Yang pertama menikah itu bagian dari sebentuk ibadah kepada Alloh. Ia separuh agama yang niat dan caranya harus benar. Separuhnya lagi takwa. Kita menunaikan sholat Jumat bukan sekedar gaya-gayaan.
Mandi besar, potong kuku, cukur kumis, berpakaian rapi, beraroma wangi, baca surat Al-Kahfi, siap-siap menghadap Ilahi. Meski tak harus, mempersiapkan pernikahan membuat aktivitas kita lebih bernilai, pahala tercatat di sisi-Nya. Bukan sekedar biar seger ketemu sodara seiman di masjid, sekali lagi aktivitas preparation itu berpahala tersendiri.
Kadang seorang pria cukup menjangkah beberapa langkah untuk menemukan masjid di dekat rumahnya. Kadang ada yang perlu menjalani gang berliku-liku atau bahkan perlu naik bis beberapa kali karena ingin sholat Jumat di masjid tertentu. Kadang seorang pria sengaja mengagendakan ke masjid anu karena khotibnya ustadz anu, akhirnya bisa ketemu.
Ada pula perjalanan ke masjid idaman ternyata harus tertahan lantas seorang pria terpaksa sholat di masjid kecil pinggir jalan. Ada pria mendaki gunung melewati lembah ke masjid terpencil untuk berkhutbah. Ada juga pria sekedar sholat Jumat seperti biasa di tempat kerja. Ada para musafir dan pengusaha yang sholat Jumat di tengah kesibukannya.
"Innash sholaata kaanat 'alal mu'miniina kitaabam mauquuta"
Ketika sudah berkumandang adzan segeralah tinggalkan jual beli, sesungguhnya sholat itu atas orang-orang beriman telah ditetapkan waktunya. Orang Jawa bilang, "Yen wes mangsane rabi mbok yo ndang rabi."
Ada pria yang mempersiapkan Jumatnya sejak malam hari atau pagi buta. Ada pria tergesa-gesa ke masjid karena khutbah hampir usai. Ada pria yang menjalani hari Jumatnya biasa saja namun saat adzan berkumandang ia siap sedia.
Ada pria yang lalai bahkan lupa jika hari itu hari Jumat. Ada pria lupa sholat Jumat saking sibuknya. Ada yang tak kuasa melangkah ke masjid lalu mendapat rukhshoh-Nya. Ada yang tahu namun tak mau, ada yang mau namun tak mampu. Semua ada ceritanya.
Terkadang ada musafir kebingungan mencari masjid, bertanya kesana kemari, lalu diberitahukan kepadanya sebuah masjid sederhana. Terkadang juga ada para pria yang perlu diingatkan bahwa sebentar lagi adzan sholat Jumat. Ada yang menyesal berangkat terlambat sehingga dapat shof di halaman masjid yang panas mencekat. Tentu ada juga yang berlomba-lomba duduk di shof paling depan. Ada juga pria oportunis pencari celah kosong di antara dua saudaranya.
Jangan lupa, ada juga pria yang harus mendirikan masjid, mendakwahi orang-orang, lalu baru mendirikan sholat Jumat.
Bermacam-macam cara mencari masjid untuk sholat Jumat. Apakah ada bedanya? Berbagai upaya, cara, cerita para pria menemukan masjid seakan mirip dengan cara mereka menemukan jodoh. Bagaimanapun cara menemukan masjid, yang jelas sholat Jumat itu ibadah. Tidak peduli masjid kecil atau megah, siapa yang berkhutbah, jika sudah waktunya maka menikahlah. Dipersiapkan sesiap apapun, di masjid mana kita dihimpun, itu urusan-Nya.
Jangan tidak sholat Jumat hanya karena tidak di masjid sana. Paham kan maksud saya? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar