Kemarin di berita ada info merapi kembali aktif, tapi setelah coba takmisscall ternyata tidak aktif. Apa mungkin ganti nomor? Kalau tahu nomor terbarunya tolong segera kabari aku ya...
Pasca Bencana Merapi
Alhamdulillah, sudah bisa posting lagi... Meski cuma beberapa kata, hehe... Belum sempat nulis-nulis jhe. Sebenarnya banyak dapat inspirasi tapi belum tertuliskan. Memang benar, iman saja tanpa amal sholih, tidak cukup. Insya'alloh dalam waktu dekat deh...
Gelar Pahlawan dan Penegakan Hukum (Syariat)
Gelar pahlawan tidak menjamin seseorang akan masuk surga... Orang yang sudah mati sepertinya juga tidak mengharap apa-apa selain doa dari keluarga yang masih hidup dan ampunan Alloh. Mau dipuji, mau dicaci, toh alam dunia dan alam kubur sudah berbeda. Mau digelari sebagai pahlawan, mau digelari sebagai penjahat perang, koruptor, atau apapun. Sudahlah, serahkan saja keadilan seadil-adilnya itu pada Alloh. Jika kita tidak sempat menegakkan keadilan di dunia, nantinya kita semua juga akan mendapat keadilan di akhirat. Uwong wes mati ae koq digawe ribut... Weleh-weleh...
Suatu saat ada seorang ibu yang bertanya pada saya tentang hukum wanita yang selingkuh hingga hamil lalu minta cerai pada suaminya. Saya tak bisa menjawab banyak. Subhanalloh... semoga hukum Alloh segera tegak di muka bumi. Semoga hukum-hukum yang dijalani oleh pelaku tindak kejahatan dan dosa bisa menghapus tuntutan Alloh di akhirat. Sayang jika mereka telah dihukum di dunia tapi harus kembali mendengar tuntutan Alloh di akhirat hanya karena hukum yang berlaku di dunia bukan hukum Alloh.
Bujang yang berzina semestinya didera/cambuk 100 kali. Ada pula hukuman rajam jika yang berzina adalah orang yang sudah menikah. Tangan dipotong sebagai hukuman seseorang yang melakukan tindak kejahatan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Qisos sebagai hukuman untuk seorang pembunuh. Semua hukuman itu insya'alloh akan membebaskan manusia dari tuntutan Alloh di akhirat karena Alloh sendiri yang telah menetapkan hukum itu. Jika zina atau mencuri hanya dihukum kurungan sekian bulan, membunuh sekian bulan, siapa yang menjamin hukuman itu akan menghapuskan tuntutan Alloh di hari akhir.
Sesungguhnya apa yang diturunkan Alloh pada manusia, syariat, hukum, assunnah, semua itu adalah wujud kasih sayang Alloh pada manusia. Pejuang HAM mungkin akan menentang hukum pancung, rajam, potong tangan dan sebagainya, namun apakah mereka bisa menjamin bahwa orang yang tidak dikenai hukum sesuai syariat akan merasa senang di akhirat kelak?
Yang memberikan kehidupan dan segala atributnya berupa fisik, jasmani, rohani, akal hanyalah Alloh, maka juga hanya Alloh yang berhak mencabutnya. Jika tangan karunia Alloh digunakan untuk melanggar kehendak aturan Alloh lalu Alloh menginginkan tangan itu diambil sebagai ganti pelanggaran itu, apa yang salah. Alloh yang menetapkan itu, tentunya kita sebagai manusia harus mengikuti ketetapan Alloh, apapun.
"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan yang lain bagi mereka tentang urusan mereka. Barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata" {QS 33:36}
Hukum-hukum syariat hanya bisa ditegakkan oleh pemerintah. Seorang atau sekelompok orang, bahkan pemimpin/ imam suatu organisasi/ jama'ah islam tidak bisa menetapkan hukum syariat begitu saja. Maka dari itu banyak pergerakan islam yang memperjuangkan tegaknya syariat islam, entah itu secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi. Dasar pemikiran perjuangan penegakan syariat islam adalah jika syariat islam belum tegak sebenarnya kita belum berislam secara menyeluruh. Ada sebuah semboyan dari satu organisasi pergerakan islam, "Laa 'izzata illaa bil islam, wa laa islama illaa bisy syari'ah, wa laa syari'ata illaa bid daulah khilafah rosyidah"; "Tiada kemuliaan tanpa islam, tak sempurna islam tanpa syari'ah, tak akan tegak syari'ah tanpa daulah khilafah rosyidah"
Kita perlu belajar dari sejarah, bagaimana Rosululloh memimpin Madinah yang dalam faktanya terdiri dari berbagai suku dan agama. Kondisi Indonesia yang bisa dibilang serupa dengan kondisi Madinah waktu itu semestinya menginspirasi kita semua. Tidak harus berdiri negara islam, semua rakyat tunduk pada aturan islam itu sudah cukup (Trus, opo bedane mas? Hehe...)
Sungguh, demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara apa saja yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerimanya dengan sepenuhnya. (QS 4: 65)
Konon suatu saat Umar bin Khoththob mendapat pengaduan kasus tindak pidana pencurian. Saat itu tersangka didakwa telah mencuri dan dituntut potong tangan. Umar menanyakan alasan orang itu mencuri. Orang itu mencuri karena tidak bisa makan. Setelah mendengar pembelaan dari terdakwa, Umar memutuskan untuk memanggil gubernur yang membawahi wilayah di mana orang tersebut tinggal. Umar yang ketika itu menjadi kholifah (artinya imam sekaligus qodhi [hakim] ada dalam wewenangnya) memberikan putusan berupa dibebaskannya terdakwa lalu meminta jaminan sang gubernur untuk memenuhi kebutuhan semua rakyat dalam wilayahnya. Jika sampai ada lagi yang mencuri karena tidak bisa makan, bukan pencuri yang akan dihukum tapi gubernur yang harus dimintai pertanggungjawaban.
Islam itu lembut, islam itu penuh kasih, islam itu menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hanya yang mengotori dan merusak keteraturan yang akan dihukum oleh islam. Agama, aturan, syari'at itu ditetapkan Alloh untuk menjaga keteraturan di muka bumi. Jika Alloh belum mengatur suatu masalah, manusia punya kebebasan untuk membuat aturan demi terjaganya keteraturan di muka bumi.
Betapa indahnya islam, jika keadilan tak dapat diperoleh di dunia, di akhirat akan ditegakkan seadil-adilnya. "Bukankah Alloh adalah hakim yang seadil-adilnya" (QS 95:8)
Hubungan tulisan ini sama gelar pahlawan tu sebenarnya apa ya? Hehe....
Allohu a'lam...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Budaya,
Hukum,
Kepemerintahan,
Serius
0
komentar
Momentum vs Kesiapan
Seringkali kita harus membenturkan diri dengan keadaan. Bagaimana jika apa yang tak pernah kita sangka-sangka seketika ada di depan mata? Sebuah kesempatan, sebuah peluang yang baik datang pada kita saat kita berada dalam kondisi tidak siap. Apa yang akan kita lakukan? Menyiapkan diri? Tentu saja kesempatan itu akan lewat begitu saja kalau kita harus menyiapkan diri terlebih dahulu. Begitulah, seringkali kita harus membenturkan diri, memaksa diri kita siap dalam ketidaksiapan kita menghadapi peluang.
Bob Sadino, seorang pengusaha sukses pernah mengeluarkan celotehan ketika diwawancara di sebuah televisi, "Kalau cuma jualan telur aja kok harus kuliah?"
Waktu itu Bob Sadino diwawancarai mengenai kisah suksesnya. Beliau mengawali bisnis dari berjualan telur. Beliau belajar bisnis sambil menjalaninya hingga sampai saat ini asetnya yang berupa tanah sampai berhektar-hektar. Intinya, mulai saja, resiko itu pasti ada, kalau bisnis terlalu itung-itungan ya nggak jalan-jalan karena takut rugi.
Suatu saat ustadz Anis Matta ditanyai mengenai kesiapan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memimpin bangsa Indonesia, mengelola negeri ini. "Apakah Anda sudah siap memimpin bangsa ini?"
"Kalau ditanya seperti itu jelas akan saya jawab 'belum siap', tapi kalau diberi kesempatan tentu saja kami harus siap"
"Bagaimana kalau partai Islam gagal mengelola bangsa ini?"
"Kenapa kita ini takut gagal? Kalau partai sekuler saja gagal bertahun-tahun bisa kita maklumi, kenapa partai Islam tidak boleh gagal? Makanya, berilah kami kesempatan untuk gagal."
Maksud ustadz Anis Matta adalah jika kita ditanya siap atau tidak, maka selamanya kita akan menjawab belum siap namun jika kita diberi amanah, mau tidak mau kita harus siap. Seringkali momentum itu datang dalam ketidaksiapan kita.
Dalam sebuah diskusi salah seorang teman menceritakan bagaimana seorang ustadz membacakan tafsir Ibnu Katsir dalam menjelaskan surat Al-'Alaq ayat 1-5.
"Bacalah dengan nama Tuhan-mu Yang Menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan-mu lah Yang Maha Mulia. Yang mengajarkan dengan perantara pena. Mengajarkan manusia apa-apa yang tidak diketahui mereka ketahui."
Penekanannya ada pada ayat kelima, "Mengajarkan manusia apa-apa yang tidak mereka ketahui"
Ibnu Katsir mengatakan bahwa seseorang yang membaca itu hanya akan paham sedikit, orang yang membaca dan menyimak akan paham lebih banyak. Seseorang yang mengamalkan akan bisa memahami lebih banyak dari dua hal sebelumnya. Seseorang yang mengajarkan akan bisa memahami lebih banyak dari selainnya.Ini konsep yang belakangan dibuktikan melalui penelitian, konon membaca hanya akan meperoleh 10 % pemahaman, mendengar 20 %, melihat 50 %, mempraktikkan 80 %, mengajarkan 95 %, dan sisanya kebijaksanaan.
Seorang ustadz TPA (Taman Pendidikan Al-qur'an) di Cangkringan pernah berbagi kisah ketika beliau yang belum bisa membaca Al-Qur'an memaksakan diri mengajar Iqro'. Sebuah panggilan hati melihat kebutuhan anak-anak belajar Al-Qur'an menghapus segala rasa malu, sungkan, takut dalam diri beliau. Bila kita bayangkan, bagaimana mungkin orang yang belum bisa justru ingin mengajarkan sesuatu yang belum ia kuasai kepada orang lain? Kuasa Alloh membuktikan, dari santri-santri yang diajarnya sang ustadz jadi belajar dan jadi tahu bacaan Al-Qur'an.
Apakah kisah di atas salah? Hmm... Kita tidak sedang membahas fiqh. Kita hanya ingin sama-sama menegaskan bahwa manusia itu diberi kemampuan belajar oleh Alloh. Tengoklah ketika malaikat memprotes kebijakan Alloh menjadikan manusia sebagai kholifah di muka bumi. Pada kenyataannya manusia bisa menyebutkan nama-nama benda yang sebelumnya tidak bisa disebutkan nama-namanya oleh malaikat. Manusia menamai alat ketik elektronik sebagai komputer, alat cetak sebagai printer, dan sebagainya.
"Habibie dari Selokan Mataram" sebuah judul film pendek yang mengisahkan seorang anak muda pembelajar mandiri menjadi inspirasi bagi kita. Setidaknya bekal akal untuk belajar yang telah dikaruniakan Alloh pada kita sudah cukup, sangat cukup. Kita hanya perlu membaca, "membaca" sebagaimana perintah dalam wahyu pertama yang disampaikan Jibril pada Muhammad. Institusi sekolah, perguruan tinggi dengan segala kurikulumnya tak boleh menjadi tempurung bagi seekor katak. Tanpa itu semua kita pun bisa belajar.
Bukankah Alloh membenturkan kita dengan setiap persoalan hidup dalam rangka mentarbiyah kita? Dalam setiap kejadian Alloh hendak mendidik kita hingga kita bisa memetik pelajaran dan menjadi hamba yang lebih baik. Bersiaplah menghadapi berbagai macam benturan dalam ketidaksiapan, sebagaimana jargon Pandu Keadilan, "Bersiap siagalah!"
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Emm... Gitu ya?,
Kepemerintahan,
Motivasi,
Pendidikan,
PKS,
Psikologi,
Renungan
0
komentar
Lembaga Bimbingan Belajar GENERASI HARAPAN
Remaja adalah generasi penerus bangsa. Kepada merekalah negeri ini akan diwariskan.
Lembaga Bimbingan Belajar GENERASI HARAPAN membantu membentuk karakter pribadi muslim serta membina potensi remaja putra-putri Anda.
Lembaga Bimbingan Belajar GENERASI HARAPAN menawarkan program privat Al-Qur’an, bimbingan agama, bimbingan belajar plus, dan privat komputer.
Lembaga Bimbingan Belajar GENERASI HARAPAN beralamat di dusun Sapen, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, dengan nomor telepon 0813 2888 4226.
Lembaga Bimbingan Belajar GENERASI HARAPAN, save the young generation...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Akhlak,
Anak-anak,
Blog Pribadi,
Pendidikan,
Pengumuman,
Remaja,
Sekolah
0
komentar
Pengantin Surga
Seketika dunia gelap gulita
Seluruh alam berhenti bersuara
Sunyi, hening, khusyuk
Semesta terpana
Hanya terdengar dua detak jantung manusia
Yang pelan kian cepat
Yang cepat pun melambat
Hingga akhirnya sejiwa
Tiba-tiba mereka buta
Tiba-tiba mereka tuli
Tiba-tiba lisan bisu tanpa kata
Hati mereka pun tak kuasa meraba-raba
Hanya tunduk kehendak-Nya
Telah kutemukan
Telah kuputuskan
Kata mereka
Bukan sekedar cinta, tapi Cinta
Baarokallohu laka
Wa baaroka 'alaika
Wa jama'a bainakumaa fii khoir
Jadilah pengantin surga
Semoga Alloh meridhoimu, kalian berdua, kita semua... ^_^
Ummatii...
Masalah umat begitu banyak. Sayang kalau hidup ini hanya kita habiskan untuk kepentingan diri sendiri. Berikanlah sedikit kontribusi dan kontribusi. Bacalah apa yang terjadi pada umat ini, renungkan lalu rencanakan solusi, lalu lakukan aksi. Jangan hidup hanya untuk diri sendiri: lahir, bermain, sekolah, bekerja, menikah, punya anak, naik haji, lalu mati. Hidup ini terlalu berharga untuk kita jalani sendiri.
Bangkitnya Ruh Mujahid
Tiga tahun lalu ia pergi
Ke negeri lain, katanya
Ada yang lebih membutuhkan kontribusi di sana
Segolongan mujahidin ditinggalkannya
Sampai jumpa, bertahanlah, tetaplah berjamaah
Pesan itu disampaikan melalui butiran air mata
Terbunuh!
Ternyata ia terbunuh
Dalam tafakur panjang
Tepat di dada ia terluka
Ke mana mujahid itu?
Benar telah syahid kah?
Debu medan jihad tak lagi berdebur-debur
Tanah medan jihad tak lagi subur
Hening...
Ia pergi dalam hening
Tanpa suara
Kapan ia kembali?
Semua bertanya
Ah, mungkin ia tengah bercengkrama dengan para bidadari di surga
Tidak! Kini ia kembali
Ia datang dengan ceria
Seakan tak nampak bekas luka
Aku belum mati, katanya
Dihapusnya air matanya
Diusapnya bekas lukanya
Dikepalnya jari tangannya
Allohu akbar! pekiknya
Aku kembali teman
Aku belum mati
Aku hanya sempat tersesat mencari medan jihad
Maaf membuat kalian khawatir
Tidakkah kalian rasa?
Betapa mendidihnya darah dalam dadaku saat ini
Aku siap mengangkat senjata
Aku siap berada di barisan paling depan
Aku siap, biidznillah...
Aku mencium aroma kemenangan
Aroma kemenangan islam makin dekat
Hampir-hampir tak ada lagi hijab
Gemuruhnya terdengar jelas
Takbir dan sholawat menggema-gema
Allohu akbar!
Mari kita songsong kemenangan
Atau mati sambil menghunus pedang
Dengan tangan kiri mengibarkan panji islam
Tak ada pilihan lain
Kita harus merangsek maju ke depan
Serang dan terus serang
Raih kemenangan yang Dijanjikan
Infiruu...
Allohu akbar!!!
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Dakwah,
Motivasi,
Perjalananku,
Sajak
0
komentar
Rindu Muhammadku
oleh: Hadad Alwi
Yaa robbi bil-Mustofa
Yaa robbi bil-Mustofa
Yaa robbi bil-Mustofa balligh maqooshidanaa
Waghfirlanaa maamadhoyaa waasi'al karomi
Demi cinta-Mu ya Allah
Pada Muhammad nabi-Mu
Ampunilah dosaku
Wujudkan harapanku
Ya Rasulallah salamun alaik
Ya rofi'assyaniwaddaroji
Siapa yang cinta pada nabinya
Pasti bahagia dalam hidupnya
Reff:
Muhammadku Muhammadku dengarlah seruanku
Aku rindu aku rindu kepadamu Muhammadku
Kau yang mengaku cinta kepada nabimu
Kau yang mengaku merindukan nabimu
Jika kau benar-benar cinta dan rindu kepada Muhammad nabimu
Buktikan
Taati perintahNya, tinggalkan laranganNya
Teladani akhlaknya
Niscaya kelak kau akan berjumpa dengan Rasullallah
Niscaya kelak kau akan berkumpul dengan Rasullallah
Back to Reff
Kau ajarkan hidup ini untuk saling mengasihi
Ku tanamkan dalam hati kuamalkan sejak dini
Ya Rasulallah salamun alaik
Ya rofi'assyaniwaddaroji
Engkaulah nabi pembawa cinta
Kau bimbing kami menuju surga
Back to Reff
[ bersama-sama ]
Back to Reff 2 kali +
Kau yang mengaku cinta kepada nabimu
Kau yang mengaku merindukan nabimu
Jika kau benar-benar cinta dan rindu kepada Muhammad nabimu
Buktikan
Taati perintahNya, tinggalkan laranganNya
Teladani akhlaknya
Niscaya kelak kau akan berjumpa dengan Rasullallah
Niscaya kelak kau akan berkumpul dengan Rasullallah
Yaa robbi bil-Mustofa 3 kali
Jika Belum Bertemu Jodoh
Jika sampai sekarang kita belum bertemu dengan jodoh kita, itu artinya Alloh sedang memberi kesempatan pada kita untuk semakin meningkatkan kualitas pribadi, hingga saatnya tiba. Jangan siakan! :D
(Jare mas Egha Zainur Ramadhani, soko critane kancaku, hehe...)
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
'Aqidah,
Akhlak,
Blog Pribadi,
Cinta,
Emm... Gitu ya?,
Kalimat bijak,
Pernikahan
0
komentar
Ustadz Juga Manusia
Namanya aktivis dakwah, ustadz juga itu manusia. Kita mungkin ketika berbicara di hadapan orang bisa memberikan nasihat kepada orang lain namun ketika kita mempunyai satu masalah satu ujian yang sangat berat kadang-kadang kita juga pun tidak mampu menasihati diri kita sendiri.
(Ustadz Zulkifli Nur, ARIMATEA)
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Dakwah,
Emm... Gitu ya?,
Kalimat bijak,
Nasihat,
Psikologi,
SMS Sahabat
0
komentar
Hehe...
Bismillah, tak ada skenario-Nya yang terlalu buruk. Kalau Alloh berkenan menghapus dosa-dosa masa laluku dan menghendaki aku memulai kembali perjalanan dari nol dengan mengikhlaskan niat hanya pada-Nya, insya'alloh aku ridho dengan apapun yang harus kujalani. Bismillah... :)
Memulai-Menyelesaikan
Hidup ini merupakan rangkaian kegiatan "memulai" dan "menyelesaikan". Beranilah memulai, lalu selesaikan! Jika sudah memulai, selesaikanlah!
(Akhid Nur Setiawan)
Jangan Remehkan Amal Kecil!
"Jangan remehkan amal kecil karena boleh jadi kita justru bisa ikhlas di dalamnya," begitu pesan ustadz Abdulloh Sunono dalam sebuah pengajian di Masjid Mardliyah sekian waktu yang lalu ketika membahas masalah ikhlas dalam beramal. Benarlah, terkadang kita terlalu mengejar amal-amal besar dan meremehkan amal kecil, padahal ketika beramal kecil seringkali kita malah bisa sangat ikhlas.
Jangan remehkan amal kecil karena ada seorang wanita pezina diampuni dosanya karena pernah memberi minum seekor anjing dengan sepatunya. Jangan remehkan dosa kecil karena ada seorang wanita masuk neraka karena memelihara seekor kucing lalu mendzoliminya. Jangan remehkan amal kecil karena sebesar dzarroh pun akan diperhitungkan di akhirat kelak.
Sekedar memungut sampah permen, sekedar mengucap salam kepada sesama muslim yang belum kita kenal, sekedar senyum pada sahabat kita, tak ada yang tersia insya'alloh. Jika kita bisa melakukan amal-amal ringan, kenapa harus menunggu kesempatan untuk beramal besar? Bukankah juga Alloh itu menyukai amalan yang berkelanjutan meskipun sedikit?
Boleh jadi amalan kecil yang pernah kita lakukan adalah amalan paling ikhlas sehingga bisa menyelamatkan kita di hari akhirat kelak. Boleh jadi ia pelindung kita dari siksa kubur. Boleh jadi ia perantara doa kita dikabulkan. Boleh jadi ia penghapus dosa-dosa kita.
Mari perbanyak amal, tidak harus amal-amal besar nan luar biasa. Perbanyaklah amal karena kita tidak tahu mana amal paling ikhlas yang diterima Alloh. Di antara sekian banyak amal, mungkin saja justru amal kecil yang sangat ikhlas yang akan menghantarkan kita masuk surga meraih keridhoan Alloh.
Semoga Alloh meringankan segala langkah kita dalam berupaya mencari ridho-Nya. Alloh lah yang berkenan memberi kita hidayah dan kekuatan melakukan berbagai macam amal, kecil maupun besar. Termasuk keikhlasan, Alloh jua lah yang mengizinkan...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Budaya,
Emm... Gitu ya?,
Kalimat bijak,
Motivasi,
Nasihat,
Serius
0
komentar
Tawassul; Kisah Tiga Pemuda dalam Gua
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Ketika tiga orang pemuda sedang berjalan, tiba-tiba turunlah hujan lalu mereka pun berlindung di dalam sebuah gua yang terdapat di perut gunung. Sekonyong-konyong jatuhlah sebuah batu besar dari atas gunung menutupi mulut gua yang akhirnya mengurung mereka. Kemudian sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: Ingatlah amal saleh yang pernah kamu lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan amal tersebut agar Allah berkenan menggeser batu besar itu.
Salah seorang dari mereka berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku mempunyai kedua orang tua yang telah lanjut usia, seorang istri dan beberapa orang anak yang masih kecil di mana akulah yang memelihara mereka. Setelah aku mengandangkan hewan-hewan ternakku, aku segera memerah susunya dan memulai dengan kedua orang tuaku terdahulu untuk aku minumkan sebelum anak-anakku. Suatu hari aku terlalu jauh mencari kayu (bakar) sehingga tidak dapat kembali kecuali pada sore hari di saat aku menemui kedua orang tuaku sudah lelap tertidur. Aku pun segera memerah susu seperti biasa lalu membawa susu perahan tersebut. Aku berdiri di dekat kepala kedua orang tuaku karena tidak ingin membangunkan keduanya dari tidur namun aku pun tidak ingin meminumkan anak-anakku sebelum mereka berdua padahal mereka menjerit-jerit kelaparan di bawah telapak kakiku. Dan begitulah keadaanku bersama mereka sampai terbit fajar. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukalah sedikit celahan untuk kami agar kami dapat melihat langit. Lalu Allah menciptakan sebuah celahan sehingga mereka dapat melihat langit.
