Ya, sesungguhnya merdeka justru berarti menghamba. Merdeka berarti melepaskan diri dari penghambaan kepada sesama makhluk menuju penghambaan satu-satunya kepada Alloh Yang Maha Esa. Inilah kemerdekaan yang diserukan oleh seluruh Nabi utusan Alloh. Kita merdeka dari sesembahan lain selain Alloh. Kita merdeka dari mengadakan tandingan-tandingan lain selain Alloh, dan memproklamasikan diri hanya akan menghamba pada Alloh.
Mungkin kita lebih mengenal makna merdeka dengan istilah tauhid. Kita telah berulang kali memproklamasikan diri sebagai makhluk merdeka dengan naskah proklamasi yang memuat dua poin: pertama, memerdekakan diri dari menyembah sesembahan selain Alloh lalu menyatakan bahwa Alloh satu-satunya sesembahan yang haq untuk disembah; kedua, menyatakan bahwa Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam ialah utusan Alloh sebagai penjelas dan penuntun hidup kita di dunia.
Berulang-ulang dalam sholat setiap hari kita berikrar:
Asyhadu an laa ilaaha illalloh, wa asyhadu anna muhammadar rosuululloh.
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) kecuali Alloh, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad ialah utusan Alloh.
Kalimat inilah yang menggemparkan negeri Arab 1400 tahun yang lalu. Kalimat inilah yang mempersatukan berbagai suku, bangsa, etnis, kedudukan, status sosial, dan segala perbedaan menjadi satu identitas: muslim. Ketika kedzoliman merajalela, ketika kehidupan serba seenaknya, ketika aturan yang berlaku hanyalah hukum rimba, ketika manusia menghamba sesamanya, ketika manusia menyembah benda-benda tak bernyawa, seorang Nabi yang mulia diutus untuk membenahinya, membawanya dari kegelapan menuju cahaya.
Detik-detik Fathu Makkah
Alloh berfirman dalam surat An-Nashr ayat 1-3:
Ketika datang pertolongan Alloh dan kemenangan. Dan Engkau melihat manusia masuk ke dalam agama Alloh secara berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah pada-Nya. Sesungguhnya Ia Maha Penerima Taubat.
Surat tersebut dipahami para sahabat bahwa kemenangan Islam telah dekat, sang Nabi kelak mangkat.
Diriwayatkan sepanjang perjalanan Nabi menuju Makkah untuk memerdekakan kota itu beliau shollallohu alaihi wa sallam terus membaca surat Al-Fath. Akhirnya kemenangan itu nyata saat penduduk Makkah menghancurkan sendiri berhala-berhala mereka di sekitar Kabah. Tak ada paksaan bagi mereka yang tak mau memeluk agama Islam. Bagi yang berada di dalam rumah mereka semua aman. Bagi yang berada di rumah Abu Sufyan aman. Alloh pertontonkan bahwa saat datang pertolongan Alloh dan kemenangan, manusia berbondong-bondong memerdekakan diri dari penyembahan kepada selain Alloh. Mereka mengakui kebenaran risalah Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam. Itulah gambaran gebyar kemerdekaan di Makkah setelah satu dekade peristiwa Hijrah.
Cara Mengisi Kemerdekaan
Sekalipun sebenarnya masih banyak tersimpan pertanyaan terkait kemerdekaan Republik Indonesia, Apakah sekarang atau sejak 70 tahun yang lalu kita benar-benar telah merdeka? Biarlah masing-masing kita menjawab pertanyaan itu dengan apa yang selama ini kita rasakan. Terlepas dari itu semua yang jelas saat ini kita sudah tidak perlu bergerilya angkat senjata melawan penjajah yang mendzolimi rakyat dan tanah tumpah darah kita. Katakanlah kita sudah merdeka, lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan kita?
Dalam surat An-Nashr Alloh memberikan tiga perintah jika pertolongan dan kemenangan Alloh telah datang:
1. Bertasbih
2. Bertahmid
3. Beristighfar
Terlalu sombong jika kita hendak mengisi kemerdekaan dengan ini itu, pembangunan, kemajuan, dan sebagainya. Tiga hal tersebut yang semestinya kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan.
Karena hakikat kemerdekaan ialah pertolongan dan pemberian Alloh, sepatutnya kita bertasbih, bertahmid, dan beristighfar pada-Nya. Barangkali ada dosa yang sebenarnya menghalangi kita ditolong Alloh namun ternyata Alloh tetap menolong kita, karena itu kita beristighfar. Kita kembalikan semuanya pada Alloh, merdeka atau mati.
Perlulah kita memperingati Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dengan mengheningkan cipta. Utamanya untuk bertasbih, bertahmid memuji Alloh, lalu mohon ampun. Bukan sekedar mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur mendahului, namun kita mohonkan ampun mereka pada Alloh.
Adapun soal pembangunan, kesejahteraan, pemerataan, dan keadilan sosial, tentulah itu semua kita upayakan sembari kita memperjuangkan ketaatan kita pada Alloh. Dia-lah yang telah memerdekakan kita, kepada-Nya-lah kita menghamba. Jika kita taat kepada-Nya, ridho mengikut ajaran Rosul-Nya, mengelola tanah air kita sebaik-baiknya, pasti Alloh turunkan rahmat dan barokah dari langit dan dari bumi secara berlimpah-limpah. Tak ada yang perlu kita khawatirkan. Allohu alam.
Sumber / Penulis : Abu Halilah bin Jamal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar