Ketika kompor gas dengan dapur belum seakrab sekarang, di antara kita atau orang tua kita mungkin ada yang pernah mengalami kehabisan korek api ketika hendak memasak lalu harus meminta api kepada tetangga. Di pagi buta seorang ibu mengetok pintu dapur tetangganya sambil membawa segenggam blarak kering. Biasanya blarak didapat dari daun kelapa yang jatuh. Blarak itu dimasukkannya ke dalam tungku tetangga yang apinya menyala.
Jika blarak sudah tersulut api, sang ibu akan membalik posisi blarak yang terbakar menjadi berada di bawah agar api bisa membesar. Ibu itu akan bersegera pulang menuju tungku di dapurnya. Dimasukkanlah blarak yang membawa api itu ke dalam tungku yang sebelumnya sudah diberi sabut kelapa dan kayu-kayu kecil.
Coba kita telusuri jalan perjuangan ibu itu untuk bisa memasak. Ibu itu telah berjuang untuk bangun lebih pagi dari anggota keluarga yang lain. Ia ingin berjuang untuk memasakkan sarapan pagi bagi seisi rumah.
Sang ibu berjuang meracik bumbu dan bahan-bahan yang akan diolah setelah sehari sebelumnya membelinya di pasar atau memanennya di kebun. Ia berjuang menyiapkan tungku dengan sabut kelapa sekalipun apinya belum ada. Ia pun berjuang mencari api dengan membawa blarak yang ia punya. Ia berjuang melawan rasa tidak enak pada tetangga dengan mengetuk pintu dapurnya.
Ia berjuang menyalakan api dan menjaganya sepanjang jalan hingga tungkunya sendiri ikut menyala. Oncor blarak tidak menyala dalam waktu lama. Ia pun berjuang menyemprong tungku agar api bisa tetap menyala. Setelah api menyala, barulah akan dimulai perjuangan yang sesungguhnya.
Untuk bisa menjalani sesuatu yang besar kita perlu menjalani banyak langkah kecil dengan sabar. Untuk bisa benar-benar berjuang kita perlu banyak belajar berjuang. Setiap tapak perjuangan selalu menjadi pijakan untuk tapak perjuangan berikutnya.
Di Madinah Imam Malik diam-diam mengetahui bahwa ternyata salah satu muridnya telah hafal Al Muwatho' sebelum berguru padanya. Sang murid berusaha mempersiapkan diri dengan hafalan sebelum mempelajari penjelasan atas kitab yang ditulis oleh gurunya. Murid itu kelak terkenal dengan sebutan Imam Asy Syafi'i.
Mencari ilmu itu butuh ilmu. Mau menuntut ilmu harus berbekal. Siapkanlah apa saja yang kita mampu hingga semakin dimampukan. Golek banyu apikulan warih, golek geni adedamar.
1 komentar:
MasyaAllah Ustadz, maturnuwun ilmunya
Posting Komentar