluarga yang islami



Mengapa kau patahkan pedangmu 
Hingga teganya kau menikah dulu 
Yang di sini bujangan semua 
Yang di situ malah pada ketawa

Rindu

Anda bisa mendownload nasyid berikut ini:
  1. Rindu by Snada
  2. Rindu by Gondes
Silakan lihat syair keduanya di bawah ini:


Rindu
By: SNADA



Di dalam kegelapan 
ku mencari cahyamu 
yang hilang sirna tak tersisa



Semakin ku terlena 
semakin kuterbawa 
arah hina dan ternoda



Kurindukan sinar sucimu yang mulia 
dan kuharapkan belai kasihmu 
Agar musnah semua keangkuhan diriku 
dan kulepaskan dari sifatku



Rindu
By: GONDES



Saat ikhwah menunda 
niat nikah segera 
kepala pening jadinya



Setelah berusaha 
merayu orang tua 
hasilnya ikhwah gembira



Kuingin pernikahan ini selamanya 
tiada hiraukan gosip tetangga 
Agar hidup tetap tenang dan sejahtera 
keadilan tegakkan bersama



Semakin ku merasa 
tekad ikhwah membara 
berlomba dengan temannya



Setahun cukup lama 
menunggu jawabannya 
kini ikhwah pemenangnya



Temannya ikhwah masih suka nunda-nunda 
masih senang jadi panitia 
Betapa lelah murobbi memprovokasi 
sekarang masih seksi konsumsi


Ada panitia yang terluka di hati 
target nikahnya koq gagal lagi 

Murobbi sudah membantu setengah mati 
terpaksa proses dari nol lagi


Temannya ikhwah masih suka nunda-nunda 
masih senang jadi panitia 
Betapa lelah murobbi memprovokasi 
sekarang masih seksi konsumsi 
sekarang masih seksi konsumsi…


Semoga tidak melanggar copyright... v^_^

Buku "Bagaimana Menyentuh Hati"

Silakan download buku "Bagaimana Menyentuh Hati" karya Syaikh Abbas As-Siisi di sini.
Semoga bermanfaat...

Kitab Tauhid

Anda bisa mendownload Kitab Tauhid berikut ini:
  1. Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At-Tamimi (pdf)
  2. Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (help)
Semoga bermanfaat...

Thoghut Fasilitas

Akhir-akhir ini aliran listrik sering mati, sepertinya terjadi di berbagai tempat hingga banyak demonstrasi terjadi untuk memprotes kebijakan PLN. Pemadaman bergilir, pemadaman tiba-tiba dengan alasan penurunan pasokan ato perbaikan mengesalkan berbagai kalangan dari rumah tangga sampai industri dan bisnis yang memanfaatkan listrik sebagai bahan proses produksi. Bagaimana dengan anda? Ato para mahasiswa yang memerlukan listrik untuk menyalakan komputer?

Mungkin terlalu berlebihan tapi juga mungkin bisa menjadi bahan renungan bahwa sadar tidak sadar kita sudah menggantungkan diri pada selain Alloh.Tanpa listrik kita berhenti beramal, berhenti berkarya dan sebagainya. Bukan berarti ingin menyatakan bahwa PLN tidak perlu ditegur atas kurangnya pelayanan, hanya sekedar mengajak introspeksi hati. Di mana hati kita bergantung?

Seorang penulis yang begitu produktif dengan laptop senantiasa di sisi, apakah juga akan seproduktif itu jika hanya disanding kertas dan pena? Masa lalu telah mengajarkan banyak hal, pelepah kurma, kayu, tulang, batu, dinding penjara, dan banyak lagi media saat itu dengan berbagai keterbatasannya yang tidak menghalangi produktivitas menulis.

Kendaraan yang senantiasa menemani aktivitas dakwah, apakah rusak ato hilangnya menjadikan kita henti dakwah? Pengalaman mengajarkan bahwa sesungguhnya pesawat, kereta, mobil, motor, sepeda, bahkan kaki tak terlalu berpengaruh dalam pencarian sebuah hadits atau satu bidang ilmu di masa lampau. (Hiks... T_T jadi inget pas gak datang kajian karena gak punya bensin...)

Handphone yang selalu bisa menghubungkan kita dengan kolega dakwah, apakah lowbat atau lowpulse-nya menjadikan kita tak lagi gencar berkoordinasi? Bukankah pada awal abad ke-20 sampai menjelang abad ke-21 para aktivis dakwah berkomunikasi belum seintensif saat ini kala handphone dan internet semakin jamak? Dengan fasilitas minimalis mereka mampu menghasilkan karya yang menyejarah. Abad-abad sebelumnya? Jauh lebih minimalis.

Cukup, rasanya beberapa contoh di atas sudah cukup untuk mengingatkan kita agar tidak terjebak oleh kenyamanan fasilitas. Kalaulah hal itu menjadikan urusan kita mudah, alhamdulillah. Jikalau ketiadaannya menjadikan urusan kita kembali sulit, tetap alhamdulillah. Semoga hati kita senantiasa bergantung dan berharap hanya pada Alloh. Ada atau tiada fasilitas, selamat berkarya dan tetap semangat... :D

Wallohu almusta’an...

Tashfiyah dan Tarbiyah

Jika ingin luka kita cepat sembuh dan tidak mengalami infeksi atau komplikasi, sebelum dibalut dan diobati luka tersebut perlu dibersihkan dulu. Ya, agar pengobatan tidak sia-sia karena infeksi sekaligus medikasi tidak mungkin berjalan beriringan. Begitulah pula syirik dan tauhid tidak mungkin berdamai.

Tauhid baru akan tegak setelah kita menghapus semua syirik. Ini yang dimaksud tashfiyah dan tarbiyah. Keduanya harus dilakukan, tashfiyah sebagai proses penyucian dari segala bentuk syirik dan tarbiyah sebagai pembinaan tauhid. Belum disebut tauhid jika masih ada syirik.

Kita bisa membersihkan air keruh dalam sebuah gelas dengan terus-menerus menuanginya air jernih hingga luber dan air menjadi jernih atau membuang dulu air keruh kemudian menggantinya dengan air jernih. Yang jelas harus ada proses pembuangan kotoran dan pengisian air jernih, tidak bisa hanya salah satu. Tashfiyah dan tarbiyah tidak bisa dipisahkan.

Laa ilaaha illalloh bermakna menafikan segala sesembahan dan menetapkan bahwa hanya Alloh yang haqq untuk disembah. Bersihkan syirik, bangun tauhid. Syahadat kita tidak sah ketika kita mengaku menyembah Alloh namun masih menyembah selain-Nya. Semestinya ani’budulloha wajtanibuththoghut, menyembah hanya pada Alloh dan menjauhi thoghut.

Allohu akbar! Semoga syahadat kita tak hanya sampai di tataran akal tapi benar-benar menghujam di hati dan terwujud dalam amal. Laa haula wa laa quwwata illaa billah...
Allohu a’lam...

Cinta Ketujuh ^_^

Kata cinta selalu saja membuat pendengarnya merasa aduhai, tiba-tiba emosional, romantis, dan selalu ingin menebarkan kebaikan, bukan begitu? Kata yang menjadi strategi marketing Azzam dalam novel dan film KCB itu nampaknya benar-benar ampuh. Dengan brand “Bakso Cinta” tersentuhlah sisi sensitif anak muda khususnya mahasiswa sehingga hati mereka tergerak untuk mencicipi kelezatan bakso yang diramu oleh sang tukang tempe.

Saran bagi anda yang sedang mencari brand perusahaan atau produk, carilah merek dan logo yang “menyentuh”. Tidak harus cinta, kata tak bermakna namun unik dan manis yang logonya didisein simpel bisa jadi justru mudah lekat dalam ingatan konsumen dan “loveable”. Marketing tidak selalu membutuhkan pemaparan fungsi logis atau kelebihan suatu produk. Branding lebih penting dari itu semua. Bagaimana perasaan anda ketika mendengar “Yamaha, touching your heart”? Dibanding “Yamaha, murah, irit, gesit, cicilan pertama cukup 300 ribu.”?

Hey! Arep nulis tentang opo jhe? Mas’e ra jelas?

Ya, cinta kini menjadi salah satu qodhoyah umat di samping masalah-masalah lain seperti pendidikan, penegakan hukum, kemiskinan, pergaulan bebas, dsb. Zona merah jambu ini tak henti-hentinya menjadi perbincangan. Cinta erat kaitannya dengan jodoh, jodoh erat kaitannya dengan pernikahan, dan pernikahan..?? Hehe... Para jomblo mungkin mulai berusaha menebak arah tulisan ini. Tidak berbelit koq, ini hanya akan menjadi tulisan yang cukup singkat.

Hmm... coba lihat seorang Ummu Ghaida Ninih Muthmainah istri Aa’ Gym, subhanalloh... “Sudah dua puluh tahun saya menikmati karunia Alloh berupa kebahagiaan bersama suami. Saya terlalu cinta pada suami sehingga bisa menghalangi cinta saya pada Alloh. Cinta saya pada suami tidak boleh menghalangi cinta saya pada Alloh. Saya harus berbagi kebahagiaan.” kira-kira seperti itu yang diungkapkannya mengenai pernikahan kedua sang suami -Abdullah Gymnastiar-.


Tenang, kita belum akan membahas poligami. Yang sebenarnya ingin kita bahas adalah mengenai possitioning cinta. Bagaimana dan di mana kita memposisikan cinta kepada pasangan terhadap cinta kita pada Alloh. 

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah...” (Al-Baqoroh: 165)


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori dari Anas, “Tiga hal yang barangsiapa tiga hal tersebut ada padanya, ia menemukan manisnya iman: hendaklah Alloh dan Rosul-Nya lebih dicintai dibanding selain keduanya. Mencintai orang lain yang ia tidak mencintainya kecuali karena Alloh. Membenci kembali pada kekafiran seperti kebenciannya untuk dicampakkan ke dalam neraka.”

Singkat saja, Alloh menghendaki kita mencintai pasangan hidup berada pada peringkat ketujuh setelah cinta kita pada Alloh menempati peringkat pertama. Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (At-Taubah: 24)

Seorang ustadz pernah mengatakan, “Kalau para da’i itu mau nikah, calon istrinya harus siap. ‘Jika kamu jadi istriku, kamu akan menjadi cinta ketujuhku’. Maka sebenarnya istri-istri itu hanya menempati peringkat ketujuh dalam prioritas cinta seorang da’i.”

Tentunya tidak sekaku itu, yang jelas cinta pada Alloh dan Rosul-Nya harus mempunyai posisi tertinggi dibanding yang lain. Akan tetapi dari surat At-Taubah ayat 24 tersebut kita bisa mengurai bagaimana kita perlu mengurutkan cinta kita. Urutan tersebut yaitu:
  1. Alloh
  2. Rosul-Nya
  3. Jihad
  4. Orang tua
  5. Anak-anak
  6. Saudara-saudara
  7. Istri-istri
  8. Kaum keluarga
  9. Harta
  10. Bisnis
  11. Rumah
Ini bukan berari merendahkan posisi istri namun begitulah bunyi ayatnya. Apakah ini menunjukkan urutan? Allohu a’lam...

Jadi, bersiaplah menjadi cinta ketujuh... ^_^

Konspirasi Teror Polisi

Sebuah film reportase dari seorang wartawan asing mengenai kemungkinan Gerakan Terorisme yang memang sengaja "dihidupi" di Indonesia. Film ini menunjukkan banyak fakta dan pendapat termasuk dari mantan presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Film berdurasi sekitar 40 menit ini sudah saya potong-potong menjadi 10 bagian agar mudah untuk didownload. Sebenarnya film ini sudah beredar sejak beberapa tahun lalu secara underground karena memang cukup kontroversial. Semoga bermanfaat dan bisa membuka mata kita terhadap "The Real Terrorist".
Berikut ini potongan film yang bisa anda download
  1. Klip 1 - Pendahuluan
  2. Klip 2 - Terorisme: Mesin Uang
  3. Klip 3 - Seorang Teroris Bayaran
  4. Klip 4 - Mempromosikan Terorisme
  5. Klip 5 - Teror yang Disponsori Negara
  6. Klip 6a - Teror di Tentena (1)
  7. Klip 6b - Teror di Tentena (2)
  8. Klip 6c - Teror di Tentena (3)
  9. Klip 7 - Pertanyaan tentang Bali
  10. Klip 8 - Kembali ke Masa Depan
Semoga tidak melanggar copyright...

‘Abdullah ‘Azzam

Asy-Syahid Asy-Syaikh ‘Abdullah ‘Azzam dilahirkan tahun 1941 di desa Silatul Haritsiyyah, Palestina. Hafal Al-Qur’an, ribuan hadits dan syair. Menikah pada umur 18 tahun, kemudian hijrah ke Yordania. Pada tahun 1966 meraih gelar Lc pada Fakultas Syari’ah Universitas Damaskus Syiria dengan cara studi jarak jauh (intisab). Tahun 1969 meraih gelar master. Tahun 1973 menyelesaikan program doktoral dalam Ushul Fiqh di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dengan predikat Asyaroful Ula (cum laude).

Tahun 1980 diusir pemerintah Yordania karena aktivitas keislamannya. Kemudian mengajar di Universitas King Abdul Aziz, Saudi Arabia. Tahun 1982 hijrah ke Pakistan karena ingin berkonsentrasi pada jihad Afghan. Tahun 1984 bekerja di Rabithah Alam Islami sebagai Mustasyar (penasehat) dalam bidang pendidikan untuk mujahidin Afghan. Ketika di Yordania, sudah berihad di perbatasan Palestina-Yordania sampai ia diusir pemerintah Yordania. Di Pakistan ia berinteraksi dengan para pemimpin mujahidin Afghan seperti Ustadz Sayyaf, Hekmatiar, Burhanuddin Rabbani dan Yunus Khalis. Kadang-kadang beliau pergi ke medan jihad di Afghanistan.

Kesimpulannya tentang jihad Afghan, jihad Afghan adalah jihad Islam. Berjihad saat ini adalah fardhu ‘ain. Umat Islam seluruh dunia harus mendukung jihad Afghan. Sejah itu Abdullah Azzam mengonsentrasikan dirinya berjhad fi sabilillah di Afghanistan sampai ia syahid pada hari Jum’at 24 November 1989. Abdullah Azzam syahid ketika mobil yang ditumpangi bersama kedua anaknya meledak karena bom yang dipasang oleh musuh-musuh Islam.

Buku-buku yang ditulis di antaranya: Ayaturrahman fi jihadil Afghan, Addikfak ‘an aradhil muslimin min ahammi furdul ‘iyan. Sejak Abdullah Azzam syahid Maktab Khidmat al Mujahidin mengumpulkan berbagai ceramahnya kemudian dijadikan buku yang mencapai 50 judul, antaranya serial Tarbiyah Jihadiyah yang mencapai 15 juz, Hijrah dan I’dad 3 juz.

(dikutip dari buku “Pemahaman Hijrah dan I’dad karya Asy-Syaikh ‘Abdullah ‘Azzam [terjemahan] yang diterbitkan oleh Pustaka Al-‘Alaq pada Mei 1994)

The Last Santri

“Mudah-mudahan Allah akan terus menyatukan hati kita dalam wihdatul aqidah, menyatukan ide dan pemikiran kita dalam wihdatul fikrah, dan menyatukan gerak langkah kita dalam wihdatul manhaj. Selamat berjuang...” pesan yang dituliskan di halaman akhir sebuah mushaf al-qur’an oleh salah seorang ustadz pada santrinya ketika perpisahan masa tinggal di asrama. Di manapun kita berada, tetaplah berkarya...


Sebuah Jeritan

“Aaaarrrggghhh!” tiba-tiba ikhwan itu menjerit ketika salah seorang ustadz mengajak kami berikrar. 
Kami berada dalam posisi melingkar saling mengeratkan barisan dengan mengaitkan lengan-lengan kami satu sama lain. Ustadz itu berada dalam barisan seperti kami. Beberapa panitia memegang handycam dan kamera untuk dokumentasi.



“Di luar sana orang-orang kafir senantiasa merapatkan barisan untuk menghancurkan Islam. Mari kita rapatkan barisan. Kita semua yang ada dalam lingkaran ini, mari kita sama-sama berikrar. Kita semua yang ada di sini akan selamanya berada di jalan dakwah. Barangsiapa keluar atau berhenti dari jalan dakwah, kita berlepas diri dan menyerahkan urusannya pada Alloh. Biarlah Alloh yang akan mengadzab!” kalimat terakhir inilah yang membuat salah seorang ikhwan tadi menjerit sembari hendak melepaskan kaitan lengannya. 

“Aaaarrrggghhh!” bukan jeritan kesal, lebih mirip lenguh ketakutan.

Entah apa yang membuat ikhwan alumni pesantren itu menjerit. Boleh jadi seusai lepas dari pesantren beliau juga sempat melepaskan diri dari dakwah, atau beliau tergambar beratnya konsekuensi yang akan ditanggung karena ikrar itu? Bayangkan, ADZAB!!! Ya, jika sampai keluar dari jalan dakwah biarlah Alloh yang akan mengadzab! Na’udzubillahi min dzaalik...

Akhirnya lingkaran itu ditutup dengan takbir tiga kali dan semua saling menjadi saksi, dinding pun akan menjadi saksi atas ikrar yang telah kami azamkan. Panitia tak kalah akal, diambilnya wajah kami satu per satu dengan handycam, “Ini akan menjadi bukti antum suatu saat nanti!”


Generasi Pengganti

Rasanya semua penduduk Jogja mengeluhkan hal yang sama, mungkin karena hawa neraka kian dekat, “Jogja makin panaaass!” 
Siang itu terik matahari membakar Jogja utara, membuai orang-orang untuk berdiam diri di rumah menikmati tidur siang ditemani kipas angin atau sekedar angin yang membawa dedaunan kering melayang-layang nampak dari jendela. Seorang ikhwan beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi karena hendak berangkat ke sebuah acara pertemuan para pengajar TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) di salah satu masjid kecil di Cangkringan bagian selatan. Bersama seorang rekannya ikhwan itu berangkat naik motor.


Subhanalloh... dari motor yang terparkir di depan masjid bisa disimpulkan bahwa ternyata banyak juga yang datang. Kedua ikhwan itu langsung menuju ruang utama masjid. Mereka duduk di hadapan pembicara yang sudah tidak asing lagi. Seorang ustadz yang bisa dibilang sesepuh dakwah sya’bi Jogja sedang memberi taujih kepada para pejuang Islam lereng Merapi dengan suara dan logat khasnya. Kalau tidak salah ustadz tersebut pernah sampai membuat surat pernyataan resmi tidak bersedia dicalonkan sebagai anggota dewan salah satu partai islam karena berbagai alasan, salah satunya karena ingin tetap membina umat secara umum. “Oh, ustadz Didik,” gumam salah satu dari mereka.

Nampak satu setengah shof ikhwan dipenuhi pengajar TPA dari berbagai usia. Di belakang ada shof akhowat hingga ruang di sebelah timur ruang utama. Mungkin ada sekitar 50-60 pengajar TPA dalam masjid itu. Bisa dibilang banyak bisa juga dibilang sedikit mengingat peserta semestinya terdiri atas pengajar masing-masing unit TPA yang berada dalam koordinasi sebuah yayasan yang meliputi empat kecamatan: Ngemplak, Pakem, Cangkringan, Klaten. Para pendekar lereng Merapi turun gunung...


“Semua yang ada di sini ingin menjadi yang digantikan atau yang menggantikan?” tanya sang ustadz sambil tersenyum. 

“Semestinya kalau mau jadi yang menggantikan ya harus jadi perintis bukan pewaris, pelopor bukan pengekor...” 

Uraian ustadz tersebut berkenaan dengan Surat Al-Maa’idah ayat 54 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”


Dari surat Al-Maa’idah ayat 54 dapat kita petik pelajaran bahwa jika kita ingin menjadi generasi pengganti dan bukan generasi yang diganti maka kita harus mempunyai karakteristik generasi pengganti. Yang pertama adalah perbaikan aqidah, kecintaan kita pada Alloh harus berada dalam peringkat pertama. Yang kedua bersifat lemah lembut terhadap orang mukmin lalu bersikap keras terhadap orang kafir. Yang ketiga berjihad di jalan Alloh dan yang keempat tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Ustadz tersebut menambahkan organisasi yang kuat sebagai salah satu hal penting bagi generasi pengganti.

Begitu banyak contoh dan janji Alloh dalam Al-Qur’an yang pada intinya Alloh telah dan akan menggantikan kaum yang dzolim dan atau mendustakan para rosul dengan kaum lain yang jauh lebih baik dari mereka (4:133, 5:54, 6:133, 7:69, 7:74, 9:39, 10:14, 11:57, 14:19, 21:11, 35:16, 43:60, 47:38, 70:41). Kebinasaan kaum Nuh, `Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri lain yang telah musnah (9:70) hendaknya menjadi pelajaran bagi kita semua. Sekali lagi pertanyaan yang kemudian muncul adalah, “Kita akan digantikan atau menjadi generasi yang menggantikan?”


Malam Robithoh

Di malam akhir syawal 1430 H itu berkumpul empat puluhan orang di sebuah pondok pesantren mahasiswa yang konon dahulu didirikan oleh yayasan Al-Muhtadin yang terdiri dari para mu’alaf. Sebuah reuni akbar seluruh alumni santri Pondok Pesantren Mahasiswa Islamic Centre Al-Muhtadin dilangsungkan di lantai satu gedung PMIC Al-Muhtadin setelah sholat jama’ah isya. Ruangan yang biasanya digunakan para santri berlatih Mix Martial Art itu nampak ramai oleh alumni santri dan ustadz pengajar, tentunya juga dua puluh santri yang saat ini sedang berasrama di sana. Sebuah LCD beserta layar putih disiapkan di sudut kiri depan, meja pembicara ada di tengah antara LCD dengan beberapa tamu yang ada di kanan depan. Santri-santri yang hadir mengelompok per angkatan tapi hal tersebut tak menghalangi kami untuk saling berkenalan karena pembawa acara menyediakan waktu untuk ta’aruf per angkatan pada malam itu.


Sesaat setelah ustadz sesepuh pengasuh PMIC yang saat ini menjadi anggota DPD RI hadir acara pun dimulai. Acara diawali pembukaan oleh pembawa acara lalu tilawah al-qur’an oleh salah seorang ikhwan. Sambutan sekaligus taujih serta launching website baru PMIC Al-Muhtadin oleh ustadz Cholid Mahmud menjadi acara yang dinantikan seusai makan malam dalam dus putih dihidangkan beserta sirop dan semangka segar. Sebentar saja beliau memberi taujih karena ada acara lain di auditorium JIH (Jogja International Hospital), kalau tidak salah beliau akan mengisi Talkshow ekonomi syari’ah. Oya, website baru PMIC Al-Muhtadin bisa dibuka di alamat http://www.ic-almuhtadin.com.

