Di Titik Mana Sebaiknya Antar Pengusaha Bersinergi?

Saat Anda mengambil jalan untuk menjadi pengusaha, mau tak mau Anda harus bersinergi dengan banyak pihak. Boleh jadi karena mitra kita berasal dari daerah yang sama, bisa juga karena lini usaha yang sama, ketersediaan modal yang saling melengkapi, berlokasi di pasar yang sama, atau memiliki visi yang sama sekalipun usahanya nampak tidak saling berhubungan, semua itu sah menjadi latar belakang kerjasama pengusaha. Banyak "irisan" antarpengusaha.

Pertanyaannya ialah: "Di titik mana sebaiknya kita bekerja sama?"
Anda dan mitra bisnis Anda yang paling tahu titik itu. Sebagian orang mengatakan titik itu adalah titik dimana antarpengusaha memiliki kesamaan kepentingan. Misal penjual bakso dan penjual sup buah melakukan merger usaha sehingga menjadi satu warung makan bersama. Pelanggan bakso akan tertarik mencoba sup buah dan sebaliknya sehingga kedua pengusaha bisa meningkatkan angka penjualan.

Beberapa pengrajin batu akik menggelar festival pameran pesta batu di aula balai kota. Pengusaha muslim membentuk sebuah komunitas atau forum. Pengusaha travel bekerjasama dengan pengusaha katering di rest area. Pengusaha percetakan bekerjasama dengan event organizer. Banyak jejaring bisnis yang memiliki irisan kepentingan dan bisa dikerjasamakan.

Tak jarang para pengusaha memiliki lebih dari satu irisan kepentingan. Dalam kondisi seperti itu, irisan mana yang sebaiknya disinergikan? Apakah hanya bisa satu irisan atau bisa semuanya dikerjasamakan? Semirip-miripnya dua pengusaha, tidak semua irisan perlu dipertemukan. Bahkan bisa jadi tidak perlu dipaksakan untuk beririsan.

Dua orang pengusaha yang sekaligus penggiat kegiatan sosial ada yang hanya bisa bekerjasama di wilayah bisnis, ada yang hanya bisa bekerjasama di wilayah sosial, ada yang tak bisa bekerjasama, ada yang bisa bekerjasama di wilayah keduanya. Bagaimana cara mengetahui di titik mana kita perlu bersinergi? Hati! Ya, gunakan hati. Pandangan mata dan akal kita terlalu terbatas untuk bisa menyelami hati. Sinergi melibatkan hati, maka berhentilah sejenak untuk berdialog dengan hati.

Kerjasama bisnis tak selalu tentang keuntungan, ada urusan kenyamanan dan kebaikan hubungan. Seorang pengusaha mungkin memilih menolak tawaran kerjasama karena resikonya bukan hanya persoalan untung rugi namun pertaruhan persahabatan. Dua pengusaha memilih nafsi-nafsi demi menjaga kekeluargaan. Seringkali fastabiqul khoirot lebih menumbuhkan daripada komitmen untuk tumbuh bersama.

Tengoklah berapa banyak kelompok usaha bersama yang berhasil berjalan lebih dari dua tahun! Tak lebih dari 10% yang bertahan. Pengusaha ibarat magnit, lebih mudah menginduksi sebatang besi yang akan menarik besi-besi lain daripada mengumpulkan serpihan magnit dengan harapan jika saling merapat maka daya tariknya akan lebih kuat.

Pilihan-pilihan yang berbeda harus saling dimengerti oleh para pengusaha. Saat ada peluang kerjasama menjanjikan keuntungan dan nyaris tanpa resiko, bisa jadi tawaran itu ditolak karena si pengusaha hendak menikahkan adiknya, bisa saja. Alasan-alasan tak masuk akal kadang harus kita terima. Pengusaha juga mungkin tidak segera merespon penawaran kerjasama karena arti sebenarnya ialah "tidak". Saat diajak bertemu, diskusi, nyaris tidak bisa mencocokkan jadwal, mundurlah sejenak, tanya hati.

Bagi seorang ahli marketing mungkin sekali dua kali gagal memancing "ya" tidak akan menyurutkan langkah untuk terus melakukan pendekatan kepada calon mitra. Jika Anda seorang pengusaha, tindakan overmarketing justru berbahaya. Dalam kerjasama saat ini mungkin Anda bisa memaksa calon mitra bersinergi, kerjasama-kerjasama selanjutnya bisa saja Anda akan dicoret dari daftar mitra. Sekalipun kerjasama sebelumnya berhasil membukukan keuntungan, mitra Anda akan menyimpan rapat-rapat hatinya, dia mungkin akan tetap bekerjasama namun hanya alakadarnya.

Lalu di titik mana sebenarnya kita bisa bersinergi? Tanya hati, jangan mengada-ada. Silaunya pengusaha akan potensi laba bisa membutakan mata hatinya. Sekali lagi sinergi bukan semata faktor keuntungan, bukan juga semata faktor kesamaan. Ianya sebuah pilihan yang tak bisa dipaksakan.

Anda Termasuk Pengusaha Efektif atau Efisien?

Pertama kali mendengar istilah "efektif" dan "efisien" mungkin Anda akan bertanya, "Bedanya apa?" Silakan cari di KBBI untuk makna pastinya namun mari simak penjelasan sederhana ini. Efektif berarti apa yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha memiliki daya guna semaksimal mungkin. Efisien berarti apa yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha kadarnya seminimal mungkin.

Efektif dan efisien memang tidak perlu dipertentangkan karena keduanya sama-sama menjadi andalan pengusaha. Prinsip ekonomi (kapitalis) mengatakan bahwa dengan modal minimal kita harus berusaha mendapatkan keuntungan maksimal. Saat SMP guru pelajaran ekonomi saya meralat prinsip itu menjadi dengan modal seadanya dapatkan keuntungan sewajarnya. Setelah ngaji saya mengganti prinsip itu menjadi dengan apa yang kita punya kita dapatkan pahala sebanyak-banyaknya.

Terkadang pengusaha memposisikan diri pada kondisi dilema yang sebenarnya tidak perlu. Misal seorang pengusaha catering dihadapkan pada pilihan: mengurangi ukuran porsi, mengganti bahan baku dengan yang lebih murah, mengurangi cabe, mengurangi tisu, tusuk gigi dan sebagainya agar ongkos produksi lebih efisien atau justru menambahkan kartu nama, voucher, selebaran, dan sebagainya agar ribuan dus yang akan dibagikan ke sekian banyak orang menjadi lebih efektif karena sekaligus menjadi media promosi. Kira-kira mana yang Anda pilih jika Anda sebagai pengusaha catering?

Pengusaha yang lebih mementingkan efisiensi cenderung berpikir bahwa pengeluarannya bisa mengurangi laba atau membengkakkan biaya produksi. Pengusaha pro efektivitas cenderung lebih berani berbelanja asal mendapatkan berbagai nilai tambah. Sekali lagi tak perlu dipertentangkan. Mari kita gali dari sisi konsumen. Ada konsumen dengan orientasi harga, ada pula konsumen dengan orientasi kualitas. Konsumen yang berorientasi harga lebih mementingkan murahnya daripada kualitasnya. Konsumen yang berorientasi kualitas seringkali justru akan mencari produk dengan harga mahal asalkan berkualitas.

Mana pasar yang lebih baik untuk disasar? Price oriented people atau quality oriented people? Saya tidak menyarankan Anda untuk ekstrem kepada salah satu kutub. Anda boleh menjadi pengusaha dengan jumlah transaksi sedikit namun omset dan margin keuntungan melangit. Anda juga boleh menjadi pengusaha dengan margon keuntungan sedikit namun jumlah transaksi dan omset juga melangit.

Apa arti semua ini? Anda boleh mengefisienkan biaya produksi sehingga jutaan konsumen loyal dengan harga murah produk Anda. Anda juga boleh mengefektifkan biaya produksi sehingga ribuan konsumen loyal karena termanjakan oleh kualitas produk Anda. Tentu idealnya kita bisa berlaku efektif sekaligus efisien.

Anda sendiri yang tahu kapan harus efektif dan kapan harus efisien. Bisa jadi di awal mendirikan usaha Anda harus berusaha efisien lalu menjadikannya efektif saat usaha sudah berjalan atau sebaliknya di awal menjalankan usaha Anda harus berusaha efektif lalu membuat segalanya lebih efisien saat usaha sudah berjalan. Jangan menjadikannya dilema!

Kunci Rahasia Cara untuk Menjadi Kaya Raya Tujuh Turunan

Pernahkah Anda memimpikan mempunyai gudang koin emas seperti paman Gober? Bagaimana cara paman Gober meng-kapital dan memonopoli bisnis di seluruh kota Bebek sehingga seluruh lini kehidupan mengalirkan uang kepadanya? Yah, paman Gober hanya tokoh rekaan dalam komik.

Pesan tersirat dari cerita-cerita komik paman Gober ialah ambil semua untuk kamu sendiri, sangat jauh berbeda dengan pesan Nabi Muhammad saw. Seorang pengusaha muslim tidak selayaknya menimbun harta.


"Orang-orang yang menimbun emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Alloh, kepada mereka beritahukanlah bahwa mereka akan mendapat siksaan yang sangat pedih." (At-Taubah : 34)


“Dari Sa'id bin Musayyib RA beliau menceritakan hadits bahwasanya Ma'mar RA berkata bahwa Rosululloh SAW bersabda: "Barangsiapa menimbun maka dia telah berbuat dosa." dan pada lafadz yang lain (Nabi) bersabda: "Tidaklah seorang menimbun kecuali dia berdosa." (HR. Muslim)


Hakikat harta haruslah mengalir. Ia berpindah dari satu tangan ke tangan lain untuk diambil kemanfaatannya. Jika kita menahan dan menimbun harta terlalu lama, bisa jadi ada orang-orang yang terhalang untuk memanfaatkan harta itu. Kita akan memahaminya jika mempelajari hakikat zakat dalam Islam. Mungkin lain kesempatan insyaalloh kita bahas.


Saya memberi pengantar tentang menimbun harta untuk menghadirkan imajinasi kita tentang kaya tujuh turunan. Banyak orang beranggapan bahwa istilah kaya ialah definisi untuk harta berlimpah. Kaya tujuh turunan pun seakan-akan identik dengan gudang uang, harta karun, emas, tanah, deposito, dan sebagainya. Seolah-olah kaya tujuh turunan memberikan kepastian jaminan hidup bagi tujuh generasi.


Bagaimana sesungguhnya cara menjadi kaya tujuh turunan? Mungkin ada yang nyeletuk, "Boro-boro kaya tujuh turunan, buat makan aja susah."
Tak masalah kondisi kita saat ini seperti apa. Bukan jaminan apa yang kita miliki sekarang akan bisa dinikmati oleh generasi setelah kita minimal tujuh turunan. Bisnis yang kita miliki sekarang pun belum tentu bisa diurus dengan baik oleh anak keturunan kita. Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi kaya tujuh turunan?


Untuk menjadi kaya tujuh turunan kita tidak perlu mengumpulkan harta sebanyak mungkin lalu ditimbun. Perhatikanlah perintah Alloh dalam surat An-Nisa ayat 9 berikut :

"Dan hendaklah takut orang-orang yang seandainya mereka meninggalkan di belakang mereka anak keturunan yang lemah yang mereka takut atas mereka. Dan hendaklah mereka bertakwa pada Alloh dan mengatakan perkataan yang benar."


Kita memang boleh, bahkan diperintahkan untuk khawatir terhadap anak keturunan kita. Kita takut mereka akan menjadi generasi yang lemah termasuk lemah finansial. Kalaupun sekarang kita juga belum cukup kuat dalam hal finansial, takutlah generasi setelah kita lebih lemah dari kita. Hal ini seperti kata orang-orang tua, "Jangan kaye emak ame babe. Cukup emak ame babe aje yang susah. Elu mah kagak boleh."


Bagaimana caranya menjadi kaya tujuh turunan? Dengan kalimat lain, bagaimana caranya mencegah miskin tujuh turunan? Alloh telah memberikan solusi agar kita bertakwa pada Alloh dan mengatakan perkataan yang benar. Dengan bertakwa dan berkata benar semoga anak keturunan kita mampu mewarisi kebaikan-kebaikan kita.


Jika kita mempunyai sebuah bisnis atau perusahaan, yang terpenting bukan bagaimana membuat bisnis kita menjadi sebesar mungkin sehingga anak keturunan kita tinggal melanjutkan namun bagaimana membuat anak keturunan kita mampu mengelola bisnis tersebut. Aset dan harta kasat mata barangkali hanya bisa bertahan satu dua hari. Harta yang ada dalam dada akan bisa bertahan selamanya, insyaalloh. Benar, ini tentang ilmu.


Dengan ilmu kita berusaha menempuh jalan takwa. Dengan ilmu kita berusaha berkata-kata benar. Dengan ilmu insyaalloh kita akan menjadi kaya tujuh turunan. Kalaupun kita tidak bisa mewariskan kekayaan harta, dengan ilmu insyaalloh anak keturunan kita akan kaya dengan sendirinya.

Pentingnya Kecocokan Jiwa dalam Bisnis

Kecocokan jiwa tidak hanya bahasan orang-orang yang sedang jatuh cinta dan mencari jodoh. Kecocokan jiwa juga merupakan hal penting dalam bisnis. Bisnis tak akan berjalan tanpa adanya kecocokan jiwa. Kecocokan jiwa ibarat frekuensi dalam sebuah komunikasi radio. Jika frekuensinya tidak sama maka akan banyak suara-suara yang mengganggu dalam komunikasi radio.

Kecocokan jiwa dalam bisnis meliputi tiga hal :

1. Antara Pengusaha dengan Bisnisnya
Seorang pengusaha tentu harus memilih bisnis apa yang sungguh-sungguh ingin dijalani sebelum melangkah pertama kali. Memang banyak pengusaha yang akhirnya memiliki berbagai macam bisnis namun setidaknya mereka pasti memulainya dari satu bisnis. Tanpa adanya kecocokan jiwa antara pengusaha dengan bisnis yang dijalankannya bagai "status palsu" sebagaimana dipopulerkan Vidi Aldiano.

Banyak kisah pengusaha yang pada akhirnya kembali pada bisnis yang semula dijalankan setelah mencoba bisnis-bisnis lain. Banyak pula kisah pengusaha yang tersesat di jalan yang benar. Inilah yang membuat faktor kecocokan jiwa dalam bisnis antara pengusaha dengan bisnisnya begitu penting.

2. Antara Anggota Tim dalam Bisnis
Bisnis tak pernah bisa dilakukan seorang diri. Pengusaha selalu menjalankan bisnis dengan mengoptimalkan potensi yang ia miliki sekaligus membentuk tim yang bisa menutupi kekurangan-kekurangannya. Adanya kesepahaman dan kesamaan visi menjadi syarat mutlak agar bisnis bisa berjalan dengan baik.

Kecocokan jiwa dalam sebuah tim bisnis akan membantu roda bisnis berputar lebih mulus. Jika Anda pernah bermain futsal dengan tempo cepat, mungkin bisnis bisa diibaratkan seperti itu. Tidak banyak gocek sana sini namun mantap dengan umpan umpan cepat dan akurat sehingga tercipta gol-gol indah. Tak banyak yang perlu dikatakan dan dikomunikasikan antarpemain karena mereka sudah saling paham. Kemana bola akan diumpan, kemana harus bergerak, tim yang telah memiliki kecocokan jiwa akan mampu membaca pikiran satu sama lain.

3. Antara Bisnis dengan Konsumen
Bisnis tak akan berjalan tanpa adanya konsumen. Konsumen merupakan bahan bakar bisnis. Perlunya kecocokan jiwa antara bisnis dengan konsumen menjadi sangat penting dalam bisnis. Kita bisa saja membuat konsumen mengikuti selera kita sebagai pengusaha namun di saat lain kita juga harus mampu membaca kemauan konsumen.

Kecocokan jiwa yang tercipta antara bisnis dengan konsumen akan melahirkan konsumen loyal. Konsumen loyal yang menjadi pelanggan tetap akan menjadi marketing tak terkontrol. Marketing tak terkontrol akan menjadi perantara Alloh dalam memberikan rizki yang tak disangka-sangka dalam bisnis.

Semoga pembahasan ini bermanfaat. Untuk menemukan kecocokan jiwa memang tidak mudah. Kita perlu kembali ke titik nol, netral, lalu membaca ayat-ayat Alloh agar mencapai hakikat kesejatian. Pada akhirnya kelak kita akan menemukan makna sesungguhnya kita terlahir di dunia ini diinginkan oleh Alloh berperan seperti apa dalam peradaban. Beningkan hati, beningkan jiwa, temukan kecocokan jiwa.

Makna Personal Branding dalam Bisnis

Personal branding bukan sesederhana menjadi beda dari yang lain. Ia bukan juga sekedar yang penting menonjol dan mudah dikenali. Personal branding merupakan identitas. Bisa jadi kita dikaruniai wajah yang sama dengan orang lain namun namanya berbeda. Bisa jadi nama kita sama dengan orang lain namun bentuk wajah kita berbeda.

Alloh telah menciptakan manusia dalam sesempurnanya ciptaan. Tak ada satupun manusia yang sama dengan manusia lain. Alloh menjelaskan dalam Al-Qur'an bahwa manusia diciptakan laki-laki dan perempuan lalu dijadikan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Artinya sejak semula kita memang sudah dilahirkan memiliki personal branding agar memudahkan satu sama lain saling mengenali.

Di sini akan kita bahas hal yang paling mendasar dari personal branding. Ia bukan sekedar identitas fisik sebagai pembeda namun ia sebuah karakter. Karakter tumbuh bukan akibat direkayasa. Karakter tumbuh karena tempaan waktu. Merek-merek lama yang berhasil bertahan dari proses turbulensi pergantian generasi menunjukkan bahwa merek itu mempunyai karakter. Karakter tak akan hilang oleh pergantian mode maupun generasi.

Bagaimana agar kita memiliki personal branding atau merek yang setidaknya memiliki masa usia panjang? Jawabannya bukan buatlah logo, kemasan, dan sebagainya dengan unik. Jawabannya adalah apa misi yang ingin kita usung dalam sebuah produk. Dengan istilah lain apa peran sebuah produk tersebut dalam peradaban manusia sehingga manusia di semua zaman terus menerus memerlukannya.

Dalam perenungan yang lebih mendalam, jika ditarik ke belakang dari sebuah merek atau produk, pastilah ada pertanyaan, "Apa peran yang ingin diambil oleh pemilik atau pencipta produk tersebut dalam peradaban manusia?" Semoga tulisan ini bisa membuka cakrawala berpikir kita mengenai personal branding dalam bisnis.

Langkah Yang Harus Diambil Para Aktivis Dakwah di Tengah Kegaduhan Negeri Ini

Para aktivis dakwah tidak semestinya ikut terombang ambing dalam kegaduhan situasi ideologi politik ekonomi sosial budaya pertahanan dan keamanan negeri ini. Para aktivis ialah mereka yang mampu menerawang kondisi masa depan, bukan sekedar latah menjalani hiruk pikuk perjuangan masa kini. Para penulis narasi tak akan goyah iman di antara mencekamnya suasana kekinian.

Agar tetap pada benang merah visi dakwah, berikut ini beberapa sikap dan langkah yang harus dilakukan para aktivis dakwah di tengah kegaduhan negeri Indonesia selain tetap sabar dalam iman dan senantiasa berdoa:

1. Kembali pada Al-Quran
Arahan petunjuk Ilahiyah ada dalam Al-Quran. Ruh perjuangan para aktivis dakwah ialah Al-Quran. Sebaik-baik tuntunan ialah Al-Quran. Sudah semestinya inti pergerakan para aktivis ialah mengejawantahkan Al-Quran dalam kehidupan. Segala kesibukan membaca, melafalkan, mendiktekan, menghapalkan, mengajarkan, memahami, mengamalkan, dan menyebarluaskan Al-Quran harus menjadi garis besar perjuangan.

2. Kuatkan tarbiyah
Segala macam upaya dan jalan untuk membentuk karakter pribadi islami dan dai harus digalakkan. Kebersihan aqidah, keshohihan ibadah, kebaikan akhlak, kesehatan jasmani, kemandirian ekonomi, kedisiplinan dan kemanfaatan diri harus terus dipupuk.

3. Kokohkan keluarga
Keluarga menjadi pondasi dakwah yang harus terus dijaga. Tarbiyah di lingkungan keluarga, saling mengingatkan dan menguatkan antarpasangan, bersama mendidik generasi, serta terus berusaha mewujudkan pembetukan keluarga muslim harus ditelateni. Termasuk ikhtiar mempertemukan benih-benih kebaikan sehingga muncul keluarga-keluarga muda yang menjadi teladan bagi lingkungan juga suatu hal yang tak boleh diabaikan.

4. Hidup hemat
Rasanya semua orang perlu berhemat dengan kondisi harga, ketersediaan barang, serta situasi ekonomi nasional maupun internasional yang sangat misterius ini. Para pakar memprediksi keadaan akan bertahan setidaknya dua sampai tiga tahun bahkan bisa menjadi lebih buruk meskipun peluang membaik juga tetap ada. Kurangi gaya hidup yang tidak perlu, mulailah hidup sederhana namun bukan berarti menimbun harta. Bagaimana dengan menabung? Sesungguhnya menabung hanya akan mengurangi nilai kemanfaatan harta. Jika yang ditabung adalah uang, bisa dipastikan nilainya akan semakin merosot seiring inflasi atau melemahnya daya beli uang. Menabung juga akan menghambat sirkulasi uang yang artinya memperlambat mengalirnya rizki bagi diri sendiri maupun orang lain. Belanjakanlah harta dengan hemat, cermat dan tepat.

5. Pertahankan bisnis
Bagi para aktivis dakwah yang telah memiliki atau sedang merintis bisnis, bersabarlah, tsabatlah. Hampir bisa dipastikan semua pengusaha mengalami hal yang sama saat ini. Harga bahan baku naik, operasional naik, gaji karyawan minta naik, pinjaman modal berbunga, pajak naik, inflasi tak terbendung, penjualan menurun, apa istilah lain selain "badai" bagi para nahkoda? Seorang ustadz sampai mengatakan, "Tak ada yang akan berpihak pada para pengusaha kecil kecuali Alloh" Banyak bisnis akan terpaksa gulung tikar, banyak pengusaha akan semakin terjerat utang, kecuali atas pertolongan Alloh. Yang penting untuk dilakukan para pengusaha saat ini bukanlah mengejar profit sebesar mungkin namun menjaga agar kapal tidak karam karena badai. Badai pasti berlalu, insyaalloh, jadilah survivor.

6. Saring informasi
Bagai sampah yang terus mengalir mengotori hati dan pikiran, media tak segan-segan menampilkan headline penuh kebusukan. Fakta-fakta sekalipun yang berupa keburukan perlahan pasti mencabik jiwa-jiwa sakinah para aktivis dakwah. Gosip dan fitnah berhembus sepoi menenteramkan nurani nan gerah, menyegarkan namun membakar, hingga tanpa sadar ia telah menjadi abu. Kurangi paparan informasi yang tak menambah iman dan amal sholih secara nyata.

7. Terus membina umat
Keberhasilan membina umat tidaklah diukur dari keberhasilan mempengaruhi pilihan-pilihan politik mereka. Berapa banyak masyarakat yang akhirnya mengikuti majlis-majlis ilmu? Berapa banyak muslim memakmurkan masjid? Dan berapa banyak masyarakat makmur karena masjid? Berapa banyak dari mereka yang akhirnya menjadi para penyeru? Berapa banyak dari mereka yang akhirnya menjadi penopang? Berapa banyak umat yang berpihak pada dakwah? Jumlah memang bukan ukuran, hanya saja mungkin kita perlu bertanya sudah berapa insan kita cerahkan.

8. Jangan tawarkan uang, tawarkan kekeluargaan
Para juru dakwah seringkali menjadi tempat umat mengadu. Beragam masalah umat menjadi bagian dari masalah dai namun masalah dai hanya akan menjadi masalah dai sendiri. Para dai yang telah memiliki basis finansial, posisi, akses pendanaan, dan jaringan donatur yang luas hendaknya tidak tergesa-gesa menjadikan uang sebagai solusi atas masalah-masalah umat. Memang banyak permasalahan akan selesai dengan uang tapi hal itu bisa menimbulkan masalah baru jika kurang berhati-hati. Tawarkan mereka telinga, tawarkan mereka tangan, tawarkan mereka kehangatan, kekeluargaan, dan solidaritas yang jauh lebih berharga dari uang.

9. Siapkan untuk kondisi terburuk
"Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya tetapi Allah mengetahuinya..." (Al Anfal: 60)
Segala kondisi sangat mungkin bagi dakwah sekaligus dainya. Boleh jadi dakwah perlu berpakaian necis dengan jas, dasi, dan sepatu pantofel, kadang hanya perlu kemeja dan celana jeans, kadang cukup kaos dan sarung, dipakai dari satu kantor ke kantor lain, hotel, masjid, dan tempat-tempat umum. Tak menutup kemungkinan dakwah perlu berpakaian doreng sambil mengangkat senjata dari hutan ke hutan.

