Kultum vs Iklan Komersil

Kultum merupakan kewajiban setiap muslim. Hak muslim satu dengan yang lain yaitu ketika dimintai nasihat, ia memberikannya. Kultum merupakan bagian dari upaya amar ma'ruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat. Kultum lebih ringan dari pengajian. Jika diminta memilih, mengisi pengajian atau mengisi kultum, mungkin kita lebih memilih mengisi kultum karena tidak memerlukan kemampuan berlebih.

Kultum dikenal masyarakat dengan "kuliah tujuh menit". Dalam waktu yang cukup singkat diharapkan masyarakat mudah menangkap isi pesan dari seorang penceramah. Dalam waktu yang singkat seorang penceramah ditantang untuk menyampaikan pesan sejelas mungkin. Tujuh menit menjadi sangat bermakna ketika di televisi disandingkan dengan beberapa detik harga iklan komersil.

Sebuah iklan di televisi mampu menarik simpati penonton hingga akhirnya menaikkan omset perusahaan meskipun hanya ditayangkan kurang dari satu menit. Iklan tersebut mungkin begitu berpengaruh karena berulang-ulang ditayangkan. Materi iklannya sama, bintang iklannya sama, diulang-ulang seharian, orang yang tidak peduli lama-lama jadi menaruh perhatian.

Bagaimana dengan kultum? Kultum bisa jadi sangat membosankan ketika penceramahnya sama saja setiap tahun, apalagi materinya juga itu-itu saja. Sungguh akan terasa bedanya antara penceramah yang mempunyai visi dengan penceramah yang hanya menyampaikan kultum sebatas ritual. Coba cermati gaya para penceramah di masjid Anda ketika mereka menyampaikan kultumnya.

Jika kita mengamati iklan di televisi, yang mereka lakukan adalah sebuah persuasi. Sebenarnya hal tersebut sama dengan yang dilakukan para penceramah. Lalu apa yang membedakan antara iklan dengan kultum?

Demi berubahnya perilaku konsumen dari yang tidak tertarik menjadi tertarik, dari yang sekedar tertarik akhirnya membeli, sebuah perusahaan mungkin berani menganggarkan milyaran rupiah per tahun untuk membuat iklan promosi di televisi. Mereka menyewa para artis terkenal, membuat jingle lagu, bahkan melakukan riset terhadap produk mereka terkait dengan selera konsumen dan permintaan pasar.

Demi berubahnya perilaku umat, apa yang dilakukan para penceramah? Seserius para pengiklan di televisi kah? Jika masyarakat enggan berangkat sholat berjama'ah ke masjid, pernahkah kita mengkaji alasan mereka enggan ke masjid? Kira-kira pendekatan apa yang paling tepat agar masyarakat di sekitar kita mau memakmurkan masjid? Tentu saja akan berbeda di tiap-tiap daerah.

Bulan Ramadhan merupakan primetime atau jam tayang utama bagi para penceramah untuk menampilkan iklan surga. Kultum-kultum demikian marak di masjid-masjid dan mushola. Sebuah pertanyaan kembali muncul, "Iklan yang bertubi-tubi akan membuat orang tertarik atau justru akhirnya menarik diri?"
Ibarat sebuah botol, jika diisi air yang mengalir kecil maka air akan masuk ke dalam botol dengan perlahan. Sebaliknya jika botol tersebut diisi air yang mengalir deras maka hanya akan ada sedikit air yang masuk ke dalam botol, sisanya tumpah berhamburan.

Tingkat keberhasilan para penceramah dalam menyampaikan iklan surga akan bisa kita lihat dari naik tidaknya omset masjid setelah Ramadhan. Jumlah jama'ah di masjid kita setelah Ramadhan dibandingkan ketika Ramadhan atau sebelum Ramadhan grafiknya naik atau turun? Jika grafiknya justru turun, semestinya kita perlu melakukan riset dan menyusun ulang strategi. Kalau perlu anggaran iklan ditambah agar sepanjang tahun bisa terus beriklan. Dengan iklan yang masif sepanjang tahun diharapkan konsumen semakin terngiang-ngiang akan surga hingga akhirnya tergerak untuk membeli surga.

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka" (QS At-Taubah: 111)

Mari kita bersungguh-sungguh dalam mengiklankan surga. Tak ada ruginya sama sekali menjadi tenaga marketing Perusahaan Milik Allah. Komisi sebanding omset, bahkan berlipat-lipat, jaminan hari akhir terbebas dari adzab, jaminan masuk surga, janji kepemilikan istana di surga, belum bonus-bonus lain dari arah tak disangka-sangka.

Maka, mari perbaiki cara kultum kita agar lebih menggugah dan membuat orang berubah. Mari pastikan kebenaran nampak sebagai kebenaran dan diikuti oleh banyak orang serta kebatilan nampak sebagai kebatilan dan dijauhi oleh banyak orang.

Allohu a'lam...