Tak ada cara lain yang lebih baik untuk melakukan perubahan masyarakat kita ke arah yang lebih baik kecuali dengan dakwah tarbawiyah, perbaikan sedikit demi sedikit. Target PMIC memang belum untuk mencetak kiyai, baru bisa memfasilitasi para aktivis dakwah kampus pada khususnya untuk memperoleh ilmu-ilmu asasi seperti fiqh, tsaqofah, dan lain sebagainya tapi jika ada yang menjadi kiyai ya silakan. PMIC diharapkan dapat memberi kemanfaatan luas pada masyarakat sekitar, sebagai contoh adalah kajian Ahad pagi yang dibuka untuk umum dan lain-lain. Harapannya jika ada yang mempunyai gagasan bisa disampaikan di forum. Jangan pernah remehkan ide-ide atau amal-amal kecil yang bisa menjadi kebaikan. Boleh jadi perubahan besar justru dimulai dari ide-ide kecil. Pertemuan para santri dan ustadz PMIC hendaknya bisa membuahkan ide-ide yang bisa menjadi awal bagi perbaikan masyarakat. Kira-kira seperti itu yang disampaikan ustadz Cholid dalam taujih singkat malam tersebut.

Momen paling menyentuh pada malam itu adalah ketika kami bersalaman satu sama lain lalu membentuk sebuah lingkaran seperti apa yang telah disampaikan di awal tulisan ini. Ikrar kami, bai’at kami pada dakwah, kali ini bukan hanya satu masa kepengurusan suatu organisasi tapi seumur hidup. Bismillah, semoga niat tetap lurus dan istiqomah hingga khusnul khotimah. Tak habis sampai di situ, air mata ini meleleh ketika ustadz Sholihun yang saat ini menjadi pengasuh PMIC menggantikan ustadz Cholid Mahmud membacakan do’a penutup. Kian deras lelehan itu ketika sampai pada do’a robithoh...

Allohumma innaka ta’lamu anna haadzihil-quluuba qod ijtama’at ‘alaa mahabbatik, waltaqot ‘alaa tho’atik, wa tawahhadat ‘alaa da’watik, wa ta’aahadat ‘alaa nushroti syarii’atik, fawatstsiq allohumma robithotahaa, wa adimwuddahaa, wamla’haa binuurika alladzii laa yahbuu, wasyroh shuduurohaa bifaidhil iimaani bik, wa jamilit tawakkuli ‘alaik, wa ahyihaa bima’rifatik, wa amithaa ‘alasy syahaadati fii sabiilik, innaka ni’mal maulaa wa ni’man nashiir... Allohumma aamin...


Bingkai Kehidupan

Mengarungi samudra kehidupan kita ibarat para pengembara 
Hidup ini adalah perjuangan tiada masa tuk berpangku tangan 
Setiap tetes peluh dan darah tak akan sirna ditelan masa 
Segores luka di jalan Alloh ‘kan menjadi saksi pengorbanan



Allohu ghoyatunaa 
Ar-Rosuul qudwatunaa 
Al-Qur’an dusturunaa 
Al-jihaadu sabiilunaa 
Al-mautu fii sabiilillah asma amaaninaa


Alloh adalah tujuan kami 
Rosululloh teladan kami 
Al-Quran pedoman hidup kami 
Jihad adalah jalan juang kami 
Mati di jalan Alloh adalah cita-cita kami tertinggi


Sekalipun nasyid harocki yang dilantunkan tiga orang santri pada malam itu hanya membangkitkan ghiroh ketika sampai pada syair “Asma Amanina!”, hal itu tidak mengurangi makna bingkai kehidupan yang semestinya dipegang teguh semua da’i, semua santri. Bahwa Alloh adalah satu-satunya tujuan, Rosululloh sebagai teladan, Al-Qur’an sebagai pedoman, jihad sebagai jalan yang harus ditempuh, syahid di jalan Alloh menjadi cita-cita tertinggi, telah benar-benar membingkai kehidupan para santri. Mabaadi’ul hayah, prinsip hidup yang dipegang teguh.

Semoga kita menjadi manusia-manusia penuh karya kaya makna dengan bingkai kehidupan, bukan menjadi bangkai kehidupan. Yah, bangkai kehidupan yang hanya mengotori hidup ini bahkan menyebarkan bau tak sedap kemana-mana. Bangkai hanya seonggok jasad tanpa ruh yang tidak bisa memberi kemanfaatan apapun, tak bisa berkarya, tak bisa beramal, hanya dimandikan, dikafani, disholatkan, hanya menjadi objek amal orang lain. Semoga dengan amal-amal kita selagi jasad dan ruh yang dilengkapi akal ini masih bersatu, kelak diri kita tinggal jasad pun masih dimuliakan oleh Alloh, hingga dihidupkan kembali dan diharamkan tersentuh api neraka lalu diwajibkan masuk surga.


Mari beramal dan beramal... “Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (At-Taubah: 105)

Syaikh Ahmad Yasin yang raganya tak sempurna pun bisa mengobarkan semangat jihad yang luar biasa sampai-sampai musuh Alloh perlu sebuah rudal khusus untuk membuatnya syahid. “Dari kursi roda mengguncang dunia untuk kemerdekaan Palestina” (Shoutul Harokah). Maka kita, mari berkarya, apapun yang kita bisa, meski kecil, meski tak nampak, meski tak populis. Bukankah sebuah amal kecil sekecil dzarroh akan tetap diperhitungkan? “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” (Az-Zalzalah: 7)

Jangan pernah remehkan amal-amal kecil dan ringan karena seringkali kita justru bisa berlaku ikhlas di dalamnya (Abdulloh Sunono). Boleh jadi Alloh justru ridho pada kita dikarenakan satu amal kecil kita...



The Last Santri

Jika dalam “The Last Samurai” kita melihat berakhirnya generasi para samurai yang sangat ingin mempertahankan tradisi dan keaslian budaya Jepang, di sini kita tak akan menemukan cerita itu. Santri terakhir tak pernah ada, tidak boleh ada! Harus tetap ada sebagian dari umat ini yang terus menerus menyeru dan menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. 

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imron: 104)


Harus tetap ada yang senantiasa mengajar dan belajar Al-Kitab. “...Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imron: 79)

Sesunggungguhnya Islam ini sempurna dan menyeluruh. Setiap bagian dari kehidupan ada tuntunannya dalam Islam, diatur oleh dienul haqq ini. Kita semua juga berdakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam segala bidang, segala profesi, niaga, politisi, lingkungan hidup, teknologi, informasi, tata kelola negara, kependudukan, seni, hiburan, semua harus Islami. Namun, di sisi lain tetap harus ada yang tidak menjadi praktisi. “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah: 122)

Bukankah asatidz saat ini jumlahnya sangat banyak? Na’am, akan tetapi hal itu tak akan menjadi argumen berarti jika kita mengingat bahwa jalan dakwah teramat panjang. Kemenangan dakwah biidznillah mungkin baru akan tercapai setelah sekian generasi. Tentunya usia manusia tak sepanjang usia dakwah. Para shohabat melahirkan tabi’in, tabi’in melahirkan tabi’ut tabi’in dan seterusnya. Harus tetap ada yang menjaga dakwah ini dengan patokan-patokan syar’i agar ia tak melenceng. Dari generasi ke generasi akan terus bergulir dakwah ini. Harus selalu ada generasi pewaris para nabi. Harus ada yang dikader tidak untuk menjadi praktisi, merekalah para santri. Masih panjang generasi yang harus disiapkan. Agar kita tidak meninggalkan generasi yang lebih buruk setelah kita. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (An-Nisaa’: 9)


“...Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).” (Yunus: 49)

Di dunia ini tak ada yang abadi, teruslah bersiap para pengganti. Jadilah generasi terbaik, para da’i, para santri harus menjadi generasi terbaik dan tetap terbaik meski berganti masa berganti manusia. Generasi terbaik ialah generasi yang setara atau minimal mendekati kualitas generasi para salafush sholih, para shohabat yang disebut oleh Alloh dalam surat Ali Imron ayat 110: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah...”


Ayyuhal ikhwah, bergabunglah dengan generasi para santri, agar kita tidak menjadi generasi terganti, agar kita senantiasa menjadi generasi pengganti dan tak lalai menyiapkan pengganti, agar tak ada kisah “The Last Santri”.


Biarlah syair Izzatul Islam yang kan mengakhiri tulisan ini... 
Turut barisan kami, bersama membangun negeri, sambut seruan ini, raih kemenangan sejati...

Ke Mana Para Mujahid?

“Sepertinya mujahid itu telah pergi ke Palestina atau Afganistan dan meninggalkan jasad beserta sifat-sifat kemunafikannya di sini...” ujar seorang kawan waktu beliau menyadari bahwa produktivitas dakwahnya kian menurun, keteguhannya di jalan dakwah semakin gontai.

Ikhwah fillah yang dirohmati Alloh, pernahkan antum merasa kehilangan militansi? Ya, bolehlah kita sebut dengan futur. Atau tanpa disadari saat ini sesungguhnya kita sedang pelan-pelan menghapus militansi itu? Aktivitas dakwah yang melelahkan telah kita ganti dengan aktivitas-aktivitas duniawi yang menyenangkan. Produktivitas membina telah kita ganti dengan kesibukan mencari ma’isyah, kuliah, atau justru hal lain yang jauh lebih tidak produktif dari keduanya. Ikhwah yang dahulu kesana kemari tholabul ‘ilmi, mendatangi halaqoh qur’an, syuro lembaga dan koordinasi... ke mana kini?

Ketika amanah-amanah dakwah formal mulai tertanggal, muncullah bisikan syetan agar kita istirahat sejenak. Jika kita ikuti bisikan itu, boleh jadi syetan akan beranjak pada bisikan berikutnya “sebentar lagi”, lalu “lama sedikit tak mengapa, sudah ada yang menggantikan kerja-kerja dakwah itu”, bukan tidak mungkin hati yang terlanjur dikuasai syetan akan menuruti bisikan “berhenti saja, toh sudah tidak punya tanggung jawab langsung”. Na’udzubillah... Di sinilah peran keikhlasan. Jikalau kita kehilangan penjagaan terhadap niat yang ikhlas niscaya akan dengan mudah syetan membisikkan was-was, akan dengan mudah kita berhenti beraktivitas, akan dengan mudah kita mencari permakluman dan alasan untuk tidak berkontribusi.

Sudah fitroh kita sebagai manusia bahwa iman senantiasa bertambah dan berkurang, bertambah dikarenakan taat dan berkurang dikarenakan maksiat. Maksiat kader dakwah tentunya tidak seperti maksiat pada umumnya seperti khomr, judi, dan sebagainya. Bisa jadi sekali meniggalkan sholat jama’ah diganti sholat munfarid sudah masuk dalam kategori maksiat bagi kader dakwah. Lalai komitmen amal harian atau komitmen pekanan juga bisa tergolong maksiat jika kita pernah mengikrarkan diri dan bertekad menjadi pengusung dakwah islam ini. Bahkan, terlalu banyak mengonsumsi hal mubah seperti FACEBOOK mungkin juga sudah masuk kategori maksiat... :D

Pernah suatu saat Umar bin Khoththob menanyai pasukannya tentang sholat malam mereka. Tak banyak yang mengiyakan. “Bagaimana mungkin Alloh akan menurunkan pertolongan dan kemenangannya?” geramnya. Allohu a’lam...

Saudaraku di jalan dakwah, sungguh masih banyak wilayah yang belum tersentuh dakwah. Masih banyak masyarakat yang menunggu uluran iman kita. Ketahuilah bahwa musuh-musuh islam sama sekali tak pernah berhenti untuk menjalankan makar mereka, fitnah dan penyesatan. Banyak yang masih perlu kita lakukan jika kita benar ingin menggapai kemenangan dan kemuliaan. Usia kita mungkin tak kan cukup untuk memenangkan kembali agama ini biidznillah. Perlu sekian generasi untuk menegakkan dien ini di tengah gempuran problematika umat yang beraneka macam tiada habisnya. Tak sepantasnya kita memanjakan diri dengan ketenangan semu. Umat menanti dakwah kita, mereka perlu aksi-aksi penyelamatan dari para da’i.
Kesyirikan dan kemaksiatan merajalela di negeri ini. Kejahiliahan kembali merebak dan semakin merebak. Generasi muda yang hanya mengerti mode dan teknologi semakin umum. Di mana posisi ilmu syar’i? Konon seorang teman pernah menulis mengenai UIN (Universitas Islam Negeri). UIN di berbagai kota, jurusan pendidikan yang banyak diminati bukan lagi cabang-cabang ilmu syar’i tapi ilmu-ilmu yang sifatnya sekunder. Siapa yang akan menjaga dan mengingatkan umat ini? Siapa yang akan melanjutkan para ulama salafush sholih penuntut ilmu syar’i dan para masyayikh? Sungguh, dakwah ini meliputi segala sisi kehidupan, masih banyak yang perlu kita celupi dengan warna Ilahi.

Apakah sudah puas dengan lima atau sepuluh tahun menjadi aktivis dakwah? Apakah merasa sudah mempunyai hujjah di hadapan Alloh agar terbebas dari siksa neraka? Apakah sudah cukup amal kita untuk mencari ridho Alloh? Subhanalloh...

Di area dakwah sya’bi (kemasayarakatan) ada suatu istilah unik yang menggejala di kalangan aktivis dakwah; “BIREN” -bar rabi leren-. Setelah menikah maka berhentilah aktivitas dakwah. Entah apa alasannya tapi ini nyata terjadi. Sampai-sampai ada beberapa kawan yang mengistilahkan SMS (Selagi Masih Single) atau MMS (Mumpung Masih Single) sebagai antitesis dari BIREN. Hal ini disebabakan adanya sinyalemen yang menunjukkan bahwa aktivitas dakwah seorang bujang hampir dapat dipastikan pasti lebih produktif dari seorang yang sudah menikah. Bagaimana idealnya? Silakan jawab sendiri.

Ikhwah fillah yang semoga diberi keistiqomahan oleh Alloh, berikut ini ada beberapa kutipan apa yang disampaikan oleh KH Rahmat Abdullah mengenai militansi:

“Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.”

“Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.”

Ayyuhal ikhwah, marilah kembali tumbuhkan militansi itu, panggil pulang mujahid dari Palestina, biarkan berkarya bagi bangsa. Nampaknya bangsa ini juga membutuhkan militansi para mujahid. Jalan nan panjang berliku, banyak rintangan, sedikit rijal, dan banyak godaan ini perlu diperjuangkan dengan kesungguhan. Teruslah berkarya, berkarya, dan berkarya. Berikan sedikit kontribusi bagi dakwah ini, sedikit lagi, dan lebih banyak lagi, berikan seluruhnya, harta dan jiwa. Kelak Alloh akan menggantikan semua dengan surga, keindahan yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, tak pernah terlintas dalam pikiran.

Saudaraku, kiranya sedikit tulisan ini dapat menjadi pemantik lahirnya kembali semangat juang para mujahid. Songsong kemenangan dan pertolongan Alloh dengan usaha dan kesungguhan kita. Dunia menantikan kebangkitan umat ini dari bangsa kita, Indonesia. Lihatlah fitnah dan perusakan terhadap aqidah dan pemahaman ditujukan musuh-musuh islam pada umat di negeri ini. Negeri kita benar-benar diperhitungkan. Usaha memecah belah sesama negeri muslim, dan masih banyak lagi.


Allohu akbar! 
Bangkitlah para mujahid! 
Tidakkah panggilan Alloh melantun indah??? 
Jangan pernah lelah ataupun lengah! 
Tetaplah bertahan dan bersiapsiagalah!!!


Anda dapat mendownload kumpulan tulisan “Untukmu Kader Dakwah” dari Ustadz Rahmat Abdullah di sini atau kunjungi pejuangperadaban.blogspot.com.

Segeralah Berlalu


Mungkin aku hanya harus sedikit bersabar 
Sebentar juga berlalu 
Pasti berlalu...


Kuharap tiada lama lagi 
Tak selamanya akan begini 
Takdir baru menanti...



Tak terhitung bilangan hari 
Tlah kusia bersamamu 
Bersama rasa yang tercabik 
Sabar, sabar, kataku 
Sebentar lagi juga berlalu



Tak istimewa mungkin 
Tapi terindah bersamamu 
Walau pada akhirnya dan selalu 
Pilu...



Yah, semua hanya cerita 
Kita semua punya cerita 
Tak terkecuali makna di baliknya...


Kenapa kita harus bertemu? 
Jika pada akhirnya harus saling melupakan 
Satu sama lain tersakit menyakitkan...



Ya Robb... 
Nampaknya Kau tak pernah kehabisan skenario 
Aku ikut lah... 
Jalan cerita-Mu...


Ridho aku 
Asal semua segera berlalu 
Segeralah berlalu...



Bismillah... 
Angkat dagu 
Pandang lurus ke depan 
Masa lalu tlah berlalu 
Masa depan tak mau menunggu...


Kuyakin takdirmu 
Kuyakin takdirku 

Anggap saja kita telah melaluinya 
Karena kita kini di atas takdir baru 
Dan akan terus beranjak 
Menemui takdir-takdir baru...