10. Jadilah layaknya singa si raja hutan
Saya pernah menulis tentang "Dai Sang Raja Hutan" di link berikut: http://pejuangperadaban.blogspot.com/2010/05/dai-sang-raja-hutan.html?m=1. Dai dan masyarakat hendaknya seperti singa dan hutan. Singa menjadi pemimpin hutan, saat pemburu mengejar singa, hutan yang menyembunyikan dan melindunginya. Dakwah harus memiliki basis massa. Nabi Musa ketika hendak mendakwahi Fir'aun juga tak hanya sendiri. Beliau minta ditemani Harun, lalu minta ditemani Bani Israil. Seburuk-buruk umat masih lebih baik jika mereka dipimpin seorang dai dibandingkan mereka dipimpin orang lain, apalagi tanpa pemimpin. Hingga masyarakat yang tak pernah sholat sekalipun meminta anaknya diberi nama oleh sang dai, minta dipilihkan sekolah, minta pertimbangan mengenai calon mantu, dan sebagainya, itulah dai si raja hutan.

Wallohulmusta'an...

Tiga Doa Andalan Pengusaha

Do'a seorang pengusaha menjadi modal dasar dalam bisnis sebelum modal-modal lain. Anda ingin berbisnis namun tidak memiliki modal cash money? Anda ingin berbisnis namun tidak memiliki aset? Janganlah pernah merasa miskin, ada do'a yang merupakan unlimited capital bagi seorang pengusaha. Kemampuan do'a melebihi perbankan dan relasi dalam bisnis. Do'a membuat yang tidak mungkin menjadi sangat sangat mungkin.

Alloh berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 186 yang artinya "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada Engkau tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat (kepada mereka). Aku perkenankan doa orang-orang yang mendoa apabila ia memohon (mendoa) kepada-Ku. Sebab itu, hendaklah mereka memenuhi (seruan)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk."

Terang sekali jaminan dikabulkannya do'a oleh Alloh. Tidak ada apapun yang tidak bisa kita minta pada Alloh. Kita boleh minta apapun pada Alloh. Inilah pentingnya do'a seorang pengusaha. Wajib dan harus seorang pengusaha melandasi segala aktivitas bisnisnya dengan do'a.

Nah, dalam berdo'a selain seorang pengusaha bisa dan sangat penting untuk berdo'a sendiri ada tiga do'a pengusaha yang harus dioptimalkan. Tiga do'a ini bagaikan roda mobil yang melengkapi satu roda doa seorang pengusaha. Keempat do'a tersebut jadilah empat roda yang akan menopang berjalannya mobil bisnis.

Ketiga do'a yang harus dioptimalkan seorang pengusaha selain do'a pribadi :
  1. Do'a ibu / ayah. Jangan pernah berharap bisnis sukses tanpa ridho ibu / ayah.
  2. Do'a istri. Jangan pernah berharap bisnis sukses tanpa dukungan istri.
  3. Do'a anak. Jangan pernah berharap bisnis sukses tanpa anak-anak merasa senang ketika Anda pulang ke rumah.

Pacaran Itu Investasi?

Pernahkah Anda mendengar istilah bahwa pacaran itu merupakan sebentuk investasi. Pacaran itu menginvestasikan harta, tenaga, waktu, pikiran, dan perasaan untuk kelak mendapat ROI (Return of Investment) berupa sebuah prosesi pernikahan nan membahagiakan. Segala sakit, perih, nelangsa, dan menderitanya pasangan yang pacaran akan terhapuskan dengan hingar bingar resepsi pernikahan seharian.

Kapital Anda bisa hangus seketika saat Anda mulai bahagia karena mendekati masa panen namun tiba-tiba pacar Anda ditelikung orang lain. Apalagi jika investor nakal yang menelikung calon pasangan Anda itu sahabat karib Anda sendiri. Apalagi jika ternyata pacar Anda yang berinisiatif mencari investor lain. Sakitnya tuh di sini, kata anak zaman sekarang.

Kondisinya juga bisa jadi justru Anda yang tertarik berinvestasi di bisnis lain. Karena sebuah nasihat bisnis mengatakan "Jangan simpan telur dalam satu keranjang" maka Anda menginvestasikan sebagian kapital Anda pada bisnis yang sedang nge-hits atau bisnis lama yang pelan-pelan menjanjikan keuntungan yang lumayan. Kalaupun investasi A tidak menghasilkan profit atau bahkan pailit, setidaknya masih ada B, C, dan seterusnya.

Mungkin Anda mulai manggut-manggut atau bahkan terkekeh sendiri. Jika Anda bisa menertawakan "stupid cost" yang pernah Anda keluarkan di masa lalu, semoga kelak Anda menjadi pribadi yang besar di masa yang akan datang. Mulailah berpikir besar. Mulailah merombak dan membongkar "mental block" yang selama ini membuat kurva pertumbuhan bisnis Anda senantiasa stagnan. Mari sama-sama kita susun ulang mindset kita mengenai investasi luar biasa ini. Ikuti saya...

1. Mulailah dari Akhir
Yap, apa yang Anda cita-citakan itulah yang akan Anda dapatkan. Terlalu naif jika Anda rela menginvestasikan begitu besar kapital beserta seluruh modal kerja Anda hanya untuk profit jangka pendek. Ya, membayangkan sebuah pernikahan dan kehidupan keluarga bahagia sejahtera sentosa selamanya tak boleh membatasi naluri bisnis Anda. Hal itu layaknya Anda mendapat profit dari investasi namun hanya cukup untuk hidup sehari-hari.

2. Pikirkan Aset, Bukan Profit
Bagaimana Anda memahami kalimat "Pikirkan aset, bukan profit"? Jika Anda masih memahaminya seperti Anda mengikuti MLM dengan kedahsyatan passive income nya, mari saya ajak Anda naik level. Hahaha... gaya banget ya?

Sahabat-sahabat saya yang super... Investasi yang sedang kita bicarakan ini terlalu berbahaya jika sekedar dipahami bahwa pacaran atau berinvestasi (harta, tenaga, waktu, pikiran, perasaan) akan menghasilkan profit (pernikahan) lalu Anda bisa membangun aset (pasangan) yang akan selalu membahagiakan Anda. Right, Anda akan berpikir bahwa kebahagiaan bukan passive income karena harus selaras dengan besarnya usaha Anda untuk membahagiakan pasangan. Super sekali! Artinya memang mindset membangun aset seperti ini 100% salah. Investasi Anda akan sia-sia.

Lalu bagaimana? Simak poin ke-3!

3. Jangan Tergesa-gesa Menghitung Laba
Apakah itu maksudnya jangan memikirkan hasil, yang penting investasi? Bukan! Sama sekali bukan! Sahabat-sahabat saya yang baik hatinya... Jika Anda ingin investasi Anda benar-benar menghasilkan profit yang dahsyat, berlipat-lipat, ikuti kata-kata saya!

Begini, ini semua tentang akhirat. Ya, pernahkah Anda membayangkan akhirat? Berkumpul dengan pasangan, bersenda gurau di dipan-dipan tinggi, bantalnya bertatakan permata, lantainya permadani, minum-minuman terhidang, buah-buahan mudah untuk diambil, mengalir di bawahnya sungai-sungai, begitu, pernah? Atau jangan-jangan selama ini Anda hanya membayangkan indahnya malam pertama setelah prosesi akad nikah?

Super sekali! Jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa investasi Anda berhasil karena bisa jadi selama ini ternyata kita mengikuti investasi bodong. Melalui investasi jadi-jadian, investasi tipu-tipu, modal Anda raib, tak ada kabar sama sekali, tak ada tempat mengadu, Anda menangis tersedu-sedu. Oh, malangnya...

Jangan sampai baru di akhirat kita tahu bahwa investasi yang kita ikuti ternyata investasi bodong. Kita minta dikembalikan ke dunia, sudah tidak bisa. Mau mencari kambing hitam juga bagaimana caranya, lha wong itu salah kita sendiri, kitanya yang lalai.

4. Begini Investasi yang Seharusnya
Mohon maaf jika beberapa kalimat sebelum ini terasa sarkas. Saya hanya ingin kita semua menjadi pribadi yang hebat dan berkelas. Bagaimana caranya? Perhatikan skema investasi berikut ini!

Perihal cinta, perihal jodoh sudah dititahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tak usah kita mengkhawatirkannya. Berinvestasilah, gunakan masa muda Anda sebaik mungkin untuk studi, beramal baik, berusaha membahagiakan orang tua, bekerja, menolong orang lain, berkegiatan sosial, dan sebagainya yang akan menjadi investasi mulia Anda. Jodoh akan datang tepat waktu, yakinlah. Ketika Anda menginvestasikan diri menjadi orang baik, bergaul dengan pribadi-pribadi yang baik, senantiasa berbuat baik, kelak Tuhan pasti akan pertemukan Anda dengan jodoh yang baik, jodoh dunia maupun akhirat.

Nah, jika nanti akhirnya Anda bertemu dengan jodoh Anda alias menikah, saatnya Anda menikmati passive income dari aset yang telah Anda budidayakan baik-baik. Maksudnya bagaimana? Jelas, passive income di sini bobotnya separuh agama. Sama-sama bercanda, namun jika Anda bercanda dengan istri atau anak Anda, itu bernilai pahala. Bekerja, memasak, jalan-jalan, semua aktivitas termasuk sekedar duduk atau tidur di kasur berdua, semuanya berpahala. Apalagi jika investasi Anda semasa sendiri Anda lipatgandakan bersama-sama pasangan Anda, luar biasa!

Jadi Mblo, mulailah berinvestasi. Jangan menikmati sebelum berinvestasi, itu korupsi. Dan tolong, jangan sampai tergiur investasi bodong.

Salam sukses mulia dan super sejahtera luar biasa untuk kita semua :)

Mencari Jodoh Itu Seperti Mencari Masjid untuk Sholat Jumat

Yang pertama menikah itu bagian dari sebentuk ibadah kepada Alloh. Ia separuh agama yang niat dan caranya harus benar. Separuhnya lagi takwa. Kita menunaikan sholat Jumat bukan sekedar gaya-gayaan.

Mandi besar, potong kuku, cukur kumis, berpakaian rapi, beraroma wangi, baca surat Al-Kahfi, siap-siap menghadap Ilahi. Meski tak harus, mempersiapkan pernikahan membuat aktivitas kita lebih bernilai, pahala tercatat di sisi-Nya. Bukan sekedar biar seger ketemu sodara seiman di masjid, sekali lagi aktivitas preparation itu berpahala tersendiri.

Kadang seorang pria cukup menjangkah beberapa langkah untuk menemukan masjid di dekat rumahnya. Kadang ada yang perlu menjalani gang berliku-liku atau bahkan perlu naik bis beberapa kali karena ingin sholat Jumat di masjid tertentu. Kadang seorang pria sengaja mengagendakan ke masjid anu karena khotibnya ustadz anu, akhirnya bisa ketemu.

Ada pula perjalanan ke masjid idaman ternyata harus tertahan lantas seorang pria terpaksa sholat di masjid kecil pinggir jalan. Ada pria mendaki gunung melewati lembah ke masjid terpencil untuk berkhutbah. Ada juga pria sekedar sholat Jumat seperti biasa di tempat kerja. Ada para musafir dan pengusaha yang sholat Jumat di tengah kesibukannya.

"Innash sholaata kaanat 'alal mu'miniina kitaabam mauquuta"
Ketika sudah berkumandang adzan segeralah tinggalkan jual beli, sesungguhnya sholat itu atas orang-orang beriman telah ditetapkan waktunya. Orang Jawa bilang, "Yen wes mangsane rabi mbok yo ndang rabi."
Ada pria yang mempersiapkan Jumatnya sejak malam hari atau pagi buta. Ada pria tergesa-gesa ke masjid karena khutbah hampir usai. Ada pria yang menjalani hari Jumatnya biasa saja namun saat adzan berkumandang ia siap sedia.

Ada pria yang lalai bahkan lupa jika hari itu hari Jumat. Ada pria lupa sholat Jumat saking sibuknya. Ada yang tak kuasa melangkah ke masjid lalu mendapat rukhshoh-Nya. Ada yang tahu namun tak mau, ada yang mau namun tak mampu. Semua ada ceritanya.

Terkadang ada musafir kebingungan mencari masjid, bertanya kesana kemari, lalu diberitahukan kepadanya sebuah masjid sederhana. Terkadang juga ada para pria yang perlu diingatkan bahwa sebentar lagi adzan sholat Jumat. Ada yang menyesal berangkat terlambat sehingga dapat shof di halaman masjid yang panas mencekat. Tentu ada juga yang berlomba-lomba duduk di shof paling depan. Ada juga pria oportunis pencari celah kosong di antara dua saudaranya.

Jangan lupa, ada juga pria yang harus mendirikan masjid, mendakwahi orang-orang, lalu baru mendirikan sholat Jumat.

Bermacam-macam cara mencari masjid untuk sholat Jumat. Apakah ada bedanya? Berbagai upaya, cara, cerita para pria menemukan masjid seakan mirip dengan cara mereka menemukan jodoh. Bagaimanapun cara menemukan masjid, yang jelas sholat Jumat itu ibadah. Tidak peduli masjid kecil atau megah, siapa yang berkhutbah, jika sudah waktunya maka menikahlah. Dipersiapkan sesiap apapun, di masjid mana kita dihimpun, itu urusan-Nya.

Jangan tidak sholat Jumat hanya karena tidak di masjid sana. Paham kan maksud saya? :)

Kini Yang Tersisa Hanya Kalian Para Buruh

Mayday...

Kini yang tersisa hanya kalian para buruh
Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
Yang bersatu padu merebut demokrasi kala itu
Hanya buruh yang masih tetap buruh

Tani sudah kehilangan lahan
Mereka sudah bukan lagi tani
Sawah mereka berubah hotel apartemen dan perumahan

Mahasiswa sudah jadi akademisi
Mereka mendapat banyak beasiswa ke luar negeri
Mereka sudah jadi orang-orang penting di negeri ini

Rakyat miskin kota sudah tiada
Mereka berubah menjadi gelandangan tunawisma
Digusur disingkirkan dipulasara
Merusak keindahan dan ketertiban katanya

Kini tinggal buruh
Buruh yang bermutasi menjadi tenaga kerja terdidik
Buruh yang mulai paham bisnis
Buruh yang bukan sekedar sapi perah
Buruh yang dengan pengetahuan mampu bekerja lebih efektif dan efisien
Buruh yang berpenampilan layaknya pekerja kasar namun cara bicaranya intelek
Berpikirnya melek

Kelas buruh tercipta saat industrialisasi
Kelas buruh tersiksa selama kapitalisasi
Kelas buruh bertransformasi sejak reformasi
Kelak kelas itu tak akan ada lagi
Bukan karena punah atau mati
Buruh tetap buruh namun dengan independensi

Kita sama kita berkolaborasi
Hanya pemula atau ahli
Bukan majikan dengan kuli
Tak akan lagi ada industri
Yang ada paguyuban produksi

Akan terwujud kesetaraan dan kesejahteraan
Bukan karena terpenuhinya tuntutan
Namun karena kita berdampingan

Tangan buruh tangan melepuh yang dicium nabi

Salam dari kami
Buruh yang menikah empat tahun lalu tanggal 1 Mei

Akhid & Siti