Oposisi
Seakan-akan ada dua
kubu di negeri ini. Kubu pemerintah dan kubu oposisi saling berkonfrontasi. Apa
ini terkait dengan politik praktis? Apakah ini antara partai-partai yang ada
dalam pemerintahan dengan partai-partai yang menyatakan diri sebagai partai
oposisi? Emm... Tidak juga.
Jika kita melihat
pertarungan antara partai (pendukung) pemerintah dengan partai oposisi mungkin
kita menemukan sebuah ketidakproduktifan. Hanya saling debat mana semestinya
kebijakan terbaik, hanya saling klaim ide paling tokcer, saling unjuk kebaikan
dan kebusukan, sepertinya itu yang kita saksikan bersama. Pemerintah vs
oposisi, tidak berbuah solusi untuk negeri.
Siapa oposisi?
Pernahkan Anda
mengamati semakin bergeliatnya para pengusaha? Pernahkah Anda mengamati gelora
dan obsesi mandiri para pemuda? Pernahkan Anda mengamati semakin banyaknya
lembaga-lembaga sosial yang mendedikasikan kegiatannya untuk menolong rakyat
banyak? Pernahkan Anda mengamati betapa ringan tangannya orang-orang membantu
saudaranya yang membutuhkan? Pernahkan Anda mengamati begitu dermawannya
masyarakat menyedekahkan harta bendanya untuk sebagian masyarakat yang lain?
Pernahkah Anda mengamati pembangunan-pembangunan masjid atau sarana umum yang
ternyata buah gotong royong?
Indonesia itu
dermawan. Dalam World Giving Index 126,2 juta orang Indonesia bersedekah uang
pada 2011. Ini jumlah kedermawanan ke-3 terbesar di dunia setelah India &
AS. (dari status FB sebuah grup)
Jika tidak bisa
diistilahkan apatis terhadap pemerintah, mungkin lebih baik kita sebut semua orang
tersebut oposisi pemerintah. Ketidakpercayaan rakyat atas kepemerintahan negeri
ini sepertinya memunculkan semangat untuk hidup sendiri. Rasanya muak
bergantung-gantung mengharap-harap peran pemerintah untuk menyelesaikan
berbagai masalah.
Manusia Setengah Dewa
Iwan Fals membuat
sebuah lagu berjudul “Manusia Setengah Dewa”. Lagu tersebut menjadi refleksi
akan kondisi bangsa ini. Banyak sekali keinginan rakyat terhadap pemerintah.
Jika keinginan-keinginan tersebut terpenuhi, pemerintah akan digelari “Manusia
Setengah Dewa”. Karena hampir mustahil semua keinginan rakyat dipenuhi,
barangsiapa yang bisa memenuhi maka barangkali dia “Manusia Setengah Dewa”.
Yang menyedihkan
dari syair lagu Iwan Fals “Manusia Setengah Dewa” adalah akhirnya rakyat
berkesimpulan, “Urus saja moralmu, urus saja akhlakmu.”
Masalah
pemerintah sendiri sudah terlalu naif. Jangankan menolong rakyat, menolong
dirinya sendiri saja tidak bisa. Suatu saat ada anggota dewan dari F-PKS DPRD
Kabupaten Sleman mengisahkan bagaimana dia menertawakan kawan-kawannya dari
fraksi lain. Ketika itu muncul wacana untuk menaikkan gaji anggota dewan.
Kenaikan gaji tersebut terhambat entah karena apa. “Hahaha... Sampeyan iki arep
nulung awake dhewe ngunggahke gaji wae ra iso. Opo maneh arep nulung rakyat”
Menyakitkan
memang apa yang disampaikan anggota dewan tersebut, tapi benar. Pemerintah sedang dilanda fitnah (ujian), apa
daya menolong orang lain jika diri sendiri belum terselamatkan. Inginnya
melunasi utang orang lain tapi utang sendiri bertumpuk menggunung. Bagaimana
memberantas para pencuri jika diri sendiri terlibat korupsi?
Selamatkan Bangsa Kita
Kita
bernegara perlu bekerjasama. Jika pemerintah dianggap sebagai pihak lain
sedangkan oposisi merasa sebagai pihak tersendiri, hancurlah negeri ini. Aku
dan kamu adalah kita. Kita yang menentukan masa depan bangsa kita. Aku tidak
berdaya tanpamu, kamu tak ada guna tanpaku, semestinya kita.
Salah
besar jika kita menyerahkan penyelesaian berbagai masalah hanya pada
pemerintah. Salah besar juga jika kita merasa akan bisa menyelesaikan sendiri
berbagai masalah tersebut. Mari bersinergi karena pada hakikatnya kita
merupakan satu pribadi. Pribadi Indonesia, satu nusa satu bangsa satu
cita-cita.
Untuk Sementara
Untuk
sementara mungkin kita berpikir, “Wahai pemerintah, selesaikan tugasmu. Biar
aku dan kawan-kawanku yang akan menolong saudara-saudaraku yang sebenarnya juga
termasuk rakyatmu”
Hingga
tiba saatnya nanti, kita akan bertemu menjadi satu. Jika saja negeri kita
guncang, aku juga adalah kamu, kita pancang. Jika sebelum tiba saat itu negeri
kita diserang, aku juga adalah kamu, kita sama-sama berperang. Sebenarnya aku
tak sudi turut membayar utang-utangmu, tapi aku juga adalah kamu, kita lunasi
bersama. Tak perlu khawatir, aku mendukungmu, asal kau juga jaga amanahmu. Kita
berbagi tugas, amalku amalku, amalmu amalmu. Setuju? Aku hanya tak mau
dikhianati dan tak mau mengkhianati.
Kita
sadar kita masih di depan pintu gerbang kemerdekaan. Kita sadar kita masih
meniti jembatan emas. Mari kita bersama-sama membuka pintu gerbang kemerdekaan,
kita merdeka, kita selesaikan perjalanan emas menuju negeri emas. Mari kita songsong
masa keemasan kejayaan Indonesia bersama-sama. Bismillah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar