Laman

Pendidikan Separuh Malam


“Jangan minta buah mangga pada pohon rambutan tapi jadikanlah setiap pohon itu berbuah manis”
(Engku Muhammad Syafi’i; Tokoh Pendidikan; Penggagas INS Kayutanam; Bukittinggi)


Ins. Kayutanam diawali oleh Muhammad Syafi’i yang bisa dikatakan sebagai tokoh pendidikan sepantaran Ki Hajar Dewantoro. Ketika di Jogja berdiri Taman Siswa, di Bukittinggi berdiri Ins. Kayutanam. Saat ini Ins Kayutanam merupakan sekolah dengan tingkat pendidikan setara SMA. Menjadi istimewa karena ia kental sekali dengan metode pendidikan ala Minang. Pendidikan akhlak sangat diutamakan di kampus ini, bahkan kitabulloh menjadi salah satu prinsip yang harus dipegang.

Sebenarnya konsep yang digunakan Ins Kayutanam juga menjadi standar pendidikan nasional pada umumnya yaitu pendidikan yang komprehensif meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam istilah mereka hal ini terkenal dengan “Tigo tungku: otak, otot, dan hati”. Kemampuan otak/ kognitif diantaranya berkaitan dengan menghitung, logika, memecahkan masalah, teknik mekanis, dsb. Kemampuan otot/ psikomotorik bisa berupa olahraga, menulis, kerajinan tangan, kriya, memainkan alat musik, bongkar pasang mesin, dsb. Kemampuan hati/ afektif melingkupi akhlak, toleransi, memahami orang lain, perhatian, empati, memaafkan, dsb. Kesemuanya merupakan jenis kompetensi yang harus tercapai dalam setiap tingkat pendidikan pada umumnya baik pendidikan dasar, lanjut, maupun tinggi.

Agak berbeda dengan kurikulum yang digunakan sekolah di Indonesia pada umumnya, setelah Departemen Pendidikan Nasional mengganti nama dan sistem kurikulum hingga yang terakhir KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Ins Kayutanam justru menggunakan KBT (Kurikulum Berbasis Talenta). Hal itu mengisyaratkan bahwa sistem pendidikan di sana ingin mengoptimalkan kemampuan dan potensi yang dimiiliki masing-masing siswa. Setiap siswa hakikatnya tidak sama dan tentu mempunyai kelebihan talenta dan bakat yang unik. Ins Kayutanam berusaha menggali dan mengembangkan siswa sesuai kecenderungannya. Ini merupakan perujudan dari ajaran Engku Muhammada Syafi’i, “Jangan minta buah mangga pada pohon rambutan tapi jadikanlah setiap pohon itu berbuah manis.”

Tidak semestinya kita meminta buah mangga pada pohon rambutan, artinya jangan meminta apa yang tidak dimiliki seorang anak tapi mintalah apa yang memang dimiliki anak tersebut. Setiap anak mempunyai bakat yang berbeda satu sama lain. Sebagaimana Alloh menciptakan pohon yang setiap satu pohon mempunyai buah yang berbeda dengan pohon lain. Yang perlu kita lakukan adalah menjadikan setiap pohon tersebut berbuah manis. Dengan kata lain, pohon memang berbeda, rambutan tak mungkin berbuah mangga, yang terpenting adalah bagaimana menjadikan setiap bakat dan kecenderungan masing-masing anak berbuah manis atau berkembang dan bermanfaat.

Beberapa hal di atas saya dapatkan dari sebuah radio yang saya dengarkan setelah lewat tengah malam. Radio yang sepertinya perlu untuk sesekali kita dengarkan karena tiada hari tanpa berita disiarkan dari seluruh penjuru Nusantara. Itulah radio RRI Pro tiga yang bisa didengarkan di Jogjakarta melalui 102,9 FM. Berita-berita terkini dari Sabang sampai Merauke disiarkan radio ini. Pernah suatu kali saya mendengarkan radio ini dan saya dapati masalah Pemilu dibahas selepas tengah malam. Sepertinya radio ini jauh lebih bermakna daripada radio-radio gaul yang isinya hanya musik, diskusi terarah namun “wasting”, atau sekedar kirim-kiriman salam dan iklan.

Media informasi yang cukup klasik namun radio tetap bertahan di tengah gemerlapnya media-media lain. Beberapa radio Jogja yang saya sarankan untuk didengarkan siarannya selain RRI Pro tiga di antaranya MQ 92,3 FM dan RAMA 93,5 FM. MQ Radio merupakan anak perusahaan MQ (Manajemen Qolbu) yang identik dengan Pondok Pesantren Darut Tauhid kepunyaan Aa’ Gym. MQ menyiarkan berbagai kajian, berita dan diskusi dengan iringan nasyid sebagai menu hiburan. Setiap pagi pukul 05.00 sampai 06.00 MQ memperdengarkan pada kita kajian rutin MQ Pagi dari Aa’ Gym atau ustadz/ah lain dari Darut Tauhid. Setiap pukul 10.00 sampai 12.00 biasanya ada “Rumahku Surgaku” yang berupa kajian diskusi dan tanya jawab seputar keluarga, pranikah, pascanikah, pendidikan anak, fiqh nisa’, serta berbagai problematika tematik terkait rumah tangga. Sore setelah pukul 16.00 biasanya ada kajian fiqh, bahasa arab, atau tahsin al-qur’an. Lain dengan MQ, saya tidak terlalu sering mendengarkan RAMA, hanya sesekali dan hampir mirip MQ perihal nasyid sebagai hiburan utama. Coba saja dengarkan...

Pendidikan, hikmah, nasihat, pengetahuan ternyata bisa juga kita dapatkan di tengah malam, melalui radio. Sembari menunggu mata terpejam, sebagai penghangat dinginnya malam, atau sekedar silaturohim pada sahabat dengan berkirim salam, silakan dimanfaatkan...

Harapan Itu Masih Ada

Bukanlah seorang da'i siapa yang suka memutuskan harapan, menyalahkan keadaan, atau mencela mad'u. Separah apapun keadaan mad'u, tiada hak sama sekali bagi da'i untuk menghakimi dan meyakinkan pada diri sendiri bahwa situasi tak akan pernah berubah.

Sebarkan harapan pada orang-orang di sekitar kita... Putus asa adalah sifat orang kafir (Q.S. Yusuf: 87). Sungguh, hidayah itu hak Alloh, Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu, termasuk memberi petunjuk atau menyesatkan seseorang. Aa' Gym, Yusuf Mansur, Jefri Al-Bukhori, Fadli Reza Noor, entah berapa orang besar di Indonesia ini yang berhasil melewati masa lalu dengan sukses hingga "bi idznillah" sampai saat ini bisa memberi kemanfaatan luar biasa pada masyarakat. Seorang Umar bin Khoththob atau Kholid bin Walid yang awalnya memusuhi Islam pada akhirnya menjadi pembela agama ini di garda depan.


"Cika rancak nigang batu, laun-laun jadi legok" 
Tulisan yang ditempel di dinding kamar seorang kawan, "Tetesan air pada sebuah batu lama-lama bisa menjadikan batu itu berlubang"



"Bangkitlah negeriku, harapan itu masih ada! Berjuanglah bangsaku, jalan itu masih terbentang! Bersiaplah wahai pewaris negeri, di tangan kitalah masa depan bangsa ini! #indonesiaunite 
Kemarin jam 21:54 · melalui IndonesiaUnite! · Komentar · Tidak Suka"


Dalam bidang apapun, jangan pernah memutuskan harapan seseorang, apalagi seseorang itu adalah diri kita sendiri. Sejelek apapun kondisinya, takdir itu harus kita tinggalkan untuk beralih pada takdir yang lebih baik.
Seribu tahun kurang lima puluh nabi Nuh berdakwah tapi istri dan anaknya pun membangkang. Siang dan malam ia menyeru kaumnya, terang-terangan dan sembunyi-sembunyi, umatnya justru menutupkan jari ke telinga mereka dan mengerukupkan pakaian. Nabi Musa dan kaumnya... Nabi Isa... Apalagi Nabi Muhammad...

Memang pada akhirnya ada Nabi yang memintakan adzab pada kaumnya. Ingin mengikuti jejak mereka? Mati-matian, sampai tak ada manuver sama sekali untuk berusaha, barulah minta adzab. Tapi jangan! Sama sekali jangan! Rosululloh Muhammad tidak pernah mencontohkannya. Tawaran malaikat menimpakan dua bukit pada umatnya yang "keterlaluan" ditolaknya bahkan dijawab dengan do'a agar dari tulang sulbi mereka lahir manusia yang menyembah hanya kepada Alloh.

Ingat kisah seorang Arab Badui yang pipis di masjid? Hmm... Betapa indahnya tauladan kita itu, Rosululloh Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam.

Berikut ada sebuah kisah yang mungkin sudah pernah kita simak. Cobalah baca sekali lagi... kembali renungi... dan senantiasa tebarkan harapan di sekitar kita...


Pembunuh Seratus Nyawa
DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar 
Saturday, 10 January 2009


Pengantar
Laki-laki ini tenggelam di dalam dosa. Dia telah membunuh seratus orang. Membunuh adalah perkara besar di sisi Allah, dosa agung di sisi-Nya. Akan tetapi, tidak ada dosa yang pelakunya tidak tercakup oleh rahmat Allah. Allah mengampuni seluruh dosa jika seorang hamba kembali kepada-Nya dan bertaubat. Manakala laki-laki yang bermandikan darah seratus orang in mengetuk pintu Tuhannya dengan benar, dia kembali kepada-Nya dengan penuh taubat. Maka Allah mengampuni dan menyayanginya.

Teks Hadis
Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Said Al-Khudri dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, "Pada Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang telah membunuh seratus orang. Lalu dia pergi bertanya dengan mendatangi seorang rahib. Dia bertanya, 'Adakah taubat untukku?' Dia menjawab, 'Tidak ada.' Maka dia membunuhnya.

Dia bertanya-tanya, lalu seorang laki-laki berkata kepadanya, 'Datanglah ke desa ini dan ini.' Saat dalam perjalanan itulah dia dijemput oleh maut. Maka malaikat rahmat dan malaikat adzab berselisih. Maka Allah mewahyukan kepada ini, 'Mendekatlah.' Dan Allah mewahyukan kepada ini, 'Menjauhlah.' Lalu berkata, 'Ukurlah antara keduanya. Maka dia lebih dekat kepada ini(desa yang dituju) satu jengkal. Dan dia diampuni."

Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Said Al-Khudri bahwa Nabiyullah bersabda, "Pada umat sebelum kalian terdapat seorang laki-laki pembunuh sembilan puluh sembilan nyawa. Dia bertanya tentang penghuni bumi yang paling alim(pintar). Dia ditunjukkan kepada seorang rahib, dan dia mendatanginya. Dia berkata bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan nyawa, maka adakah taubat untuknya? Rahib itu menjawab, 'Tidak.' Dan dia membunuhnya untuk menggenapkan hitungan menjadi seratus.

Kemudian dia bertanya tentang penduduk bumi yang paling alim. Dia pun ditunjukkan kepada seorang alim. Dia berkata bahwa dia telah membunuh seratus orang, lalu apakah dia masih bisa bertaubat? Dia menjawab, 'Ya, siapa yang menghalanginya dari taubat. Pergilah ke kota ini dan ini, karena di sana terdapat orang-orang yang beribadah kepada Allah. Maka beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka. Jangan pulang ke kotamu karena ia adalah kota yang buruk.'

Lalu dia berangkat. Di tengah perjalanan, dia mati. Malaikat rahmat dan malaikat adzab berselisih tentangnya. Malaikat rahmat berkata, 'Dia datang dengan taubat, datang dengan hatinya kepada Allah.' Malaikat adzab berkata, 'Dia belum melakukan kebaikan apapun.' Lalu malaikat yang berwujud manusia datang kepada mereka, dan mereka menjadikannya hakim di antara mereka. Dia berkata, 'Ukurlah antara kedua kota itu. Ke mana dia lebih dekat, maka ia untuknya.' Lalu mereka mengukurnya, dan mereka mendapatkannya, dan mereka mendapatkannya lebih dekat kepada kota yang dia tuju. Maka malaikat rahmat mengambilnya."

Qatadah berkata bahwa Hasan berkata, "Dikatakan keapda kami bahwa ketika dia mati, dia miring dengan dadanya."

Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya, 6/512, no.3470. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabut Taubah, bab diterimanya orang yang bertaubat (4/2118), no.2766. Hadis ini Syarah Shahih Muslim An-Nawawi,17/235.

Penjelasan Hadis
Kisah ini membuka pintu harapan bagi setiap pendosa, seberapapun besar dosa dan kejahatannya. Kisah seorang laki-laki yang tenggelam dalam dosa dan kemaksiatan. Rasulullah menyampaikan bahwa laki-laki ini membunuh seratus orang. Akan tetapi, dosa-dosa ini belum mencerabut seluruh benih dan cikal bakal kebaikan dalam dirinya. Masih tersisa di relung jiwanya secercah cahaya, setitik rasa takut kepada Tuhannya. Mungkin dia bertanya-tanya antara diri dan jiwanya, apakah hubungan dengan Tuhannya telah terputus sehingga tidak mungkin lagi dia kembali kepada-Nya, ataukah di sana masih terdapat harapan di manakah posisi dirinya dari Tuhannya jika dia kembali kepada-Nya?

Dia tidak mampu memberi jawaban untuk dirinya sendiri. Orang seperti dia, yang hanyut dalam dosa-dosa pasti tidaklah berilmu. Oleh karena itu, dia keluar dari rumah untuk mencari seorang alim yang bisa memberinya fatwa dan menjawab pertanyaannya. Dia menyadari bahwa persoalannya sangatlah besar. Hanya orang dengan ilmu besar yang bisa mengatasinya, sehingga dia tidak bertanya tentang orang alim, tetapi orang yang paling alim.

Orang yang ditanya pertama kali tidak mampu menunjukkan penduduk bumi teralim, dia hanya bisa menunjukkan seorang rahib. Para rahib banyak beribadah tetapi minim ilmu, dan orang awam bisa tertipu dengan orang-orang seperti itu. Mereka menyangka bahwa banyak ibadah berarti banyak ilmu, lalau mereka datang dan belajar kepada mereka serta meminta fatwa kepada mereka. Dan para rahib ini pun melakukan kesalahan; jika dia tertipu dengan datangnya orang-orang kepadanya, maka dia pun memberi fatwa tanpa ilmu. Semestinya mereka berterus terang dengan menjelaskan secara terbuka tentang keadaan diri mereka. Jika mereka memang tidak mengetahui, hendaknya berkata 'Allahu a'lam' dan mempersilahkan untuk bertanya kepada orang lain yang mempunyai ilmu.

Laki-laki ini mendatangi rahib itu. Rahib itu menyimak persoalannya. Dia merasa dosa orang ini sangat besar, dia mengira rahmat Allah tidak cukup untuk menaunginya. Dan orang seperti laki-laki ini, rahmat Allah tidak cukup untuk meliputinya. Sungguh anggapan ini adalah kebodohan.

Jika dugaan rahib ini benar, maka pelaku kejahatan akan semakin bertambah banyak. Seorang penjahat jika dia telah putus harapan dari rahmat Allah dan dia mengetahui bahwa jalan kembali kepada-Nya telah tertutup, maka hal ini akan semakin mendorongnya untuk lebih mendalam menyelami kejahatan dan kerusakan. Hal ini dibuktikan oleh laki-laki ini. Manakala dia mendengar bahwa pintu taubat telah tertutup dan bahwa rahmat Allah tidak menaunginya, dia pun bertambah nekat dan rahib itu menjadi pelengkap korban yang keseratus.

Sepertinya rahib ini di samping tidak berilmu, dia juga tidak mengetahui tabiat manusia. Jika dia mengetahuinya, niscaya dia tidak menjawab dengan segera. Semestinya dia mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk dirinya, seperti menghadirkan teman-temanya yang kuat di sekelilingnya atau menjawab di balik tembok biaranya. Karena, orang seperti laki-laki ini tidak lagi peduli, dia bisa membunuh hanya karena alasan yang sepele, membunuh dan mengalirkan darah sudah menjadi kebiasaannya.

Dia membunuh rahib itu. Dia tetap tidak puas dengan jawabannya. Harapan kepada Allah baginya sangatlah besar, dan orang yang memberinya fatwa adalah orang yang jahil tentang Allah. Dia memerlukan penegasan dan seseorang yang mengenalkannya secara benar. Sekali lagi dia mencari seorang alim yang kepadanya dia mengadukan masalahnya. Dia ditunjukkan kepada seorang alim tentang Allah. Dia memang benar-benar alim. Oleh karena itu, si alim ini berkata denga penuh keheranan kepada laki-laki tersebut, "Siapa yang menghalangi dirimu dari taubat?" Pertanyaan yang menyimpan pengingkaran dan keheranan. Ini menunjukkan bahwa ilmu tersebut adalah sesuatu yang tidak memerlukan banyak pemikiran, sudah ada di benaknya, dan tidak perlu bertanya. Sesungguhnya rahmat Allah itu luas, meliputi orang ini dan orang sepertinya. Sebesar dan sebanyak apa pun dosa itu, ia tetap ada harapan dari Allah.

Si alim ini tidak sekedar alim. Lebih dari itu, dia adalah seorang pendidik. Oleh karenanya, dia tidak sekedar menjawab bahwa pintu taubat masih terbuka lebar. Lebih dari itu, dia menunjukkan jalan yang harus dilaluinya.Orang yang tengelam dalam dosa-dosa harus merubah jalan hidupnya. Dia harus meninggalkan orang-orang sesat yang bergaul dengannya dan hidup bersama mereka. Dia harus meninggalkan apa apa yang ada pada dirinya selama ini. Dia harus pindah ke lingkungan yang baik dan mendukungya kepada kebaikan juga menjauhi kemungkaran. Si alim itu memerintahkan laki-laki yang ingin taubat ini agar meninggalkan desanya, karena ia adalah desa yang buruk, lalu berhijrah ke tempat lain yang telah ditentukan untuknya di mana di sana terdapat orang-orang yang beribadah kepada Allah. Maka, di sana dia bisa bergaul bersama mereka dan beribadah kepada Allah bersama mereka pula.

Laki-laki ini tidak menyia-nyiakan waktunya. Dia pergi ke desa yang ditunjukkan oleh orang alim itu demi mencari lembaran baru. Kehidupan yang bersih, baik dan lurus, agar bisa mencuci jiwa yang kotor oleh dosa-dosa dan menghidupkannya dengan iman dan kebaikan.

Ketika laki-laki ini tiba di pertengahan jalan, ajalnya datang. Kematian menjemputnya. Karena kuatnya keinginannya kepda taubat, pada saat naza' terakhir dia memiringkan dadanya kea rah desa yang baik yang ditujunya. Dia mati dalam keadaan ingin kembali kepada Allah, pergi ke desa yang baik untuk beribadah kepad-Nya, meninggalkan seluruh hidupnya yang sarat dengan dosa dan kejahatan di belakangnya. Selanjutnya, bagaimana akhirnya? Tempat apa yang diraih di sisi Tuhannya?

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberitakan kepada kita bahwa malaikat rahmat dan malaikat adzab berselisih tentangnya. Masing-masing ingin menangani urusanya dan mengurusinya. Mereka berkata,"Orang ini telah membuuh seratus nyawa." Sementara yang lainnya berkata,"Dia telah bertaubat dan kembali kepada Allah. Dia datang menghadap."

Maka Allah mengutus untuk mereka Malaikat dalam wujud seorang manusia dan memerintahkan mereka agar menegukur jarak antara kedua desanya, desa kerusakan dan kezhaliman dan desa orang-orang yang baik lagi terpilih, lalu Allah memerintahkan desa yang baik untuk mendekat dan desa yang berpenduduk zhalim agar menjauh, maka mereka mendapatinya lebih dekat satu jengkal kepada desa orang-orang baik. Mungkin satu jengkal hasil dari usaha menyorongkan dadanya pada waktu dia dalam keadan naza', maka Malaikat rahmat mengurusinya dan dosa-dosanya yang besar diampuni,"Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS.Az-Zumar:53).

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
  1. Luasnya rahmat Allah dengan diterimanya taubat orang-orang yang bertaubat, walaupun dosa-dosa mereka besar dan kesalahan-kesalahan mereka banyak. Oleh karena itu, orang-orang yang berputus asa kepada Allah adalah orang-orang yang tidak mengetahui tentang Allah, dan tidak mengenal luasnya rahmat Allah.
  2. Diterimanya taubat seorang pembunuh jika dia bertaubat dengan benar. Sebagian ulama membantah hal ini, padahal hadis secara tegas menyatakan diterimanya taubat si pembunuh, dan ini tidak hanya berlaku untuk umat-umat terdahulu saja. Hal ini didukung oleh firman Allah,"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan adzab untuknya pada Hari Kiamat dan dia akan kekal dalamadzab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih."(Al Furqan:68-70). Allah telah mengecualikan orang-orang yang bertaubat dan berbuat kebaikan dari orang-orang yang dilipatgandakan adzabnya (kalangan orang-orang musyrik, para pembunuh, para penjahat, dan para pezina).
    Akidah Ahlus Sunnah menyatkan bahwa semua dosa selain syirik mungkin untuk diampuni. Jika Allah berkehendak, maka Allah mengadzab pelakunya. Dan jika Allah berkehendak maka Allah mengampuni pelakunya. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengmpuni dosa syirik, dan Dia megampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, barangsiapa yang dikehendaki-Nya."(An-Nisa:48)
  3. Hendaknya seorang alim membimbing orang-orang yang bertaubat kepada amalan-amalan yang memantapkan iman di hati dan membebaskan mereka dari keburukan yang mereka lakukan, sebagaimana si alim ini menunjukkan laki-laki yang ingin bertaubat tersebut agar menianggalkan desanya kepada suatu kaum yang shalih untuk beribadah kepada Allah bersama mereka.
  4. Keunggulan oang alim di atas ahli ibadah. Si allim ini menjawab dengan ilmu, sementara si rahib menjawab dengan ngawur.
  5. Para Malaikat yang ditugaskan kepada bani Adam, bisa jadi ijtihad mereka dalam menentukan hukum berbeda. Bisa jadi mereka mangangkat masalah tersebut kepada Allah agar perkara yang mereka selisihkan bisa diputuskan.
  6. Allah mengkhususkan kelompok Malaikat yang menangani roh orang-orang mukmin ketika roh mereka dicabut, yang dikenal dengan Malaikat rahmat. Dan malaikat yang mengurusi nyawa orang fasik yang zhalim disebut Malaikat adzab.
  7. Kemampuan Malaikat untuk menjelma dalam wujud manusia seperti yang dilakukan oleh Malaikat yang menjadi hakim antara malaikat rahmat dan Malaikat adzab.
  8. Keutamaan bani Adam di mana Allah mengutus malaikat dalam wujud Bani Adam sebagai hakim di antara mereka.
  9. Seorang alim yang tidak menduduki kursi pengadilan tidak wajib menegakkan hukum Allah atas pelaku kejahatan. Laki-laki ini mengakui di depan orang alim itu bahwa ia telah membunuh seratus orang- tetapi si alim itu tidak memenjarakannya, tidak menyelidiki perkaranya, akan tetapi dia menyarankannya untuk bertaubat dan berhijrah.
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 278-285.
***

Seorang da'i bukan qodli atau hakim, seorang da'i bekerja menyeru dan menyeru, dia tidak menghakimi mad'u, dia tidak memvonis. Da'i tak terlalu memikirkan kapan mad'u bisa mendapat hidayah. Hikmah dari seorang da'i nasional yang mempopulerkan poligami di Indonesia dengan mengambil beberapa resiko, "Hakikat dakwah adalah memperbaiki diri sendiri, baiknya orang lain hanyalah efek yang muncul atas perbaikan diri kita" Kira-kira seperti itu. Hidayah hanya milik Alloh...


Harapan itu masih ada! 
Berikan senyum termanis pada setiap orang yang kita temui. 
Perlihatkan wajah yang berseri! 
Izinkan diri sendiri dan orang yang kita sapa merasakan betapa dahsyatnya harapan kita, harapan yang tak pernah padam.


Buang semua koleksi lagu memelas dan cemen! 
Ganti dengan Al-Qur'an!


