Misteri Dua Pohon Beringin Kembar Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta Versi Islam

[Baca sampai selesai sebelum Like, Share atau Komentar]

Jika Anda pernah tinggal atau berkunjung ke Jogja dan penasaran dengan mitos dua pohon beringin di Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta, sebaiknya Anda membaca tulisan ini. Orang yang dengan mata tertutup berhasil melewati jalan di antara dua pohon beringin Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta tanpa berbelok atau melenceng berarti hatinya lurus, bersih, begitulah mitosnya. Mereka yang tidak berhasil melewatinya atau melenceng dari jalan seharusnya maka hati mereka dalam kondisi sebaliknya. Anda pernah mencobanya?

Banyak yang mencobanya dan banyak yang memang tidak berhasil melalui dua pohon beringin itu. Setidaknya kami pernah membuktikan statistik banyak yang gagal itu saat masih menjadi mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jogja. Barangkali memang karena hati kami kotor, penuh maksiat, cinta dunia, serakah, sombong, dan berbagai penyakit lainnya menjadikan jalan kami "melenceng", atau itu sebenarnya hanya karena sistem navigasi kami kacau saat mata ditutup, entahlah. Anda boleh mecobanya. Anda mungkin akan terheran-heran. Bahkan saat salah satu dari kami menggunakan langkah tegap ala baris-berbaris yang secara logika pasti jalannya lurus, ternyata tetap menyerong hampir menabrak pagar beton segi empat yang mengelilingi pohon beringin sebelah barat. Percaya tidak percaya, hehe...

Eniwai, sampai saat ini keramaian Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta telah membuka banyak lapangan pekerjaan. Mulai dari pedagang kaki lima yang menjadi khas kota Jogjakarta menurut Kla Project, persewaan sepeda tandem, persewaan mobil kayuh odong-odong, penjaja mainan anak, pedagang asongan, hingga persewaan kain penutup mata untuk uji kebersihan hati melewati dua pohon beringin. Jika Anda mengunjungi Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta pada malam hari, Anda bisa merasakan suasana negeri cahaya dengan hujan bintang kemerlip yang berasal dari baling-baling bambu bertempelkan lampu led terlontar ke langit lalu terjun bak meteor.

Begini...
Beberapa hal berikut ini perlu Anda ketahui mengenai misteri mitos dua pohon beringin di Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta versi Islam. Anda harus membacanya, termasuk Anda yang menganggap aktivitas melewati beringin kembar ialah hal musyrik, gugon tuhon, konyol, takhayul, tipu-tipu. Juga Anda yang merasa suci karena berhasil melalui "uji kebersihan hati", apalagi Anda yang jengkel dan kesal karena dicap berhati kotor oleh teman-teman Anda hanya gara-gara gagal melewati beringin kembar Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta, Anda semua harus membacanya.

Sebagaimana saya pernah menulis "Kenapa Halaman Masjid Agung di Jawa Ditanami Pohon Sawo?" (baca tulisannya di link berikut: http://bit.ly/SawoMasjid), orang Jawa itu selalu penuh wewarah melalui berbagai condro atau sanepo yang perlu peleburan ego untuk bisa memahaminya. Jangan berkomentar apapun sebelum mendekati, melihat, mempelajari, menanyakan, menyentuh, dan merasakan apa yang sejati dari pandangan mata semata. Selanjutnya setelah Anda mengetahui, Anda hanya perlu tersenyum, "Oh, gitu ya..."

Biarkan mitos sekedar mitos, inilah seni pariwiasata. Mitos itu diciptakan oleh manusia agar berbondong-bondong turis mengunjungi sebuah objek wisata. Begitu pula yang dilakukan media dalam rangka meyakinkan konstituen tentang keberadaan "Ratu Adil" di dunia politik. Populer sekarang kita mengganti istilah mitos yang dipropagandakan media dengan istilah pencitraan atau framing. Membuat masyarakat percaya bahwa orang atau sekelompok orang hadir untuk bisa menyelesaikan masalah di tengah-tengah masyarakat, itu merupakan mitos juga meskipun terdengar aneh jika kita menyebutnya mitos. Agar bisa diterima maka kajian ilmiah dimunculkan untuk mendukung mitos itu, wajar. Dahulu kita kenal Hercules anak hasil perkawinan dewa dengan manusia sebagai tokoh pahlawan dalam mitologi penduduk Yunani, kini kita kenal mitos "Manusia Setengah Dewa" karangan Iwan Fals di Indonesia.

Kembali ke pohon beringin kembar...
Ada apa sebenarnya dengan dua pohon beringin di Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta?
Misteri apa yang disimpan di sana?
Wewarah apa yang disematkan di sana?
Makna apa yang disiratkan di sana?

Berikut ini jawabannya:
1. Syahadatain
Dua pohon beringin melambangkan syahadatain atau dua kalimat syahadat. Melalui syahadat tauhid "asyhadu an laa ilaaha illalloh" kita bersaksi dengan hati, dengan lisan, dan dengan perbuatan bahwa tiada sesembahan yang benar untuk disembah kecuali Alloh. Melalui syahadat rosul "Asyhadu anna Muhammadan rosululloh" kita bersaksi bahwa nabi Muhammad ialah utusan Alloh yang petunjuknya paling benar sesuai wahyu Alloh.

2. Al Qur'an dan As Sunnah
Dua kalimat syahadat diejawantahkan di kehidupan dunia melalui dua petunjuk yaitu Al Qur'an sebagai kalam atau firman Alloh dan As Sunnah sebagai jalan hidup Rosululloh Muhammad dalam menjalankan wahyu Alloh. Dua hal ini yang dijanjikan oleh Alloh akan menjadi petunjuk abadi, tak akan ada orang tersesat dengan keduanya.

"Telah kutinggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Alloh dan Sunnah Rasul-Nya."
(H.R. Malik, Al Hakim, Al Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm).

Sampai di sini semoga Anda sudah mulai mengerti.

3. Shirothol Mustaqim
Ya, dengan dibimbing Al Qur'an di sisi kanan dan As Sunnah di sisi kiri insyaalloh kita akan bisa berjalan lurus, berjalan di atas shirothol mustaqim. Al Qur'an dan As Sunnah  menjadi pagar kita dalam melewati jalan orang-orang sebelum kita yang telah diberi nikmat oleh Alloh yaitu para nabi dan rosul, para sahabat, syuhada, shodiqin, sholihin, ulama, 'amilin, bukan jalan orang-orang yang dimurkai Alloh, bukan pula jalan mereka yang sesat. Shirothol mustaqim akan bisa kita lalui biidznillah sekalipun mata kita tertutup. Alloh memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, begitu pula sebaliknya. Alloh memberikan pandangan "furqon" kepada hamba-hamba yang berpegang erat pada petunjuk Al Qur'an dan petunjuk As Sunnah. Itulah makna melewati beringin kembar dengan mata tertutup.

4. Syari'at, Hakikat, Thoriqot, Ma'rifat
Jika Anda pernah ke Alun-alun Selatan Kraton Ngayogyakarta tentu Anda melihat bahwa masing-masing pohon beringin diberi pagar beton berbentuk segi empat di sekelilingnya. Kenapa tidak lingkaran? Kenapa tidak segi lima, segi enam, dan seterusnya? Keempat sudut dan sisi pagar tersebut bermakna bahwa dalam memegang teguh Al Qur'an dan As Sunnah kita harus membingkainya dengan empat pendalaman ilmu yang tak bisa dipisahkan satu sama lain yaitu syari'at, hakikat, thoriqot, dan ma'rifat.

Sebagian orang memyepelekan dan menganggap mudah melewati beringin kembar Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta. Ini penyakitnya iblis yaitu sombong. Kita merasa telah mengunci koordinat dua pohon beringin di kiri dan kanan, menggaris lurus-lurus jalur yang hendak kita lewati.
"Dengan begini surga pasti dapat," pikir kita.

Jika tak hati-hati ternyata justru itu menjadi bukti bahwa kita hanya mengandalkan akal dan kemampuan diri, lupa pada Alloh. Hal tersebut menjadi perumpamaan orang-orang yang merasa telah menguasai Al Quran dan As Sunnah namun lalai dari membersihkan hati dan menebalkan tawakal pada Alloh, maka Alloh tak membuka hijab pandangannya, tak melembutkan kepekaan nuraninya, hingga syetan mudah menyesatkannya.

Bagaimana? Bisa Anda pahami? Inilah orang Jawa, semua ada maknanya.

Jadi, tantangan Masangin alias Masuk di antara Dua Beringin yang diberikan seorang wanita kepada calon pasangan hidupnya karena konon salah satu putri raja Hamengku Buwono pernah memberikan tantangan itu kepada keturunan Prabu Siliwangi yang melamarnya untuk mengetahui ketulusan dan kebersihan hatinya, prosesi melewati beringin kembar dengan mata tertutup pada malam satu Suro setelah mubeng beteng kraton, jika berhasil melewati maka beroleh keberuntungan dan keinginannya terlaksana, hingga mitos bahwa dua beringin itu merupakan gerbang menuju istana Nyi Roro Kidul di laut selatan, jangan sampai itu semua ditelan mentah-mentah.

Bolehlah Anda menguji calon suami Anda untuk melewati beringin kembar Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta, namun jangan lantas tidak jadi menikah disebabkan calon suami Anda gagal melewati beringin kembar atau semakin mantap menikah karena calon suami berhasil, jangan seperti itu.

Katakan saja, "Kangmas, tahukah makna dari melewati pohon beringin kembar ini? Aku ingin Engkau menjadi imamku, imam yang senantiasa berusaha membimbingku melalui jalan yang lurus. Dengan Al Qur'an dan As Sunnah mari kita bersama-sama meniti jalan itu, Kangmas. Pejamkan mata terhadap dunia, bersihkan akal dan hati, tawakkal pada Ilahi. Mari melangkah sambil terus mengaji dan nyinaoni hidup ini."

Leres Masdab, ini hanya semacam outbond. Pernah kan Anda outbond?
"Bapak Ibu, bayangkan Anda semua adalah anggota pasukan Densus 88. Anda akan menjinakkan bom di sana dengan bantuan beberapa potong bambu. Anda semua harus ditutup matanya kecuali pemimpin Anda. Dan Anda semua tidak boleh bicara, hanya pemimpin Anda yang boleh bicara dan memerintah Anda. Siap?"

Nah, setelah permainan selesai, berhasil ataupun tidak sebuah tim menjalankan misi, akan diberikan pemaknaan permainan oleh instruktur outbond. Melewati beringin kembar Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta juga hanya semacam tantangan outbond, bumbu-bumbu mitos diberikan agar Anda totalitas menjalani permainan. Setelah selesai permainan jangan langsung pulang, jangan buru-buru menyimpulkan. Eksplor perasaan lalu lanjutkan dengan menggali pemaknaan.

So, jika besok Anda seru-seruan bersama teman atau keluarga Anda dengan melewati beringin kembar di Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta, pastikan tantangan itu tidak lagi untuk menghakimi siapa berhati kotor siapa berhati bersih dengan mitos mistik yang menyertainya namun Anda bisa menjelaskan kepada mereka mengenai makna perjalanan dengan mata tertutup itu, tentang Al Qur'an dan As Sunnah, tentang jalan yang lurus, dan tentang pentingnya mempelajari petunjuk jalan lurus itu.

Semoga bermanfaat, jika ada benarnya maka itu milik Alloh, jika ada salahnya saya mohon maaf pada para pembaca dan saya mohon ampun pada Alloh.

Jogja memang istimewa...

Allohu a'lam...