Temui bahagiamu 
Kan kucari bahagiaku 
Babak kita kan berlalu...


Dan kau tetap harus tahu 
Aku masih dan selalu mencintamu 

Tak terlupa 
Meski akan berlalu 
Tak kan lupa aku...



Begini nasib jadi bujangan 
Hanya berusaha menghibur diri 
Mu itu kata ganti untuk masa muda 

Masa lajang, masa menunggu 
Sampai berlalu 
Segeralah berlalu...



A sa yang terputus kelak kan terajut 
R indu dan pilu cepat kan terbasuh 
C inta yang menderu kan temukan muaranya 
E nyahkan ghoyah selain-Nya 
L illah, billah, fillah...



Suatu saat dan kuharap segera 
Kan kuucap, "Pamit dulu ya" 
Dan kaujawab, "Ya, hati-hati" 
Baarokalloh... 
Baarokalloh...



Saat ini ku masih sendiri 
Ah, tidak sendiri! 
Bersamamu 
Tapi segeralah berlalu...



Maukah kau jadi saksi? 
Saksi tekadku ini: 
ROMADHON TAHUN DEPAN HARUS SUDAH TIDAK SENDIRI!!! 
v(^^,)



LANJUTKAN hidupmu, Bujang! 
Jangan selalu menunduk dan terus menerus merasa hanya sebagai WONG CILIK! 
Percayalah, HARAPAN ITU MASIH ADA! 
LEBIH CEPAT LEBIH BAIK, bukan?


SEMANGAAATT!!! 
\\(^o^)//

Ini Bukan Dongeng

Beberapa hari setelah Idul Fitri saya silaturohim ke rumah salah seorang sesepuh Yayasan Al-Hikmah binaan Jama'ah Muslim BATAN. Menjelang saya pamit pembicaraan kami mengarah pada bencana yang terjadi di Sumatera Barat pada 30 September lalu. Di akhir pembicaraan beliau mengenang seorang dari Klaten yang berkunjung ke rumah beliau selepas pemilu dan sempat mengungkapkan hal ini, "Kita tunggu saja bencana untuk negeri ini..."
"Pemilu kemarin banyak suap!"
Na'udzubillah... semoga semua ini baru peringatan, bukan adzab.

Saya pun menulis hal tersebut di status FACEBOOK saya. Saya membubuhinya dengan harapan agar caleg maupun aleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tetap bersih, kembali meluruskan niat dan banyak istighfar. Untuk caleg dan aleg lain, pertahankan yang bersih dan bersihkan yang masih kotor. Berbagai tanggapan muncul, dari "jangan dihubung-hubungkan" sampai "saya benci PKS". Allohu a'lam... setidaknya kita ingat pemilik bumi ini, kehendak-Nya-lah segala apa yang terjadi di atas bumi, termasuk berguncang dan bergoyangnya. Peringatan dari kejadian umat terdahulu yang mendustakan ayat-Nya sudah banyak, kebinasaan, kehancuran, pemusnahan. Setidaknya kita makin yakin bahwa kuasa Alloh itu nyata. Bukan berarti di lokasi-lokasi bencana pasti penduduknya buruk. Ini peringatan, saudaraku... Jika Alloh berkehendak, luluh lantaklah dunia ini dengan satu kalimat-Nya... "Kun!"

Berikut ada sebuah kisah pendek mengenai salah seorang kader PKS di Yogyakarta, kisah yang sudah cukup lama dari sebuah buku "Bukan di Negeri Dongeng". Sebagai kado ulang tahun kota Yogyakarta yang ke-253 pada tanggal 7 Oktober 2009 kemarin serta sebagai inspirasi, semoga... Dan sekali lagi semoga perkataan salah satu saudara kita di awal tulisan ini salah. Masih ada anggota dewan dan pejabat yang bersih, insya'alloh...

PARSEL

Boedi Sewantoro hanya ingin berlaku benar. Maka, ia berkali-kali menolak berbagai dana tidak jelas dengan jumlah puluhan juta rupiah yang diberikan padanya.
Ia pernah menolak uang dari beberapa balon wakil gubernur DIY. Ia juga menolak gagasan penambahan "dana purna tugas" di DPRD. Kasus ini sempat mencuat di media di Yogyakarta. Masyarakat memujinya, namun tak sedikit rekannya di DPRD yang mencemooh anggota DPRD dari Partai Keadilan tersebut.

"Saya pernah mengkritik kebiasaan pejabat DIY menerima -bahkan meminta- parsel lebaran dari berbagai pihak, seakan itu menjadi suatu keharusan. Perkataan saya dimuat di koran-koran lokal. Lebaran tahun lalu, banyak anggota dewan yang memarahi saya karena tidak mendapat parsel dari para pejabat di eksekutif di DIY." katanya sambil tersenyum.
"Bayangkan, betapa bahagianya bila masyarakat kecil yang menerima itu semua dari pejabat. Jadi berikanlah parsel itu pada mereka..."
Helvy Tiana Rosa


Saudaraku, HARAPAN ITU MASIH ADA! 
Mari berjuang bersama! 
Kabar terakhir, hari Kamis 8 Oktober kader-kader PKS Padang berusaha mendistribusikan bantuan ke Padang Pariaman. 

"Bantuan menumpuk, yang mendistribusikan entah kemana, PEMDA masih cukup lambat, makanya kader harus turun, mohon doanya..."



Sumbangan dana bagi saudara kita di Padang bisa anda salurkan melalui: 
Rekening DPD PKS PADANG di BANK MUAMALAT INDONESIA a.n. PK SEJAHTERA DPD KOTA PADANG dengan nomor rekening 421 0000615
Silakan konfirmasikan bantuan anda ke nomor ini 0813 2888 4226. 
Jazakumullohu khoiron katsiron...


Anda bisa mendownload e-book "Bukan di Negeri Dongeng" di sini atau kunjungi pejuangperadaban.blogspot.com