Bakar koleksi puisi-puisi patah hati! 
Ganti dengan Al-Qur'an!

Al-Qur'an pelita harapan!
***

Penjelasan hadits kisah di atas selengkapnya silakan buka pejuangperadaban.blogspot.com atau buka URL asli kisah ini di alislamu.com

Aku telah kembali! ^o^

Alhamdulillah... Nomor saya 0813 2888 4226 sudah aktif lagi. Nomor 08139 48 200 48 insya'alloh sudah tidak akan saya gunakan (kemungkinan diminta temen, katanya nomornya cukup cantik, hehe...). Semoga manfaat dan barokah... Allohumma inni asaluka khoirihi wa khoiri maa jabaltahu 'alaihi, wa a'uudzubika min syarrihi wa syarri maa jabaltahu 'alaihi... :D

Islam Cinta Keadilan

by Izzatul Islam


Islam cinta keadilan 
Tak kan takut akan rintangan 
Menegak keadilan tinggikan kebenaran 
Hanya Allah tujuan



Berjuang dengan harta dan jiwa 
Untuk tegak Islam nan jaya 
Tak pernah rasa rugi menapak jalan ini 
Syurga Allah menanti



Turut barisan kami 
Bersama membangun negeri 
Sambut seruan ini 
Raih kemenangan


SAYEMBARA BERHADIAH

Barangsiapa menginginkan penghargaan berupa uang senilai Rp 10.000.000,00 sampai dengan Rp 20.000.000,00 silakan ikuti sayembara ini.
Siapapun berhak mengikuti sayembara ini.
Mereka yang hobi menulis, mencintai dunia pendidikan dan anak-anak, silakan ikuti sayembara ini.

Pemenangnya akan saya jadikan istri... 
(GEDUBRAKKK GUBRAKKK!!!) -becanda, Bung! Hehe...-


Sayembara ini menantang Anda semua untuk membuat naskah bacaan bagi siswa SD khususnya kelas satu, dua, dan tiga.
Sayembara ini bertujuan untuk meningkatkan budaya gemar membaca dan menulis peserta didik SD kelas rendah.
Sayembara ini diselenggarakan oleh "Panitia Sayembara Penulisan Naskah Bacaan SD Kelas Rendah Tahun 2009, Subdit Pembelajaran, Direktorat Pembinaan TK dan SD, Ditjen Mendikdasmen, DEPDIKNAS"
Batas waktu sayembara ini tinggal sebentar lagi, bergegaslah!

Downoad saja keterangan selengkap-lengkapnya di pejuangperadaban.blogspot.com (berupa poster dan buklet petunjuk teknis).
Semoga bermanfaat...
Selamat berkarya dan tetap semangat! ^_^
***

Download file di bawah ini:

Buku Tamu

Silakan isi buku tamu ini dengan menulis apapun yang Anda inginkan di kolom komentar...

Aku Apa Adanya

Izinkan saya memproklamasikan diri sebagai pejuang peradaban kota Sleman
Nama lengkap: Akhid Nur Setiawan
Nama alias: Abu Kholid bin Jamal As-Sulaimani
Nama panggilan: AKHID
Tempat/ tanggal lahir: Sleman, 28 Maret 1987
Alamat rumah: Sapen RT 03 RW 21 Umbulmartani Ngemplak Sleman DI Yogyakarta 55584
Alamat e-mail: akhid_ns@yahoo.com


Status: BELUM MENIKAH sampai 1 Mei 2012 
Istri: Siti Amriyah, S.Pi 
Pendidikan terakhir: SMA, 2011--> S.Kep 
Pekerjaan terakhir: Direktur Baitul Qur'an Jogja 
Motto hidup: “KEGAGALAN ATAU KEBERHASILAN BUKANLAH ISYARAT UNTUK BERHENTI BERJUANG”

Riwayat pendidikan:
  1. Rumahku… tempat pertamaku belajar,
  2. TK Sunan Pandanaran Sardonoharjo Ngaglik (1992-1993),
  3. SD Umbulwidodo Umbulmartani Ngemplak (1993-1999),
  4. TPA Al-Iman Umbulmartani Ngemplak (Iqro’, Al-Qur’an; 1994-1995),
  5. SLTP N 8 Yogyakarta (I.2; II.1; III.2; 1999-2002),
  6. SMA N 3 Yogyakarta (I.Aks; II.Aks; III.Aks; 2002-2004),
  7. BBAQ, KIIP SMA 3 Yogyakarta (Mentoring, Kristianologi; 2002),
  8. Nursing Science of Gajah Mada University (Program A; 2004-sekarang),
  9. Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede (Kamar A.4 kelas I.Awaliyah; ‘Aqidah, Fiqh, Akhlaq, Tahsinu wa tahfidzul-Qur’an, Nahwu, Shorof, Qiro’atul-kitab, Mahfudzot, Imla’; 2004-2005),
  10. Islamic Centre Al-Muhtadin Seturan (Kamar Santri 1; Kamar Santri 8; Tahsinu wa tahfidzul-Qur’an, Bahasa Arab, Fiqh, Harokah, Mix Martial Art; 2005-2007),
  11. Asistensi Agama Islam UGM (2004-2005),
  12. Mushola Ibnu Sina FK UGM (Ma’had KaLAM, Kajian Islam Ilmiyah, Madrosah Ibnu Sina),
  13. Masjid Mardliyah UGM (Tarbiyah Tsaqofiyah Sleman; 2005-2008, KRPH),
  14. Masjid Pogung Raya (Bahasa Arab, ‘Aqidah, Fiqh, Tarbiyah Tsaqofiyah, Tafsir Al-Qur’an),
  15. Masjid Mujahidin UNY (LPIM, Tahsinul-Qur’an; 2006)
  16. Masjid Al-Mustaqim Sendowo,
  17. Masjid Syuhada’ Kotabaru,
  18. Masjid Kampus UGM,
  19. Masjid Ulil Albab UII,
  20. Mushola Ash-Shitro Kuningan,
  21. Masjid Al-Munawwar Kuningan,
  22. Masjid Nurul Barokah Pogung Baru,
  23. Team Tadarrus AMM Kotagede (Tartil Syahadah 1; 2008),
  24. Pondok Pesantren Sirojul Ummah Ngemplak (Tafsir Al-Qur’an, Hadits),
  25. Belajar Ulumul-Hadits, Ushulul-Fiqh, serta Fiqh dari Ustadz Cholid Mahmud dan Ustadz Ghozali Mukri (ditulis gini biar kaya biografi-biografi para perowi hadits tu lho, he3x),
  26. Juga belajar banyak hal dari jalanan kota Jogja, semua tempat di bumi Alloh adalah tempatku belajar…
Hahaha… Mas’e sok-sok’an tenan… Astaghfirulloh…
Itu dulu, kapan-kapan dilanjutkan lagi…

Lanjutkan hidupmu, Bujang!

Kita perlu berani meninggalkan masa lalu dan memulai sesuatu yg baru sekalipun kenangan terkadang begitu indah untuk dikubur.

Bekerja, beribadah, belajar, makan, tidur, bermain, tersenyum, bersedih, jatuh cinta, patah hati, apapun yg kita lakukan dan kita alami tak akan menghalangi waktu untuk terus berjalan. Ia menerjang segala. Bukti yg "mak jlebb", banyak orang hampir selesai kuliah tahap profesi, aku masih terjebak skripsi. Banyak teman sudah ke luar negeri, aku masih saja di sini. Wah, dadi melasi karo awa'ku dhewe... :(

"Harapan itu masih ada, lanjutkan!"
Tak ada yg terlalu menyesalkan untuk diratapi, tak ada yg terlalu mengagumkan untuk disibukpandangi, tak ada yg terlalu indah untuk dinikmati, tak ada sesuatupun yg boleh membuat langkah kita terhenti. Bergeraklah, melaju. Istirahatlah, atur tempo. Jangan ada yg tersia. "Fa idzaa faroghta fanshob". Maka ketika engkau telah selesai mengerjakan suatu urusan, maka kerjakanlah urusan berikutnya.

Menegur diri sendiri menjadi cambuk hati ketika jiwa sempat terpana fana.

Argumen picisan telah terbantahkan. Bukan terbantahkan tapi memang sudah habis masanya. Seorang petinju akan berlatih keras di sasananya sebelum bertarung merebut gelar juara. Tak kan juara ia dengan hanya memukuli sangsak di sasana. Suatu saat ia perlu sekali dua kali latih tanding, sparing, lalu naik ring, kembali berlatih, bertanding dan seterusnya hingga juara.


Sepertinya aku telah lama bersembunyi hingga berulang-ulang melewatkan purnama. Sekarang aku merasa telah cukup percaya diri bahkan untuk menatap sang surya. 

Dahulu ke mana saja?
Tiap pribadi punya ukuran terhadap kemampuannya sendiri, Bung!
Bukankah bisa dipaksa?

Dua pasien dengan diagnosis yg sama belum tentu sembuh melalui terapi serupa. Jangan pernah melupakan bahwa takdir itu nyata.



Melalui ini kami umumkan bahwa nomor telepon seluler AKHID NUR SETIAWAN yg semula 0813 2888 4226 diganti dengan 
08139 48 200 48

Nomor ini berlaku sampai ada pemberitahuan selanjutnya. Mohon disebarluaskan seperlunya dan harap maklum. Trims.. :D

Kembali Menanti Purnama; Rindu...


Dalam diamku, 
dalam gerak "intolerancy activity"ku, 
dalam segala keterbatasanku, 
aku masih menunggu...



Saat langkahku limbung, 
saat tekanan intra kranialku meningkat, 
kedua bola mataku seakan ingin meloncat, 
diselimuti febris yang tak kunjung reda, 
aku masih menunggu...



Aku tahu kau akan datang, 
kulihat cahayamu kian terang, 
bahkan di sekelilingmu memendar warna pelangi, 
indah sekali...



Aku tahu waktu menanti hanya sebentar lagi, 
"sepenggal bulan kan kembali menjadi purnama yang terang"...



Kusungkurkan wajahku, 
agar aku sedekat-dekat Robb-ku, 
"Rindu!" aku mengadu...



Belum puas maka tengadahku, 
kutelungkupkan ke atas lah tanganku, 
semoga maqbul pintaku, 
"Rindu!" mengeluhku...



Kau tahu? 
Langitku rindu purnamamu, 
gelapku rindu cahayamu, 
buramku rindu cerah ceriamu...



Berpalinglah! 
Larilah ke ujung barat! 
Aku tetap menantimu...


Aku tahu bumi itu bulat, 
bumi berotasi, 
ia pula pusat revolusimu, 
engkau pasti kembali, 
atas izin Robb-mu...



Aku pun tahu, 
yang akan kutemui bukanlah purnama, 
seperti aku melihatmu dulu, 
purnama yang lain, 
tetapi tetapkah dirimu tetap kan rembulanku?



Di penghujung nantiku, 
kuyakinkan sekali lagi, 
purnama pasti kembali, 
meski bukan dirimu, 
karena purnama telah berlalu, 
dan kunanti purnama baru...

Renungan Sang Negarawan


Lihatlah wajah lelahnya, kantung matanya, keseriusannya memikirkan negeri ini 
Ingat marahnya pada kepala daerah yang tertidur ketika beliau menjadi pembicara di sebuah forum? 
Nampaknya letih telah jadi sahabatnya, kerja keras telah jadi kesehariannya...


Ketika yang lain berusaha meraih simpati dengan orasi heroik mereka, 
Hanyalah ia yang dengan normatif menginginkan agar silaturohim antar kompetitor tetap terjaga 
Benar, itulah pidatonya dalam deklarasi pemilu damai bersama KPU 
Satu-satunya pasangan yang berbicara tentang kita bersama, 
Tentang suksesnya pemilu, tentang kampanye berbudaya 
"Orasi terburuk diantara dua pasangan lain," kata komentator 
Itulah “keluguannya” dalam mencari solusi atas keadaan aktual saat ini, 
Saat kita sedang menghadapi sebuah momen besar bertajuk PEMILU...


Nampak keinginannya "ngemong" dua pasangan lain 
Bisa kita tangkap pula bahwa ia akan sangat sedih 
Jika hanya karena PEMILU bangsa ini terpecah belah 
Pasangan lain memikirkan hal itu dalam orasi mereka?


Pilihlah pemimpin bukan karena pidatonya 
Tapi karena kata-kata yang muncul dari dalam lubuk hatinya, 
Sekalipun membaca dan terbata...

***


“Bukahkah sebaiknya perubahan, Bung?” 
Benar, tapi ingat, suatu perubahan tak akan bermakna signifikan jika tidak berkelanjutan...


Partai -partai reformis telah sepakat mendukung terus 
Perubahan harus dilanjutkan 
Sehingga kestabilan akan menjadi dinamika tersendiri di tengah globalisasi...


Atas kehendak-NYA, partai pengusung utama memperoleh suara lebih sebatas syarat yang diajukan KPU untuk mengajukan pasangan 
Lalu partai-partai pembaharu saling berkomunikasi dengannya 
Bukan ia yang ke sana kemari mencari pasangan koalisi 
Ia mempertimbangkan, ia bicara tegas, 
Dan mungkin berusaha adil dengan memilih pasangan non partisan 
Sekalipun banyak yang kecewa, dukungan tetap padanya...


Seorang nan tegas dan berwibawa 
Dipasangkan dengan seorang yang dalam perjalanan hidupnya lebih banyak diwarnai narasi perjuangan sebagai guru dan dosen 
Seorang gagah patriotik 
Berpasangan dengan pembicara lemah lembut penuh senyum


Pasangan yang benar-benar memahami apa yang sedang dijalani bangsa ini 
Pasangan yang mengerti betul bagaimana perjalanan harus dilanjutkan


Pasangan yang didukung koalisi partai-partai penopang reformasi 
Pasangan yang jika menang tentulah akan banyak kontrol kebaikan di sekitarnya 
Inilah sebuah koalisi minim ambisi pribadi, inilah pasangan reformis sejati...

***


Dengan tidak mengagungkan simbolisme 
Dengan tidak tergesa-gesa 
Sekalipun sering dianggap sebagai peragu, bukan itu makna sebenarnya, 
Tapi mengambil keputusan dengan banyak pertimbangan dan berpikir jangka panjang 
Tuturnya bahwa malam sebelum menaikkan harga BBM ia melakukan tahajjud bersama sang istri, berpasrah 
Tentunya setelah berdiskusi dengan para pakar 
Benarlah langkahnya, ISTISYAROH dan ISTIKHOROH...

***


Ia yang sedikit tertawa, sedikit bercanda 
Ia yang sedikit selengehan dan menyindir 
Ia yang lugas dan bicara jelas 
Semoga ia banyak ingat akhirat 
Ingat bahwa semuanya kelak dipertanggungjawabkan...


Mario Teguh pernah berhikmah bahwa siapapun yang menjadi presiden Indonesia, hal itu tidak akan berpengaruh terhadap rizki yang kita dapat 
Masalah rizki adalah urusan kita dengan Tuhan...


Bukan presiden yang akan menjadikan negeri ini sejahtera, 
Bukan, bukan mereka yang mengatur siapa yang jadi rakyat kecil, pengusaha besar atau orang kaya 
Keimananlah yang akan menjadi faktor pembuka pintu barokah dari langit dan bumi...


Jangan mengharap pada penguasa 
Kita hanya perlu mendukungnya, mengikutnya, dan mengingatkan ketika lupa 
Dalam hal yang tidak menerjang aturan-NYA, sami'na wa atho'na...


Bukanlah akhlak terbaik kita jika seringan bibir menjelek-jelekkan penguasa 
Atau menyakiti hatinya dengan berujar "aku yang layak jadi penguasa"


Yah, semoga semua kian barokah 
Tidak hanya kesejahteraan yang merata di dunia 
Tapi kesadaran bersama akan fananya dunia...

***

“Hehe... ane merasa lucu aja. Dulu waktu Pemilu legislatif nggak ada yang menjadikan Islam sebagai isu sentral. Tapi sekarang ini Islam sepertinya menjadi komoditi yang laku dan seksi untuk dijual. Bahkan dulu PKS disebut-sebut nggak akan meraih banyak suara kalau terlalu banyak mengusung Islam dalam kampanyenya. Pertanyaan ane kenapa baru sekarang isu Islam diusung, nggak dari dulu waktu Pemilu legislatif. Ini kan aneh...”
Itu komentar seorang kawan ketika kami membicarakan pilihan koalisi PKS yang tidak berpihak pada pasangan yang bahkan masing-masing istrinya berjilbab.

