“Jangan minta buah mangga pada pohon rambutan tapi jadikanlah setiap pohon itu berbuah manis”
(Engku Muhammad Syafi’i; Tokoh Pendidikan; Penggagas INS Kayutanam; Bukittinggi)
Ins. Kayutanam diawali oleh Muhammad Syafi’i yang bisa dikatakan sebagai tokoh pendidikan sepantaran Ki Hajar Dewantoro. Ketika di Jogja berdiri Taman Siswa, di Bukittinggi berdiri Ins. Kayutanam. Saat ini Ins Kayutanam merupakan sekolah dengan tingkat pendidikan setara SMA. Menjadi istimewa karena ia kental sekali dengan metode pendidikan ala Minang. Pendidikan akhlak sangat diutamakan di kampus ini, bahkan kitabulloh menjadi salah satu prinsip yang harus dipegang.
Sebenarnya konsep yang digunakan Ins Kayutanam juga menjadi standar pendidikan nasional pada umumnya yaitu pendidikan yang komprehensif meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam istilah mereka hal ini terkenal dengan “Tigo tungku: otak, otot, dan hati”. Kemampuan otak/ kognitif diantaranya berkaitan dengan menghitung, logika, memecahkan masalah, teknik mekanis, dsb. Kemampuan otot/ psikomotorik bisa berupa olahraga, menulis, kerajinan tangan, kriya, memainkan alat musik, bongkar pasang mesin, dsb. Kemampuan hati/ afektif melingkupi akhlak, toleransi, memahami orang lain, perhatian, empati, memaafkan, dsb. Kesemuanya merupakan jenis kompetensi yang harus tercapai dalam setiap tingkat pendidikan pada umumnya baik pendidikan dasar, lanjut, maupun tinggi.
Agak berbeda dengan kurikulum yang digunakan sekolah di Indonesia pada umumnya, setelah Departemen Pendidikan Nasional mengganti nama dan sistem kurikulum hingga yang terakhir KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Ins Kayutanam justru menggunakan KBT (Kurikulum Berbasis Talenta). Hal itu mengisyaratkan bahwa sistem pendidikan di sana ingin mengoptimalkan kemampuan dan potensi yang dimiiliki masing-masing siswa. Setiap siswa hakikatnya tidak sama dan tentu mempunyai kelebihan talenta dan bakat yang unik. Ins Kayutanam berusaha menggali dan mengembangkan siswa sesuai kecenderungannya. Ini merupakan perujudan dari ajaran Engku Muhammada Syafi’i, “Jangan minta buah mangga pada pohon rambutan tapi jadikanlah setiap pohon itu berbuah manis.”
Tidak semestinya kita meminta buah mangga pada pohon rambutan, artinya jangan meminta apa yang tidak dimiliki seorang anak tapi mintalah apa yang memang dimiliki anak tersebut. Setiap anak mempunyai bakat yang berbeda satu sama lain. Sebagaimana Alloh menciptakan pohon yang setiap satu pohon mempunyai buah yang berbeda dengan pohon lain. Yang perlu kita lakukan adalah menjadikan setiap pohon tersebut berbuah manis. Dengan kata lain, pohon memang berbeda, rambutan tak mungkin berbuah mangga, yang terpenting adalah bagaimana menjadikan setiap bakat dan kecenderungan masing-masing anak berbuah manis atau berkembang dan bermanfaat.
Beberapa hal di atas saya dapatkan dari sebuah radio yang saya dengarkan setelah lewat tengah malam. Radio yang sepertinya perlu untuk sesekali kita dengarkan karena tiada hari tanpa berita disiarkan dari seluruh penjuru Nusantara. Itulah radio RRI Pro tiga yang bisa didengarkan di Jogjakarta melalui 102,9 FM. Berita-berita terkini dari Sabang sampai Merauke disiarkan radio ini. Pernah suatu kali saya mendengarkan radio ini dan saya dapati masalah Pemilu dibahas selepas tengah malam. Sepertinya radio ini jauh lebih bermakna daripada radio-radio gaul yang isinya hanya musik, diskusi terarah namun “wasting”, atau sekedar kirim-kiriman salam dan iklan.
Media informasi yang cukup klasik namun radio tetap bertahan di tengah gemerlapnya media-media lain. Beberapa radio Jogja yang saya sarankan untuk didengarkan siarannya selain RRI Pro tiga di antaranya MQ 92,3 FM dan RAMA 93,5 FM. MQ Radio merupakan anak perusahaan MQ (Manajemen Qolbu) yang identik dengan Pondok Pesantren Darut Tauhid kepunyaan Aa’ Gym. MQ menyiarkan berbagai kajian, berita dan diskusi dengan iringan nasyid sebagai menu hiburan. Setiap pagi pukul 05.00 sampai 06.00 MQ memperdengarkan pada kita kajian rutin MQ Pagi dari Aa’ Gym atau ustadz/ah lain dari Darut Tauhid. Setiap pukul 10.00 sampai 12.00 biasanya ada “Rumahku Surgaku” yang berupa kajian diskusi dan tanya jawab seputar keluarga, pranikah, pascanikah, pendidikan anak, fiqh nisa’, serta berbagai problematika tematik terkait rumah tangga. Sore setelah pukul 16.00 biasanya ada kajian fiqh, bahasa arab, atau tahsin al-qur’an. Lain dengan MQ, saya tidak terlalu sering mendengarkan RAMA, hanya sesekali dan hampir mirip MQ perihal nasyid sebagai hiburan utama. Coba saja dengarkan...
Pendidikan, hikmah, nasihat, pengetahuan ternyata bisa juga kita dapatkan di tengah malam, melalui radio. Sembari menunggu mata terpejam, sebagai penghangat dinginnya malam, atau sekedar silaturohim pada sahabat dengan berkirim salam, silakan dimanfaatkan...