Da'i Sang Raja Hutan

Da'i dan masyarakat itu semestinya bagaikan Singa dan hutan. Singa sebagai raja hutan berkewajiban melindungi seluruh isi hutan. Sebaliknya, ketika singa diganggu para pemburu sehingga terancam kehidupannya, hutan yang melindungi singa, menyembunyikan dan mengamankannya.

Tidak selayaknya da'i melakukan konfrontasi-konfrontasi dengan masyarakat yang akan menyebabkan dakwah tidak lagi santun, tidak lagi memunculkan rasa aman dan nyaman. Kebenaran harus disampaikan namun ada kaidah-kaidah sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang jauh lebih besar. Surat An-Nahl: 125, "Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

Nahi munkar boleh dilakukan ketika kemunkaran bisa berganti dengan kebaikan atau berganti dengan kemunkaran yang lebih ringan. Nahi munkar sama sekali tidak diperkenankan jika justru akan menjadikan kemunkaran berganti kemunkaran lain yang sama saja kadarnya apalagi berganti kemunkaran yang lebih besar. Selama masih ada sentimen kebencian terhadap kemunkaran tersebut, insya'alloh hati kita masih diliputi iman, meski selemah-lemah iman.

Bukan apologi! Tengoklah kisah nabi Nuh yang benar-benar telah menempuh semua jalan untuk menyeru kaumnya hingga digelari Ulul 'Azmi. Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, mereka para rosul dengan kesabaran dan tekad yang luar biasa untuk menyampaikan kebenaran pada umatnya. Tempuhlah berjuta cara, mintakan ampun pada Alloh, sabar, sabar, dan sabar...

Sekalipun Rosululloh dibenci oleh orang-orang kafir, tak ada dari mereka yang berani menafikan bahwa Muhammad bin Abdulloh sang pembawa risalah itu orang yang paling dipercaya, paling baik akhlaknya, paling santun kata-katanya. Rosululloh dibenci bukan karena pribadinya tapi karena ajaran yang dibawanya. Artinya, memang sunnatulloh bahwa orang kafir itu benci pada Islam tapi jangan sampai mad'u kita benci menjauh enggan menerima kebenaran hanya karena faktor pribadi kita sebagai da'i. Pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia...

Kemenangan Dakwah


Murobbi saya berpesan, "Kemenangan dakwah adalah kemenangan bersama antara da'i dan mad'u, tidak ada yang perlu merasa kalah."

Memang Alloh akan memenangkan agama ini walau orang-orang musyrik membencinya, akan tetapi kebencian itu terbalut oleh ketundukan, pengakuan bahwa memang Islam lah yang mampu menghadirkan kedamaian dan ketenangan bagi seluruh alam. Bahkan, sesungguhnya tak ada paksaan untuk masuk memeluk agama Islam.


Kemenangan Islam bukan berarti semua orang masuk Islam tapi Islam berjaya, kembali tinggi menaungi seluruh kehidupan. Ada sebuah hipotesis menarik, jika di sebuah negeri - umat Islam menjadi minoritas - biasanya banyak terjadi kekacauan terkait SARA akan tetapi jika di sebuah negeri - umat Islam menjadi mayoritas - biasanya negeri tersebut tenang dan damai. Kenapa? Karena hanya Islam yang mampu mewujudkan kedamaian di atas bumi, menebarkan rohmat bagi semesta alam. Konon, Jerussalem justru menjadi "Kerajaan Surga" ketika Islam yang menguasainya pada masa Sholahuddin Al-Ayyubi. Allohu a'lam...

Kesepakatan


Jika berdakwah di masyarakat, mulailah dari hal-hal yang menjadi kesepakatan bersama. Jangan dulu membahas hal-hal furu' (cabang) sehingga rentan pertentangan yang akan menyebabkan masyarakat resisten terhadap dakwah. Mulailah dari kebaikan yang menjadi kebutuhan masyarakat pada umumnya. 

Katakanlah, “Hai Ahlul Kitab, marilah kita berpegang pada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan di antara kami dan kalian, yakni bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah dan kita tidak mempersekutukan Dia dengan apa pun; tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” (QS Ali Imran: 64).