Sesungguhnya memilih pemimpin dalam proses Pemilu di negeri ini tidak sesimpel memberi centangan pada nomor, foto, atau nama pasangan calon 
Pertimbangannya pun tak layak dari sekedar isu 
Harapan, keterwakilan dan aspirasi disampaikan tidak semudah masa Khulafaur Rosyidin 
“Wahai amirul mukminin, sesungguhnya aku begini dan begini...” 
Ada sistem yang lebih “mengatur” karena urusan-urusan juga tidak semudah masa itu 
Ada kesepakatan-kesepakatan untuk memperoleh mashlahat...

Pada kenyataannya partai-partai yang berasas maupun berbasis masa Islam telah berkumpul dalam koalisi pengusung SBY-BOEDIONO...

Koalisi tidak semata mencari kursi menteri... 
Koalisi mencari masholih... 
Koalisi mencari manfaat yang lebih besar... 
Koalisi menghindari keburukan yang lebih besar.. 
Tentu saja musyawarah mempunyai nilai lebih tinggi, 
Dibanding pertimbangan individu yang lebih dekat dengan hawa...


Dan partai-partai itu telah bulat mendukung 
Partai-partai reformis juga partai-partai Islam membentuk “platform based coalition” 
Kesepakatan dan kontrak telah dibuat 
Apa yang akan diperjuangkan untuk bangsa ini 
Apa yang akan diperjuangkan untuk Islam, 
Untuk bangsa-bangsa Islam yang belum merdeka 
Pembicaraan yang tidak sekedar “ngoyoworo” meributkan keterwakilan 
Di sana ada kejelasan langkah dan kontrol


Bayangkan jika kita menjatuhkan pilihan pada pilihan individu 
Atas pertimbangan “nampaknya” 
Atas pertimbangan pribadi yang dikumpulkan, bukan musyawarah 
Tak ada sistem yang terbangun di sana 
Bagaimana cara mengimplementasikan keterwakilan itu?


Kita perlu menimbang-nimbang lagi 
Kita perlu minilik kaji ulang 
Apa yang sedang kita perjuangkan 
Kesholihan individu belum tentu menjadi mashlahat besar bagi negeri ini 
Kita menginginkan kesholihan individu yang berkontribusi besar bagi mashlahat bangsa...


Kita berusaha membangun sistem 
Kita tidak membangun pemujaan terhadap individu...


Bukan sosok SBY dan BOEDIONO yang menjadikan koalisi ini menjadi pilihan 
Mereka hanya “aktor” yang kebetulan memerankan tokoh sebagai sang calon pemimpin...


Kita memohon pada ALLOH agar kebaikan keduanya mabruk dan bermanfaat luas... 
Kita memohon pada ALLOH agar kita terlindungi dari keburukan keduanya... 
Agar kita terlindung dari keburukan jiwa dan perbuatan kita...


Kita memohon agar ALLOH memberi kebaikan yang lebih banyak lagi pada pasangan ini... 
Moga jadi kebaikan bagi kita, agama, penghidupan, akibat dari segala urusan, serta akhirat... 
Moga kita dikaruniai kemudahan dan barokah dalam pilihan kita, dalam semua hal...


Semoga koalisi ini membawa negeri kita ke arah yang semakin baik... 
Semakin dekat dengan cita-cita kita... 
Negeri yang Madani...

***


Ketika langkahnya adalah untuk kebaikan dan perbaikan, 
Tidak berlebihan kiranya kita menjawab seruannya 
Dengan pekik lebih lantang, "SIAP! LANJUTKAN!"



NB: 
Adalah ia pula yang banyak berkarya menggubah lagu... 
Menunjukkan seimbangnya otak kiri dan kanan... :D


Dari hati, 
-Akhid Nur Setiawan Abu Kholid bin Jamal Assulaimani-



Ini tulisan edisi kampanye, hehe... 
26 Juni 2009 jam 10:04

Kiamat Masih Lama

Kalimat itu muncul tiap kali aku mengamati mereka. Anak-anak itu membuatku merasa kiamat masih lama. Kiamat sudah dekat? Tidak! Selama masih ada mereka yang mau menekuni Al-Qur'an. Yakinku.

Mereka memulai dengan ta'awudz dan memang tak ada yang sefasih Al-Mathroed. Kesalahan baca mad tak begitu kucermati sebagaimana aku menyimak teman-teman halaqohku yang kadang membuat jengkel karena mengabaikan dua ketukan mad thobi'i. Mereka masih anak-anak, pembelajaran akan berjalan terus. Kenal dan cinta Al-Qur'an menjadi target awal kami terhadap mereka.

Hafalan mu'awidzatain yang belepotan tetap mempertahankan senyumku. Harapan itu tak jua sirna, kiamat masih lama. Dua do'a favorit menghiasi bibir mungil mereka, do'a untuk kedua orang tua dan do'a sapu jagat. Dilanjutkan hafalan lain dan tentunya bacaan sholat.

Sebenarnya aku tak terlalu peduli nilai munaqosah mereka akan kuberi berapa, lulus atau tidak. Yang kupikirkan hanya harap agar mereka terus mengaji, ceria memeluk mushaf, menunjuk tiap huruf hijaiyah dengan potongan sapu lidi, peci dan jilbab warna-warni, beradu lari berangkat ke masjid.

Di ruangan itu aku menyapu pandang, menghitung jumlah santri putra dan putri. Santri putra sekitar lima belas, santri putri enam puluhan. Ada yang mungkin baru dua tahun usianya, ada yang mungkin sudah kelas tiga SMP. Subhanalloh... Kata apa lagi yang pantas? Tergambar sosok pemuda-pemudi militan di wajah mereka. Aku berharap kelak merekalah para Yusuf Mansur, Abdullah Gymnastiar, Hidayat Nur Wahid, Neno Warisman, atau Teh Ninih masa depan.

Dan kami pun tertunduk...

Suatu malam di bulan Romadhon aku dan seorang temanku silaturohim ke rumah salah satu ustadz di Sleman. Ustadz itu punya banyak putra. Kami berbincang di dalam mushola seusai tarowih. Sang ustadz meminta putranya mengambilkan jamuan untuk kami, ruthob yang sangat manis. Sambil menikmatinya kami berbincang rencana silaturohim teman-teman kampus ke rumah beliau. Rupanya perbincangan itu lebih mirip pengajian daripada sekedar tanya jadwal kosong.

Satu per satu hikmah keluar beriringan dengan suara serak sang ustadz, suara khas orator. Hampir tiap alinea diselingi ayat alqur'an. Sesekali kami diminta melafalkan ayat yang beliau maksud. Jika kami terdiam, dipanggilnya salah satu putra yang berada dalam majlis kami. "Ayatnya gimana Ziz?" pinta ustadz tersebut pada putranya yang bernama 'Abdul 'Aziz. Dengan lancar salah satu ayat di juz 30 dibacakan pada kami.


Pembicaraan kami tiba pada satu pokok bahasan terkait infaq. "Ayatnya bagaimana bunyinya? Tentang menginfakkan yang kita cintai. Tidak akan menjadi satu kebaikan... Gimana bunyinya?" 
Lagi-lagi seorang putranya menyahut dengan ayat yang tepat, "Lan tanaalul birro hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuun, wa maa tunfiquu min syai'in fa innalloha bihii 'aliim." 
Kami hanya tertunduk. "Surat apa itu Ziz, ayat berapa?" 
"Ngg... Lupa, ada di juz empat." 
Kami semakin "mak jlebb", tertusuk sangat dalam.


Sepulang dari kediaman ustadz aku membuka mushaf alqur'an di juz empat. Benarlah, ayat itu adalah awal juz empat dan sampai saat ini aku (jadi) masih hafal. Silakan buka mushaf dan kitab tafsir jika penasaran dengan makna ayat ini.


Ketika itu muncul dilema hati, "Antum hafalannya berapa juz Akh?" 
Gondes menjawabnya dengan senandung, "...juz 'Amma nya pun bolong sana-sini." 
Astaghfirulloh, setua kami dibanding putra ustadz itu...



Alloh telah berfirman dalam surat Al-Qomar, "Wa laqod yassarnal qur'ana lidzdzikri, fa hal mimmuddakir?" 
Berkali-kali ayat itu diulang untuk menguatkan keyakinan kita bahwa alqur'an benar-benar dimudahkan sebagai peringatan, juga mudah untuk dihafal. Kita lihat saat ini banyak penghafal qur'an, bahkan dalam usia belum baligh. Pernah membaca kisah sang Doktor Cilik? Begitulah Alloh memberi bukti keagungan-Nya.


"Sesungguhnya kami yang menurunkan adzdzikr (alqur'an) dan sesungguhnya kami pula yang sungguh-sungguh menjaganya" (Al-Hijr: 9). Bersama para hufadz Alloh menjaga alqur'an, bersama kita yang selalu memegang teguhnya. Ja'alanalloh...

Masih Ada Harap

Semoga memang benar kiamat masih lama, selama alqur'an dan ilmu-Nya belum diangkat dari bumi, selama kita tetap terus giat mengaji.

"Tidak akan datang pada kalian kecuali secara tiba-tiba." (Al-A'rof: 187). 

Dengan segala tandanya kiamat pasti datang. Kiamat bukan dongeng orang terdahulu. Kiamat janji yang haqq dari Alloh. Kita benar pasti akan dibangkitkan dan dimintai pertanggungjawaban. Dunia ini benar pasti akan hancur.



"Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya." ('Abasa: 34-36) 

"Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan." (Al-Qori'ah: 4-5) 

Dalam juz 30 kejadian hari akhir sangat banyak dikisahkan. Hari yang menjadi berita besar dan saling diperbincangkan hingga datang penjelasan nyata dari Alloh.


Sebagai muslim mu'min kita harus yakin tanpa keraguan sedikitpun terhadap datangnya hari akhir. Kita meyakini sesuai apa yang diberitakan Alloh melalui Alqur'an maupun yang dikabarkan melalui Rosululloh Muhammad shollu 'alaih. Termasuk beriman pada hari akhir sebagaimana dinyatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ialah "Segala yang diberitakan oleh Nabi tentang apa yang terjadi setelah kematian. Jadi termasuk di dalamnya ialah apa yang terjadi dalam kubur berupa pertanyaan kepada mayit tentang Tuhannya, agamanya, dan Nabinya serta apa yang terdapat dalam kubur berupa kenikmatan dan adzab."


"Yas'aluunaka 'anissaa'ati ayyaana mursaahaa." (An-Naazi'aat: 42) 

Hanya di sisi Alloh lah pengetahuan tentang kapan terjadinya hari kiamat. Sungguh pendusta yang mengatakan bahwa kiamat akan datang pada tanggal sekian. Rosululloh shollu 'alaih pun tak lebih tahu waktunya dari Jibril, dan hanya Alloh yang tahu.


Semoga kita masih bisa berharap agar usia kita terisi penuh pengabdian pada Alloh, masih bisa istighfar dan taubat, selama matahari belum terbit dari barat dan nyawa belum sampai tenggorokan.

Salimnaa wal muslimiin, irhamnaa ya Alloh...

Purnama Berlalu; Pilu...


Ketika cahaya bulan kian memudar 
nampak ronanya tak lagi bundar 
hawa dingin menyerang dadaku 
mendung mendera 
sendu menusuk-nusuk 
nafas yang kuhirup mengkristal di percabangan bronkus 
manifestasinya sesak, pedih, lalu mati rasa...



Apakah ini rindu? 
atau memang sudah perlu nekrotomi?


Biru lebam membekas di iktus kordisku 
meradang tiap kali kuseka kabut haru...



Tak kuingkari bahwa kini bulan tak lagi purnama 
tapi masih bercahaya 
sisa-sisa cinta...

Nantikanku di Batas Waktu...

Tulisan ini bukan tentang nasyid karya Edcoustic yang dikatakan oleh mas Salim A. Fillah sebagai nasyidnya ikhwan nggak gentle. “Kini belum lah saatnya aku membalas cintamu, nantikanku di batas waktu...” Kata temenku, “Koyo ra ono ikhwan liyo wae!” He3x!

Ahad malam tanggal 14 Juni 2009 berderet status FB tentang Valentino Rossi yang mengendarai motornya dengan dahsyat bersama-sama Jorge Lorenzo, mereka saling balap di lap terakhir sehingga sampai akhirnya di satu tikungan sebelum garis finis Rossi berhasil mengungguli Lorenzo. Satu hal yang terpikir olehku bukanlah “Rossi emang keren, uedan!” tapi “What a nice and great entertain!”

Teringat renungan tentang berharganya waktu... bagi seorang Rossi, sepersekian detik sangatlah berharga... Hampir bisa menjadi sebuah diferensiasi antara pemenang dengan pecundang. Balapan motor yang ditayangkan di televisi menurutku hanya sebuah hiburan (entertain) dan sisi menariknya ada pada saat para pembalap saling balap, bukan pada saat tahu siapa pemenangnya atau berapa selisih poin antar pembalap.

Dalam sebuah pertandingan sepak bola biasanya kita menanti gol-gol indah, penyelamatan heroik, pelanggaran dramatis atau tawuran yang seru, he3x! Di cabang olahraga ini kita pasti mengenal “injury time” atau “additional time”, menit-menit paling mendebarkan dari 90 menit waktu normal lamanya pertandingan.

Kata para pelatih sepak bola dan komentator, menit krusial dalam sepakbola adalah sepuluh menit setelah kick off, menjelang turun minum, serta menjelang peluit berakhirnya pertandingan babak kedua. Saat itu para pemain harus konsentrasi penuh agar tidak lengah atau sampai kebobolan. Ingat beberapa piala dunia yang lalu ketika di menit-menit akhir Meksiko hanya mempertahankan skor pertandingan dengan mengoper-oper bola di wilayahnya sendiri tanpa ingin mencetak gol atau dengan kata lain tidak ingin mengambil resiko kemasukan gol? Ya, karena skor saat itu sudah bisa menjadikan Meksiko lolos ke babak berikutnya. Meski mungkin hanya lima menit berlalu seperti itu, kesimpulannya bisa jadi “Tontonan yang mengecewakan!”.

Sulap ilusi yang dilakukan oleh Houdini dan para ilusionis lainnya seringkali memperlihatkan detik-detik terakhir sebagai “point of the show” di mana penonton berada di puncak kengerian lalu borgol atau ikatan terlepas, gembok terbuka, atau kepala muncul ke permukaan setelah batas waktu normal ketahanan nafas dalam air habis. Ini tentang entertain, “Semakin sederhana suatu trik sulap, justru semakin bagus jika kita bisa mengemasnya dengan entertain yang menarik” kira-kira seperti itu kata Deddy Corbuzier dalam The Master. “Standing applause” akan spontan diberikan penonton ketika kita bisa mengakhiri pertunjukan dengan “ending” yang dahsyat. Semua berpangkal pada “timing”.

Masalah “timing” adalah tentang bagaimana kita meletakkan klimaks dalam sajian kita, apapun itu, sulap, drama, cerpen, novel, film, dongeng, termasuk dalam hidup ini. Kita mungkin pernah mengalami berdebar-debar menanti hasil Ujian Nasional, menanti dipanggil nama kita ketika wisuda (kalau aku waktu sih wisuda TPA, kelas tiga SD. Haha... mase blom lulus kuliah ya??) atau pada saat-saat lain seperti pernikahan, kelahiran anak pertama, atau banyak lah... Klimaks memang bisa saja tidak hanya satu agar tidak muncul kesan monoton. Klimaks terbesar harapan semua orang adalah khusnul khotimah, aamin ya Alloh...

Penutup dari tulisan ini adalah... hmm... anu... emm... mohon doa kalian, kawan... semoga aku bisa menghadirkan entertain dahsyat dalam babak singkat berjudul “Skripsi; Berjodohnya Jogja dan Banyumas”. Yup! Sudah pada bulan Romadhon dua tahun yang lalu aku melakukan studi pendahuluan di RSUD Banyumas sehingga jadi tahu rasanya mudik, beratnya perjalanan pulang kampung, jatuh bangunnya pengendara motor antarkota, macetnya jalanan menjelang hari raya dan tentunya asap knalpot di mana-mana.

Waktu mengajarkan bahwa ada yang jauh lebih berharga dari sekedar selesai skripsi atau lulus kuliah, jadilah proposal bertanggal Oktober 2007 diedit jadi Juni 2009. Kenapa gak di Sarjito aja sih? Kenapa gak bareng temen aja? Kenapa gak ikut penelitian dosen? Seorang adik kelas juga bertanya, “Ngopo e mas ra mbiyen-mbiyen le nggarap, pas awal-awal, lagek saiki nggarape?” Ini tentang petualangan, tentang entertain, ketika Jogja Banyumas berjodoh, saat itulah semua sensasi berpadu, bendera papan catur berkibar, gol di injury time membuat penonton bersorak lebih riuh, lalu standing applause meraung-raung laksana “victory lap”. Yah, doakan saja... Nantikanku di batas waktu... ^_^
***

Ketika semangat mengerjakan skripsi menggebu-gebu...

Ketika Cinta Bertasbih vs Ketika Ikhwah Berdalih


Hmm... 
Hanya merasa sedikit aneh ketika ada aktivis dakwah sampai khatam berkali-kali membaca novel Ayat-ayat Cinta... 
Ada pula antrian panjang meminjam KCB 2... 
Tak hanya satu yg menyelesaikan dua novel sekaligus dalam singkatnya hari, jilid 1 dan 2.


Sedikit heran ketika melihat papan pengumuman agenda kontrakan ikhwan bertulis "11 Juni nonton KCB". 
Sejenak tersenyum membaca SMS seorang kawan, "Ayo beli tiket KCB". 
Tertohok membaca status FB beberapa ikhwan membahas KCB. 
Apakah tidak lebih "gubrak" lagi membaca tulisan di sebuah blog ikhwan berjudul "Chatting sama Oki". Ya, ia menceritakan kisahnya YM-an dengan Oki Setiana Dewi pemeran Anna Althafunnisa. Hohoho...


Oh, nampaknya memang langsung meledak, bahkan sebelum tayang perdana. 
Entahlah, menurutku biasa wae... 
Proporsional wae lah, ga usah segitunya kalee...


Boleh, asal alqur'an nya jangan sampai lupa, asal majlis ta'allum nya jangan ketinggalan. Nek njuk dadi mundhak greget ngamal ngibadah yo malah sip kuwi. Tur ojo nganti njuk dadi terlena dengan istilah "CINTA". Sing penting ora "laghwi" lah...
Eh, katanya kemarin pada nonton ya? Piye, apik ra? He3x.
Ok, meski blom tau kaya gimana, apresiasi lah, untuk pekarya film bertema islam, apalagi yang berusaha sedekat mungkin dengan syar'i. Semoga bisa memberi inspirasi.

Hoehoehoe... 

Jadi ingat pernah pingin punya stasiun televisi islami...


Yuhuuu...!!! 
Ayo berkarya! 
Dalam bidang apapun kita! 
Celup-celupi! 
Celup dengan celupan Ilahi!


Sehari setelah KCB dirilis, 
12 Juni 2009

Pesantren dan Tradisi Sepak Bola

Jumat pagi seperti ini biasanya para santri berhambur ke lapangan Karang yg berjarak sekitar 200 meter dari pondok. Sejak Kamis malam sampai Jumat sore kegiatan pesantren memang diliburkan. Inilah salah satu khas pesantren, hari liburnya bukan Minggu tapi Kamis malam sampai Jumat sore. Kamis malam diisi santri dg kegiatan sesuai kebijakan komplek masing-masing. Ada pula yg sengaja mengosongkan kegiatan untuk melepas penat. Kamis malam pula saatnya televisi satu-satunya di komplek mahasiswa putra dinyalakan.

Jumat pagi menjadi waktu paling ditunggu santri yg hobi bermain sepak bola karena itulah saat menguji keterampilan & beradu teknik dg santri lain. Tidak hanya santri, pengurus & para ustadz juga akan turun ke lapangan jika hasrat bermain bola telah memuncak, bahkan tidak perlu hasrat karena sudah menjadi hobi. Di samping menyehatkan, sepak bola yg merupakan olah raga kolektif menjadi ajang ukhuwah & akrabisasi antara "cah anyar" dengan "cah lawas". Ustadz & pengurus yg nampak "sangar" di hari biasa berubah jadi sahabat kental tapi tak jarang "keamanan" tetap meneriaki santri yg celananya di atas lutut (dulu, kian lama santri makin paham bahwa di manapun & kapanpun aurot harus tetap dijaga, sekalipun main bolanya ikhwan semua).

Sepak bola pesantren tak hanya berlangsung Jumat pagi, hampir tiap libur panjang diniyyah ada kompetisi liga pondok. Kelas I & III awaliyyah jadi satu tim, lalu kelas II & IV awaliyyah, kelas I, II wustho, kelas I, II ulya, serta tim pengurus & ustadz, semua akan saling bertemu di liga MDNU (Madrosah Diniyyah Nurul Ummah). Lapangan Karang dg semua kerikil & rumput keringnya menjadi saksi warga pesantren menggelinding-gelindingkanbola, meluapkan emosi, beradu lari, serta saling "body", tentunya juga gol-gol ke gawang tanpa jaring oleh top scorer masing-masing tim.

Ada sebuah kebiasaan unik seorang santri, mengenali & menghafalkan santri lain dari posisinya di lapangan. Ah, penuh kenangan..
Entah seperti apa perkembangan sepak bola ala pesantren setelah kini menjamur lapangan futsal..

Jatuh Cinta Lagi =)

"Ihiiyy... CLBK ya? Cuit...cuiiitt..."
Duh, jatuh cinta emang tak terlukiskan rasanya...
Seneng, bahagia, berbunga-bunga, entah apa lagi istilahnya. Pernah kan jatuh cinta? Ya gitu deh rasanya... ^_^


Kuakui, kujatuh cinta lagi, padanya lagi, masih sama, belum berubah, tak kan berubah... 
Kusadari hidup kian hampa, jiwa juga kian gamang tanpanya.


Aku sungguh tak berniat menjauhinya. Selama ini sebenarnya kami masih dekat tapi memang sensasi cinta itu agak pudar, tak sedahsyat ketika awal jatuh cinta dulu. Interaksi kami perlahan jadi tak terlalu hangat.
Kuakui banyak 'memori indah' terlupakan dalam waktu yang sudah berlalu sekian lama. Sesekali kenangan itu melintas pikir tapi rasanya biasa saja, hanya tertegun, "Aku pernah mengingatnya, pernah menjadikannya pengisi benak dada."

Akhir-akhir ini aku sering melakukan 'recall' dan memutar ulang memori itu. Tak terkira, hal tersebut membuatku kembali merasakan indahnya. Luar biasa!!! Aku sadar, bodohlah aku jika sampai melupakannya, apalagi melewatkannya begitu saja. Dan kini mungkin puncaknya, ingin kuteriak, "AKU JATUH CINTA LAGI..!!!"

Dari lubuk hati terdalam aku selalu berharap dan akan terus mengharap bisa menghabiskan sisa usia bersamanya. Kelak jika aku menapaki senja, saat aku telah renta, mataku rabun atau mungkin buta, aku ingin tetap mencinta, menjadikannya indah di mata tanpa perlu menatapnya. Kabulkan ya Alloh, aku mohon...

Bukankah memang merupakan suatu hal yang sangat tepat kalau aku mencintai apa adanya? Tak lebih, tak kurang, selamanya tak kan berubah, hingga ujung waktu tiada perlu berubah, Alloh yang menjaga...

Yah, AL-QUR'AN, aku jatuh cinta lagi untuk menghafalnya. Bismillah, fillah, lillah, akan kumulai lagi cinta yang sempat terhenti jeda lena dunia. Ridhoi aku ya Alloh... Hamba-Mu yang dho'if ini ingin menyelami samudera firman-Mu...


Ayo menghafal al-qur'an! 
Giat muroja'ah dan tambah-tambahlah! ^_~