Ketika masyarakat telah nyaman dengan kita selaku da'i, niscaya mereka akan menjadikan kita pengambil keputusan. Orang Yahudi pun pernah ada yang meminta keadilan dari Rosululloh kan? 

“Maka demi Tuhanmu, tidaklah mereka beriman sehingga mereka menjadikanmu sebagai hakim pemutus perkara dalam apa yang mereka perselisihkan di antara mereka, kemudian meraka tidak mendapati di dalam diri mereka keraguan pada apa yang engkau putuskan dan mereka tunduk kepadanya dengan setunduk-tunduknya.” (An-Nisa': 65).


Jadilah da'i yang mempunyai kebaikan tidak hanya untuk umat Islam, jadilah da'i yang benar-benar mengayomi seluruh isi hutan...

Inspired by Ustadz Huda Tri Yudiana (Anggota DPRD Kabupaten Sleman Fraksi PKS)

Wasiat Presiden Soeharto

Pada masa kampanye PEMILU 2009 PKS pernah menampilkan sosok mantan presiden Soeharto sebagai guru bangsa. Hal itu menjadi kontroversi dan perbincangan “Apakah pak Harto layak disebut sebagai guru bangsa?” Ah, tulisan ini tidak akan membahas panjang tentang itu. Saya hanya ingin sedikit membahas tiga wasiat pak Harto kepada putra-putrinya.

Presiden Republik Indonesia yang menjabat lebih dari 32 tahun itu meninggal pada usia 87 tahun. Hari Ahad 27 Januari 2008 Indonesia berduka. Ketika itu ada sebuah pesan presiden Soeharto kepada putra-putrinya yang disampaikan reporter televisi kepada para pemirsa. Ada tiga hal yang sering dipesankan pak Harto: “Ojo dumeh! Ojo kagetan! Ojo gumunan!

Pertama, “Ojo dumeh!” artinya jangan mentang-mentang. Jangan mentang-mentang kaya, jangan mentang-mentang pintar, jangan mentang-mentang gagah, jangan mentang-mentang kuat terus menindas yang lain. Nasihat ibu teman saya, “Manusia itu diciptakan ada yang kuat ada yang lemah, ada yang pintar ada yang kurang pintar, biar yang kuat membantu yang lemah, yang pintar mengajari yang kurang pintar, bukan untuk mendzolimi.”

Kedua, “Ojo kagetan!” artinya jangan mudah kaget/ terkejut. Orang yang mudah terkejut biasanya mudah panik sehingga pikiran tidak lagi jernih untuk mengambil keputusan. Terkejut juga menghilangkan konsentrasi sehingga kita bisa kehilangan fokus. Konon orang yang punya penyakit jantung juga bisa mati mendadak jika terkejut.

Ketiga, “Ojo gumunan!” artinya jangan mudah kagum/ terpana. Orang yang mudah kagum biasanya gampang dimanfaatkan oleh salesman. Waktu kecil kalau diajak ke pasar mau beli perlengkapan sekolah, saya sering dipesan sama bapak agar jangan bilang suka dengan barangnya di depan penjual karena nanti jadi susah ditawar. Maksudnya, orang yang gumunan (mudah kagum) biasanya jadi tidak objektif lagi, semua jadi serba bagus, apapun keadaannya.

Setiap manusia pasti punya hal yang dikenang ketika meninggal. Semoga tiga wasiat mantan presiden Soeharto ini bisa menjadi jariyah beliau berupa ilmu yang bermanfaat bagi kita.
“Ojo dumeh! Ojo kagetan! Ojo gumunan!”

Nonaktif dari FACEBOOK

Bismillah... Mulai malam ini Sabtu 1 Mei 2010 insya'alloh saya akan memantapkan bahwa satu-satunya sarana saya berkreasi dalam bentuk tulis menulis di dunia maya hanyalah melalui blog ini: pejuangperadaban.blogspot.com. Adapun FACEBOOK dan sebagainya akan saya nonaktifkan. Email resmi saya akhid_ns@yahoo.com tetap bisa dihubungi. Semoga silaturahim tetap terjalin. Maaf atas segala khilaf selama ini ketika kita berinteraksi di dunia maya...