Yang lainnya kemudian berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku pernah mempunyai saudara seorang puteri paman yang sangat aku cintai, seperti cintanya seorang lelaki terhadap seorang wanita. Aku memohon kepadanya untuk menyerahkan dirinya tetapi ia menolak kecuali kalau aku memberikannya seratus dinar. Aku pun bersusah payah sampai berhasillah aku mengumpulkan seratus dinar yang segera aku berikan kepadanya. Ketika aku telah berada di antara kedua kakinya (selangkangan) ia berkata: Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan janganlah kamu merenggut keperawanan kecuali dengan pernikahan yang sah terlebih dahulu. Seketika itu aku pun beranjak meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari keridaan-Mu, maka ciptakanlah sebuah celahan lagi untuk kami. Kemudian Allah pun membuat sebuah celahan lagi untuk mereka.
Yang lainnya berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku pernah mempekerjakan seorang pekerja dengan upah enam belas ritel beras (padi). Ketika ia sudah merampungkan pekerjaannya, ia berkata: Berikanlah upahku! Lalu aku pun menyerahkan upahnya yang sebesar enam belas ritel beras namun ia menolaknya. Kemudian aku terus menanami padinya itu sehingga aku dapat mengumpulkan beberapa ekor sapi berikut penggembalanya dari hasil padinya itu. Satu hari dia datang lagi kepadaku dan berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu menzalimi hakku! Aku pun menjawab: Hampirilah sapi-sapi itu berikut penggembalanya lalu ambillah semuanya! Dia berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu mengolok-olokku! Aku pun berkata lagi kepadanya: Sesungguhnya aku tidak mengolok-olokmu, ambillah sapi-sapi itu berikut penggembalanya! Lalu ia pun mengambilnya dan dibawa pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sedikit celahan lagi yang tersisa. Akhirnya Allah membukakan celahan yang tersisa itu
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4926
sumber: al-islam.com
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
'Aqidah,
Blog Pribadi,
Kisah menyentuh,
Mutiara Hadits
2
komentar
Akhirnya Takdir Itu Tiba
Takdir, termasuk jodoh itu sesungguhnya sudah dirancang detail oleh Alloh.
Alhamdulillah, rasa syukur yang luar biasa ketika mendapat kabar gembira akan datangnya hari yang telah lama kami nantikan.
Bismillah, dengan kembali meluruskan niat, kami mohon doa restu.
Pada hari Jum'at 06/08/2010 pukul 13.30 insya'alloh AKHID NUR SETIAWAN akan melangsungkan ujian pendadaran :)
Kenapa banyak orang kaget membaca SMS seperti itu? Hmm... Karena kalimat opening-nya provokatif, hehe... v^_^
Alhamdulillah, setelah sekian tahun akhirnya saya menemukan takdir "ujian pendadaran", takdir yang telah dinantikan banyak orang. Terima kasih atas doa teman-teman sekalian, semoga Alloh memberi balasan yang jauh lebih banyak.
"Meskipun agak lama, kami cukup puas dengan penelitian Anda. Selamat, Anda kami nyatakan LULUS!"
Allohu akbar! Mungkin ini hal kecil bagi sebagian besar orang, tapi bagi saya ini rasa syukur yang teramat dalam. Betapa bersyukurnya kita karena kita bisa bersyukur...
Sekali lagi alhamdulillahi robbil 'aalamiin... Semoga Alloh menambah nikmat ini, semoga segera menjelang takdir-takdir lain yang selalu saja menjadi misteri. Bismillah, serahkan saja pada Alloh... ^_^
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Dengar bisikku,
Kampus,
Kisah menyentuh,
Kontroversi,
Pengumuman
0
komentar
Mungkin Kurang Ikhlas
Dalam sebuah pengajian yang disampaikan oleh tim Arimatea (Advokasi Rehabilitasi Imunisasi Aqidah Terpadu Efektif & Aktual) di Masjid Mardliyah Kampus UGM pada tanggal 15 Maret 2009 ada sebuah kisah menarik ketika seorang pegiat dakwah, katakanlah ustadz aktivis anti pemurtadan, justru hampir murtad bahkan sampai dua bulan "mondok" di gereja. Kisah ini dituturkan sendiri oleh ustadz yang bersangkutan.
Sepulang dari Arab Saudi Ustadz Zulkifli Nur kerap chatting dengan temannya yang tinggal di Riyadh, ngobrol tentang dakwah, dsb. Pada suatu sore beliau chatting di warnet. Ketika beliau sudah sign out dan hendak pulang karena hampir maghrib, tanpa sadar beliau tiba-tiba log in lagi akun Yahoo Messenger-nya. Masuklah sebuah pesan YM dari orang yang belum pernah dikenalnya meminta diadd. Ditanggapinya pesan itu, singkat. Lalu muncul kalimat-kalimat tentang Yesus dan ayat-ayat bibel. Beliau tak kuasa membalas ataupun membantah, padahal semestinya beliau bisa dengan mudah membantahnya. Tak terasa, adzan maghrib lewat begitu saja dan pesan dari orang tak dikenal itu masih saja mengalir, tanpa balas dari sang ustadz, hanya dibaca dan terus dibaca. Tak hanya adzan maghrib, pesan itu terus mengalir sampai waktu maghrib habis berganti isya'. Lama sekali ustadz itu menatap monitor bagai terkena hipnotis.
Pulang ke rumah, tiba-tiba saja ustadz Zulkifli merasa sangat benci pada wajah istrinya. Kata-kata kasar keluar sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sang istri. Sejak saat itu beliau tak pernah sholat selama kurang lebih satu bulan, mau membaca al-qur'an pun yang nampak hanya tanda-tanda salib. Ketika mendengar adzan beliau merasa panas, majlis ta'lim, tarbiyah, khutbah Jum'at mulai ditinggalkan satu per satu. Beliau selalu saja ingin chatting dengan orang yang belum pernah dikenal yang membuatnya terpana dengan ayat-ayat bibel. Sempat sang ustadz bertemu dengan salah seorang sahabat dakwahnya hendak mengatakan "Ada apa dengan saya?" tapi tak ada daya sama sekali, seperti dikunci mati.
Sebulan setelah percakapan pertama, orang yang selama ini chatting dengan ustadz Zulkifli mengajak bertemu beliau di Batam. Sang ustadz menjual motornya untuk biaya tiket pesawat Makasar-Jakarta-Batam. Sesampai di Batam beliau disambut seorang wanita lalu diantar ke hotel. Wanita itulah yang ternyata selama ini chattingdengan beliau. Malam harinya beliau diajak ke sebuah gereja yang dihadiri oleh lebih dari seribu jemaat, 700 di antaranya orang muslim. Di lantai dua gereja beliau duduk dan mendengar bisikan doa "Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii 'alaa diinik, tsabbit qolbii 'alaa tho'atik". Di akhir acara, anggur dipaksakan pada beliau untuk diminum, lalu roti, lalu minyak zaitun diurapkan, itulah perjamuan kudus. Atas kehendak Alloh, pulang dari gereja beliau muntah darah di hotel.
Keesokan harinya hari Jumat pukul 10.00 ada jadwal pembaptisan di gereja dan ustadz Zulkifli termasuk dalam daftar pertama. Pada saat jam 11 siang ustadz Zulkifli tiba-tiba teriak "Saya mau sholat Jum'at!" sehingga seluruh jemaat kaget. Setelah sholat Jum'at Batam diguyur hujan. Selama dua bulan di gereja, ustadz Zulkifli tidak pernah berhasil dibaptis meski setiap hari ke gereja bahkan sampai khatam bibel.
Tiga hari sebelum ustadz Zulkifli meninggalkan Batam ada kejadian aneh. Sepulang dari gereja beliau pengen sekali sholat ketika melewati masjid rusun Jamsostek. Beliau sholat isya sangat lama. Tiga langkah keluar dari masjid beliau ditegur oleh seseorang "Hei kamu! Kamu tau tidak siapa diri kamu?" lalu dipukul pula pundak kiri beliau oleh orang tersebut. Beliau ditanyai tentang keadaannya selama ini dan diberitahu kalau beliau akan dimurtadkan. Beliau membalikkan badan lalu kembali mencari orang itu, ternyata sudah tidak ada.
Hari selanjutnya ustadz Zulkifli kembali ke gereja lalu melakukan hal yang sama dengan hari sebelumnya. Usai sholat di masjid dan berjalan tiga langkah beliau ditegur oleh seseorang dengan lembut. Orang tersebut menyuruh beliau pergi dari Batam untuk menemui saudara-saudara ustadz Zulkifli dan minta diruqyah. Orang itu memberikan uang dan kejadian malam sebelumnya terulang, orang itu tidak ada setelah ustadz membalikkan badan.
Keesokan hari ustadz Zulkifli pergi diam-diam ke bandara untuk terbang ke Jakarta menemui saudara-saudara beliau di Wahdah Al-Islamiyah LIPIA. Dalam Sriwijaya Air beliau mengikatkan sabuk pengaman lalu tertidur. Dalam tidurnya ustadz Zulkifli diputarkan kembali kejadian semenjak dari Makasar hingga kejadian terakhir di Batam. Ustadz Zulkifli menangis dan untuk pertama kalinya setelah tiga bulan baru saat itu beliau mengucap istighfar. Orang di sampingya menanyakan keadaan beliau, kenapa dari tadi beliau mengangis. Beliau lalu pergi ke toilet. Di antrian toilet beliau bertemu dengan seorang dengan pakaian pilot memberi ucapan selamat, "Selamat, anda telah menyelamatkan akidah anda..."
"Bapak tadi ngomong, salaman dengan siapa?" tanya seorang pramugari.
"Bapak ngomong sendiri, saya takut..." lanjut pramugari itu lagi
Tiap kali ustadz Zulkifli tertidur, kejadian demi kejadian diputar dalam benaknya.
Sampailah ustadz Zulkifli di Jakarta untuk menemui saudara-saudara beliau. Tentu saja semua kaget dengan kedatangan beliau, "Antum dari mana? Semua orang, keluarga antum mencari antum kemana-mana."
"Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan saya, saya pengen diruqyah"
Ustadz Zulkifli menceritakan semua yang dialaminya pada kepala asrama di LIPIA. Beliau menanyakan siapa tiga orang misterius yang ditemuinya dan ada apa dengan doa yang selalu terdengar ketika beliau masuk gereja.
"Pernahkah antum mengamalkan doa-doa itu?"
"Ya, sekitar kelas enam SD saya diajari bapak saya doa-doa itu dan senakal-nakalnya saya, saya terus mengamalkannya sampai menjelang kejadian di Makasar"
Setelah itu ustadz Zulkifli diruqyah santri-santri LIPIA.
Ketika proses ruqyah, jin dalam tubuh ustadz Zulkifli berbicara menggunakan bahasa Inggris, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab Ammiyah. Santri-santri dari Filipina menerjemahkan perkataan jin itu. Jin itu bernama Judas, dia mengaku semenjak dia hidup sudah ada 350 orang murtad atas usahanya lewat internet sebagaimana modus terhadap ustadz Zulkifli. Jin itu mengatakan bahwa ada 1500 jin pasukan dalam tubuh ustadz Zulkifli. Peruqyah menjelaskan kepada jin itu tentang Islam. Jin itu mengatakan kalau dia lebih paham Islam tentang mereka. Bahkan, ketika ada seorang salah membaca ayat ketika meruqyah, jin itu mengoreksinya.
Setelah pembicaraan dan penjelasan yang panjang akhirnya jin Judas mau masuk Islam dan mengajak pasukannya masuk Islam. Semua pasukannya menolak masuk Islam. Judas mengancam akan membunuh pasukannya jika tidak mau masuk Islam, hingga 1500 jin itu masuk Islam. Perlahan-lahan 1500 jin pun keluar dari tubuh ustadz Zulkifli atas ancaman Judas, Judas keluar terakhir. Sebelum keluar dari tubuh ustadz Zulkifli jin Judas berpesan "Saya tidak akan masuk lagi dalam tubuh ini, saya akan membantu memperjuangkan agama Alloh dengan cara saya. Namun pesan saya, wahai para aktivis dakwah, ikhlaslah dalam beribadah kepada Alloh. Tahu kenapa saya masuk dalam tubuh orang ini? Karena dia beribadah tidak ikhlas kepada Alloh."
Ustadz Zulkifli mengetahui semua detail saat beliau diruqyah dari video dan rekaman santri-santri LIPIA. Beliau pun sadar bahwa dulu pernah tidak ikhlas dalam beribadah dan berdakwah. Ketidakikhlasan itu memudahkan jin merasuk dan hampir memurtadkan beliau.
Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk kita, agar kita selalu ikhlas beribadah kepada Alloh. Segala aktivitas dakwah kita semoga selalu lurus karena Alloh. Tak dapat dibantah bahwa godaan jin dan syetan terhadap para ustadz para aktivis dakwah jauh lebih berat dibanding godaan pada orang-orang umum, makanya selalulah meminta perlindungan pada Alloh, dengan menjaga amalan wajib dan menambahnya dengan amalan-amalan sunnah. Bentengi diri dengan Al-Qur'an, dengan sholat malam, dengan dzikir pagi petang.
Semoga kita terhindar dari amal-amal yang diniatkan kepada selain Alloh...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
'Aqidah,
Blog Pribadi,
Emm... Gitu ya?,
Kisah menyentuh,
Renungan
0
komentar
Kuatkanlah Ikatanmu...
Kuatkanlah ikatanmu dengan Alloh biar kamu tenang...
Bila berat untuk istiqomah, pelan-pelan saja...
("Pelan-Pelan Saja" by KOTAK edited by Akhid)
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Kreatif,
Nasihat,
Senandung (Nasyid)
0
komentar
Sempatkan Berolahraga
Sempatkanlah waktu berolah raga untuk memenuhi hak badan kita berupa kebugaran jasmani. Badan ini amanah dari Alloh...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Kalimat bijak,
Kesehatan,
Nasihat,
SMS Sahabat
0
komentar
Apapun yang terjadi, Alloh slalu ada untukmu...
Ketika mimpimu yang begitu indah
Tak pernah terwujud, bersabarlah...
Saat kau berlari mengejar anganmu
Dan tak pernah sampai, bersabarlah...
Chorus:
Apapun yang terjadi
Alloh slalu ada untukmu
Janganlah kau bersedih
Semua itu Alloh yang atur
Saat kau berharap keramahan cinta
Tak pernah kau dapat, bersabarlah...
Dengar kuberdzikir, subhanalloh, alhamdulillah, wa laa ilaaha illalloh
Allohu akbar, semua ini belum berakhir...
edited by Akhid from "Ya Sudahlah" by Bondan Prakoso feat Fade2 Black
Teruntuk sahabat-sahabatku nan sedang dirundung duka, karena masalah apapun, gelisah, sedih, khawatir, gagal dapat kerjaan, gagal pendadaran, tidak lolos yudisium, gagal wisuda, gagal ta'aruf, deg-degan takut sang pujaan hati keduluan diambil orang, patah hati, dsb. Tetaplah optimis, harapan itu masih ada, slalu ada, minta saja pada Alloh, Alloh tak pernah mengecewakan hamba-Nya yang berdo'a... Semangat! Semangat! \(^_^)/
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
'Aqidah,
Blog Pribadi,
Cinta,
Dengar bisikku,
Kalimat bijak,
Kreatif,
Renungan,
Senandung (Nasyid),
Solidaritas
0
komentar
Tarbiyah Khusus dari Alloh
Semua lika-liku kehidupan kita adalah tarbiyah khusus dari Alloh. Tarbiyah yang tidak akan sama dengan tarbiyah orang lain. Boleh jadi karena hanya kita yang dinilai Alloh akan mampu mengemban beban yang lebih berat. Boleh jadi Alloh sedang merencanakan kebaikan yang jauh lebih berharga dari sekedar kebahagiaan berupa mudahnya hidup sebagaimana yang kita bayangkan. Boleh jadi akan ada amanah yang lebih berat dari Alloh yang hanya akan mampu kita pikul setelah kita melalui tarbiyah khusus ini.
Bersiaplah akhi, kokohkan pijakan kakimu, kuatkan imanmu, bersabarlah, gantungkan segala urusan hanya pada Alloh...
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Alloh akan menghapus sebagian dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
”Senantiasa cobaan menimpa laki-laki dan perempuan yang beriman pada tubuhnya, harta, dan anaknya, sehingga ia berjumpa dengan Alloh Subhanahu wata’ala dalam keadaan tidak memiliki dosa.” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi)
“Sesungguhnya ada orang yang mendapat kedudukan di sisi Alloh, akan tetapi tidak ada satu amalan pun darinya yang bisa mengantarkannya mencapai kedudukan itu, oleh karena itu Alloh Ta’ala mengujinya dengan sesuatu yang tidak ia sukai. Sehingga dengan hal itu, ia mendapatkan kedudukan tersebut“. (HR. Ibnu Hibban)
“Orang yang mendapat cobaan paling berat adalah para nabi, kemudian para ulama, kemudian orang-orang shalih .” (HR. al-Hakim)
Berbahagialah akhi, kabar gembira telah datang padamu. Adakah janji-Nya yang diingkari? Subhanalloh, maha suci Alloh dari mendzolimi makhluk-Nya...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
'Aqidah,
Blog Pribadi,
Dengar bisikku,
Emm... Gitu ya?,
Kalimat bijak,
Motivasi,
Mutiara Hadits,
Nasihat,
Psikologi,
Renungan,
Serius
0
komentar
Angan
by Tipe-X
Lepas semua angan tinggi melayang
Coba menghindar dari kenyataan
Mikirin hidup yang nggak karuan
Malah bikin bingung nggak pernah ada jawaban
Semua menjauhi
Lelah hati terus begini
Jenuh mencoba putus asa
Merasa diri seolah tak punya arti
Tapi teringat nasehat nenek
Orang hidup harus punya tujuan
Nggak perlu malu hadapi kenyataan
Jangan hidup ini cuma jadi beban
Ternyata nasehat nenek benar
Nggak boleh malas
Ternyata semua harus dikejar
Dan matahari pun bersinar
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Dengar bisikku,
Renungan,
Senandung (Nasyid)
0
komentar
Saksikan Tekadku
Dalam gelisah kuberserah dan berpasrah
Mengurai kusut jalan yang tiada terarah
Bulatkan hati bangkit dari masa lalu
Tinggalkan kenangan tuk ukir sejarah baru
Kembali ke jalan Tuhanku
Kembali menuju fitrohku
Reff:
Saksikanlah tekadku
Kuyakin untuk berubah
Inilah pilihanku
Tinggalkan gelap menuju cahaya-Nya
Agar lapang dadaku agar terang jiwaku
Agar kelak kudapatkan ridho-Nya
Rap:
Kubulatkan tekad dan niat agar melesat
Seperti kerasnya angin yang menabrak karang
Kini kuyakini tak selamanya kehidupanku monoton
Berlari beranjak bangunkan semangat kembali
Bangunkan hati jiwa ini pikiran ini
Berlari menuju jalan kedamaian jalan kesucian jalan abadi jalan ilahi
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Kreatif,
Renungan,
Senandung (Nasyid)
0
komentar
Alhamdulillah
by Opick feat Amanda
Bersujud kepada Allah
Bersyukur sepanjang waktu
Setiap nafasmu, seluruh hidupmu
Semoga diberkahi Allah
Bersabar taat pada Allah
Menjaga keikhlasannya
Semoga dirimu, semoga langkahmu
Diiringi oleh rahmatNya
Setiap nafasmu, seluruh hidupmu
Semoga diberkahi Allah
Alhamdulillah wasyukurilah
Besyukur padamu ya Allah
Kau jadikan kami saudara
Indah dalam kebersamaan
Bersujud kepada Allah
Bersyukur sepanjang waktu
Setiap nafasmu, seluruh hidupmu
Semoga diberkahi Allah
Semoga dirimu semoga langkahmu
Diriringi oleh rahmatnya
Alhamdulillah wasyukurilah
Besyukur padamu ya Allah
Kau jadikan kami saudara
Indah dalam kebersamaan
Alhamdulillah wasyukurilah
Besyukur padamu ya Allah
Kau jadikan kami saudara
Hilanglah semua perbedaan
Alhamdulillah wasyukurilah
Bersyukur padamu ya Allah
Bersujud kepada Allah
Bersyukur sepanjang waktu
Jadilah Murid Kesayangan
Ketika seorang guru tahu bahwa muridnya cerdas, guru akan memberi murid itu tugas dan pertanyaan ataupun masalah untuk menguji sejauh mana sang murid telah belajar. Jadilah murid kesayangan yang senantiasa menyelesaikan tugas dengan antusias dan penuh semangat!
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Emm... Gitu ya?,
Kalimat bijak,
Nasihat,
Pendidikan,
Psikologi,
SMS Sahabat
0
komentar
Komitmen Da'i
Apapun takdir yang sedang kita jalani, baik maupun buruk, keduanya tak boleh mempengaruhi komitmen kita sebagai seorang da'i.
(Wasiat Abu Kholid bin Jamal Assulaimani)
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Blog Pribadi,
Dakwah,
Kalimat bijak,
Motivasi,
Nasihat,
SMS Sahabat
0
komentar
Berdo'alah!
Berdo'alah! Semustahil apapun menurut logika kita, sesungguhnya tak ada yang sulit bagi Alloh. Berdo'alah! Jangan sombong!
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
'Aqidah,
Blog Pribadi,
Kalimat bijak,
Motivasi,
Nasihat,
Psikologi,
SMS Sahabat
0
komentar
Akhwat Naik Ojek
Jadi pengen nulis kisah ini setelah tadi siang menceritakannya pada teman saya ketika chatting. Ini adalah kisah yang diceritakan oleh teman saya yang dulu satu SMA dengan saya dan sekarang sudah lulus kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di Bandung. Konon ini kejadian nyata di kampusnya.
Sekitar pukul sebelas malam seorang ukhti aktivis dakwah hendak pulang dari kampus setelah sekian waktunya dihabiskan untuk mengurusi masalah umat. Apa patut seorang wanita pulang semalam itu? Entahlah, demi dakwah katanya...
Sang ukhti kebingungan menempuh jalan pulang. Ia tidak naik kendaraan pribadi, tentunya juga sudah tidak ada kendaraan umum pada malam yang selarut itu. Tanpa rasa enggan akhirnya ojek menjadi pilihan, daripada nginep di kampus??
Pelan-pelan abang tukang ojek mengendarai motornya dengan sang ukhti duduk menyamping di jok belakang. Nampak tak ada pembicaraan di antara dua insan non mahrom yang berboncengan motor itu. Koq bisa ya, boncengan sama yang bukan mahromnya? Darurat! katanya.
Sesampai di rumah tempat tinggalnya ukhti itu mengucapkan terima kasih pada abang tukang ojek sembari menyodorkan ongkos ojek. Apa yang terjadi? Abang tukang ojek menolak uang pemberian sang ukhti. Ukhti itu heran, dipaksalah abang tukang ojek menerima ongkos itu.
Abang tukang ojek tetap menolak uang ongkos ojek dari sang ukhti. Abang tukang ojek membuka kaca helmnya. Sang ukhti deg-degan disertai perasaan sedikit takut. Jangan-jangan kenapa-kenapa, jangan-jangan abang ini jahat, jangan-jangan aku mau diapa-apain...
Jreng! Jreng! Jrengnggg!!!! Abang tukang ojek itu ternyata berjenggot. Abang tukang ojek itu berkata, "Afwan ukhti, lain kali kalo pulang jangan malem-malem..."
Gubraakakakkk!!!!!! Ternyata abang tukang ojek itu seorang ikhwan aktivis dakwah di kampus sang ukhti.
Tuh, makanya jadi akhwat tu usahakan bisa mengendarai mobil, motor, minimal sepeda lah... Dan yang lebih penting, jangan suka pulang malem. Sebenarnya maghrib itu sudah terlalu malam bagi seorang wanita aktivis dakwah untuk tetap berada di luar rumah. Banyak fitnah di luar sana ketika malam hari hingga dalam surat Al-Falaq Alloh memerintahkan kita berlindung pada-Nya dari waktu malam apabila gelap.
Wallohu almusta'an...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Akhlak,
Blog Pribadi,
Budaya,
Dakwah,
Emm... Gitu ya?,
Kisah menyentuh,
Kontroversi,
Nasihat,
Senyumlah...
0
komentar
Bersemangatlah Melakukan Amal Baik
Bersemangatlah melakukan amal baik meskipun nampak kecil dan ringan karena hal itu bisa membuka jalan bagi amal-amal baik yang lain. Sebaliknya, jangan coba-coba mencicipi suatu amal buruk karena hal itu bisa membuka jalan bagi amal-amal buruk yang lain.
(Wasiat Abu Kholid bin Jamal Assulaimani)
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Dengar bisikku,
Emm... Gitu ya?,
Kalimat bijak,
Motivasi,
Nasihat,
Renungan,
SMS Sahabat
0
komentar
Aku Masih di Sini untuk Setia
"Saya teringat pada waktu tahun 90-an. Saat itu banyak aktivis dakwah yang meninggalkan Jogja karena ada tawaran kerja di perusahaan-perusahaan besar di luar Jawa akan tetapi sebagian tetap bertahan di Jogja. Ya, sebagian memilih melanjutkan pengembangan dakwah di Jogja, memilih bersabar bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan sore hari, mereka tidak berpaling pada dunia," itu kata ustadz kami seusai membahas salah satu ayat dalam surat Al-Kahfi dalam kajian jelang buka puasa Romadhon 1430 H.
Selengkapnya ayat yang dimaksud adalah "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)
Ada rasa haru tersendiri jika kita mendengar kabar bahwa sahabat dakwah kita yang sudah begitu akrab hendak pulang kampung ataupun hijrah ke kota lain nan jauh dari kita. Di satu sisi ada harap akan kebaikan yang lebih baik dari ketika dia bersama-sama dengan kita namun di sisi lain ada khawatir bahwa semua akan berubah tidak seperti yang diharapkan semula. Antara bahagia dan sedih: kita bahagia karena sahabat kita memperoleh sebuah kebaikan dari Alloh dan kita sedih karena sahabat dakwah tak akan lagi di sisi.
"Teman-teman saya tu sudah pada ke luar negeri, kuliah di mana, kerja di mana, saya koq dari dulu masih di sini aja ngurusin DPC, hahaha!" kelakar seorang sahabat saya pada suatu ketika. Beliau memang telah beberapa tahun 'menunda' kelulusan kuliahnya sehingga sampai berkata seperti itu. Hanya tawa yang bisa kami luapkan bersama karena tak cukup syar'i menjadikan dakwah sebagai kambing hitam. Kami buang jauh-jauh kalimat "Kalau saja tidak perlu berdakwah dan terlibat amanah-amanah ini mungkin sekarang kita sudah sukses melanglang buana."
Hidup memang penuh dengan pilihan, bukan berarti mereka yang pergi itu berpaling pada dunia dan meninggalkan dakwah. Mereka pergi untuk kembali dengan dakwah yang lebih powerful. Bukan berarti juga yang bertahan di kampung halaman lantas akan terus-menerus berada di jalan dakwah. Inilah pentingnya mengokohkan niat, niat sungguh menentukan makna kehadiran kita di suatu tempat.
Abu Zubaidin Al-Yaami rohimahulloh mengatakan, "Niatkanlah untuk kebaikan, semua perkara yang engkau lakukan sampai-sampai pergimu ke tempat sampah." Dikutip dari Jami'ul 'Ulum wal Hikam, 70/I (SMS dari seorang kawan)
Berhati-hatilah dengan niat hijrah kita, resapi betul hadits Arba'in An-Nawawi urutan pertama. Niat bisa membatasi antara dunia dengan akhirat. Jika kita mengharap akhirat, kita akan mendapatkan akhirat bahkan insya'alloh kita juga akan mendapatkan dunia yang tak pernah kita harapkan. Jika kita mengaharap dunia, alih-alih akhirat, dunia pun mungkin bisa jadi justru tak akan didapat.
Jangan pernah hijrah hanya karena dunia yang kita inginkan, apalagi berpaling dari dakwah karena dunia yang hina. Tidak elok sama sekali jika kita hijrah lalu kehilangan keringat peluh lelahnya berdakwah. Tentunya kita tak mau kehilangan nikmat itu, nikmat iman, nikmat hidayah, nikmat dakwah, berlelah-lelah dalam dakwah itu indah! Sekali lagi, niatkanlah untuk Alloh. Boleh jadi substansinya sama namun nilainya berbeda, yang membedakannya adalah niat.
Teruntuk sahabat-sahabat dakwahku, semoga Alloh senantiasa membersamai kita, meridhoi dan memberikan barokah pada kita semua di manapun kita berada. Saya memilih di sini, tetap di sini, tetap di kampung halaman saya, bukan berarti menafikan nasihat para ulama mengenai pentingnya hijrah dan menjelajah dunia. Kampung halaman saya masih negeri merdeka, masih banyak yang bisa dan perlu dilakukan di sini. Semoga juga bernilai kebaikan. Mungkin keberadaan saya di sini jauh lebih baik dari keberadaan saya di luar sana. Bukankan masyarakat sekitar kita jauh lebih berhak menikmati dakwah kita? Yah, kalaupun hijrah, jangan lupa kisah Fathu Makkah. Seusai hijrah, pulanglah dan jadikan kampung halaman kita futuh.
Dakwah itu...
Dakwah itu panjang jalannya
Dakwah itu sedikit pengusungnya
Dakwah itu banyak rintangannya
Tapi surga balasannya
Dakwah itu infakkan harta
Dakwah itu infakkan jiwa
Dakwah itu infakkan segalanya
Demi tegak kalimat-Nya
Bersabarlah bersabarlah
Bersabar dan bersabar
Bersabarlah bersabarlah
Di dalam berdakwah
Dakwah itu sucikan jiwa
Dakwah itu bacakan ayat-ayat-Nya
Dakwah itu ajarkan Al-kitab
Kembalikan fitrah manusia
Dakwah itu dengan bijaksana
Dakwah itu dengan nasihat yang baik
Dakwah itu berdebat dengan santun
Menyentuh hati manusia
Bersabarlah bersabarlah
Bersabar dan bersabar
Bersabarlah bersabarlah
Di dalam berdakwah
Menyeru manusia kepada Alloh
Murnikan tauhid murnikan tauhid
Hanya menyembah Alloh tiada yang lain
Juga meninggalkan thoghut
Amar ma’ruf nahi munkar
Dengan tangan dengan lisan dan dengan hati
Berdakwah terang-terangan
Berdakwah sembunyi-sembunyi
Berdakwah siang dan malam
Berdakwah tiada henti
Bersabarlah bersabarlah
Bersabar dan bersabar
Bersabarlah bersabarlah
Di dalam berdakwah
Dakwah itu luruskan aqidah
Dakwah itu menebarkan sunnah
Dakwah itu memberantas bid’ah
Juga tegakkan khilafah
Bersabarlah bersabarlah
Bersabar dan bersabar
Bersabarlah bersabarlah
Di dalam berdakwah
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
'Aqidah,
Akhlak,
Dakwah,
Kalimat bijak,
Motivasi,
Nasihat,
Renungan,
Sajak,
Senandung (Nasyid)
0
komentar
Objektivikasi Nilai-Nilai Islam
Sesungguhnya ajaran Islam diturunkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Mulianya ajaran Islam akan bisa dirasakan tidak hanya bagi umat Islam tapi juga umat agama lain. Islam tidak memaksa semua manusia masuk agama Islam, bahkan Islam memberi kebebasan bagi manusia untuk memilih.
Pada masa akan dimulainya kebangkitan islam kini perlu sebuah langkah dari para pengambil kebijakan maupun para dai untuk melakukan objektivikasi nilai-nilai Islam. Apa yang dimaksud objektivikasi? Objektivikasi di sini bermakna membangunan opini publik bahwa Islam adalah solusi bagi semua masalah. Ajaran Islam akan menjadi rahmat bagi semua.
Jika kita mengingat kacaunya perbankan di Indonesia pada sekitar tahun 1997 tentu kita bisa sedikit mengambil kesimpulan bahwa perbankan syariah ternyata lebih stabil dari perbankan konvensional. Hingga kini perbankan syariah justru menjamur, hampir semua bank konvensional mempunyai cabang syariah. Artinya masyarakat sekarang semakin percaya pada perbankan islami/ syariah. Tak hanya itu, tak hanya bagi umat Islam, Inggris pun ingin menjadi pengembang keuangan syariah terbesar.
Kita perlu mewacanakan solusi-solusi islami di bidang lain. Bukankah Islam itu syamil mutakamil? Sempurna dan menyeluruh. Subhanalloh, saya cukup berbangga ketika dinas pelayanan umum DKI Jakarta memberlakukan pemisahan penumpang pada bus Trans Jakarta atau Busway. Alasan kebijakan itu adalah menghindari tindak pelecehan seksual yang kerap terjadi pada penumpang wanita. Subhanalloh, bukankan itu nilai islam yang sangat mulia?
Untuk menerapkan syariat Islam ternyata tidak selalu perlu teriak lantang "Tegakkan syariat Islam!". Kenyataan di lapangan mengatakan bahwa masyarakat memerlukan solusi dari Islam. Awal adanya baabul-mar'ah atau pintu wanita di masjidil harom juga dilatarbelakangi kebutuhan penjagaan yang lebih pada kaum wanita. Ya, memang islam lah aturan paling sempurna bagi kehidupan manusia di muka bumi. Sekali lagi, Islam memang benar-benar solusi. Manusia sangat perlu kepada Islam, itu adalah fitroh tak terbantahkan.
Kejernihan hati, kebijaksanaan dan keterampilan membahasakan ke dalam bahasa publik begitu penting bagi dai dalam rangka objektivikasi nilai-nilai Islam ini. Boleh jadi penegakan syariat tidak perlu menunggu berdirinya daulah islamiyah, penegakan syariat bisa kita upayakan sekarang juga. "Jika saat ini syariat Islam ditegakkan di negara kita sepertinya umat Islam sendiri yang akan menentangnya," siasat dakwah para dai yang nantinya akan melunturkan pernyataan itu. Sekali lagi dengan proses objektivikasi nilai-nilai Islam, menjadikan Islam sebagai solusi, tak hanya teoritis tapi dengan bukti empiris bahwa Islam memang benar-benar solusi. Bismillah, mari...
Allohu a'lam...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Akhlak,
Budaya,
Dakwah,
Kepemerintahan,
PKS,
Renungan
0
komentar
Sabar Karena Tekad
"... Aku bersabar karena tekad, bukan kerelaan. Dan kubangun dakwahku, generasi demi generasi."
(Abbas Assiisi, Bagaimana Menyentuh Hati)
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
'Aqidah,
Akhlak,
Cinta,
Dakwah,
Kalimat bijak,
Motivasi,
Psikologi
0
komentar
Da'i Sang Raja Hutan
Da'i dan masyarakat itu semestinya bagaikan Singa dan hutan. Singa sebagai raja hutan berkewajiban melindungi seluruh isi hutan. Sebaliknya, ketika singa diganggu para pemburu sehingga terancam kehidupannya, hutan yang melindungi singa, menyembunyikan dan mengamankannya.
Tidak selayaknya da'i melakukan konfrontasi-konfrontasi dengan masyarakat yang akan menyebabkan dakwah tidak lagi santun, tidak lagi memunculkan rasa aman dan nyaman. Kebenaran harus disampaikan namun ada kaidah-kaidah sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang jauh lebih besar. Surat An-Nahl: 125, "Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
Nahi munkar boleh dilakukan ketika kemunkaran bisa berganti dengan kebaikan atau berganti dengan kemunkaran yang lebih ringan. Nahi munkar sama sekali tidak diperkenankan jika justru akan menjadikan kemunkaran berganti kemunkaran lain yang sama saja kadarnya apalagi berganti kemunkaran yang lebih besar. Selama masih ada sentimen kebencian terhadap kemunkaran tersebut, insya'alloh hati kita masih diliputi iman, meski selemah-lemah iman.
Bukan apologi! Tengoklah kisah nabi Nuh yang benar-benar telah menempuh semua jalan untuk menyeru kaumnya hingga digelari Ulul 'Azmi. Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, mereka para rosul dengan kesabaran dan tekad yang luar biasa untuk menyampaikan kebenaran pada umatnya. Tempuhlah berjuta cara, mintakan ampun pada Alloh, sabar, sabar, dan sabar...
Sekalipun Rosululloh dibenci oleh orang-orang kafir, tak ada dari mereka yang berani menafikan bahwa Muhammad bin Abdulloh sang pembawa risalah itu orang yang paling dipercaya, paling baik akhlaknya, paling santun kata-katanya. Rosululloh dibenci bukan karena pribadinya tapi karena ajaran yang dibawanya. Artinya, memang sunnatulloh bahwa orang kafir itu benci pada Islam tapi jangan sampai mad'u kita benci menjauh enggan menerima kebenaran hanya karena faktor pribadi kita sebagai da'i. Pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia...
Kemenangan Dakwah
Murobbi saya berpesan, "Kemenangan dakwah adalah kemenangan bersama antara da'i dan mad'u, tidak ada yang perlu merasa kalah."
Memang Alloh akan memenangkan agama ini walau orang-orang musyrik membencinya, akan tetapi kebencian itu terbalut oleh ketundukan, pengakuan bahwa memang Islam lah yang mampu menghadirkan kedamaian dan ketenangan bagi seluruh alam. Bahkan, sesungguhnya tak ada paksaan untuk masuk memeluk agama Islam.
Kemenangan Islam bukan berarti semua orang masuk Islam tapi Islam berjaya, kembali tinggi menaungi seluruh kehidupan. Ada sebuah hipotesis menarik, jika di sebuah negeri - umat Islam menjadi minoritas - biasanya banyak terjadi kekacauan terkait SARA akan tetapi jika di sebuah negeri - umat Islam menjadi mayoritas - biasanya negeri tersebut tenang dan damai. Kenapa? Karena hanya Islam yang mampu mewujudkan kedamaian di atas bumi, menebarkan rohmat bagi semesta alam. Konon, Jerussalem justru menjadi "Kerajaan Surga" ketika Islam yang menguasainya pada masa Sholahuddin Al-Ayyubi. Allohu a'lam...
Kesepakatan
Jika berdakwah di masyarakat, mulailah dari hal-hal yang menjadi kesepakatan bersama. Jangan dulu membahas hal-hal furu' (cabang) sehingga rentan pertentangan yang akan menyebabkan masyarakat resisten terhadap dakwah. Mulailah dari kebaikan yang menjadi kebutuhan masyarakat pada umumnya.
Katakanlah, “Hai Ahlul Kitab, marilah kita berpegang pada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan di antara kami dan kalian, yakni bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah dan kita tidak mempersekutukan Dia dengan apa pun; tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” (QS Ali Imran: 64).
Ketika masyarakat telah nyaman dengan kita selaku da'i, niscaya mereka akan menjadikan kita pengambil keputusan. Orang Yahudi pun pernah ada yang meminta keadilan dari Rosululloh kan?
“Maka demi Tuhanmu, tidaklah mereka beriman sehingga mereka menjadikanmu sebagai hakim pemutus perkara dalam apa yang mereka perselisihkan di antara mereka, kemudian meraka tidak mendapati di dalam diri mereka keraguan pada apa yang engkau putuskan dan mereka tunduk kepadanya dengan setunduk-tunduknya.” (An-Nisa': 65).
Jadilah da'i yang mempunyai kebaikan tidak hanya untuk umat Islam, jadilah da'i yang benar-benar mengayomi seluruh isi hutan...
Inspired by Ustadz Huda Tri Yudiana (Anggota DPRD Kabupaten Sleman Fraksi PKS)
Wasiat Presiden Soeharto
Pada masa kampanye PEMILU 2009 PKS pernah menampilkan sosok mantan presiden Soeharto sebagai guru bangsa. Hal itu menjadi kontroversi dan perbincangan “Apakah pak Harto layak disebut sebagai guru bangsa?” Ah, tulisan ini tidak akan membahas panjang tentang itu. Saya hanya ingin sedikit membahas tiga wasiat pak Harto kepada putra-putrinya.
Presiden Republik Indonesia yang menjabat lebih dari 32 tahun itu meninggal pada usia 87 tahun. Hari Ahad 27 Januari 2008 Indonesia berduka. Ketika itu ada sebuah pesan presiden Soeharto kepada putra-putrinya yang disampaikan reporter televisi kepada para pemirsa. Ada tiga hal yang sering dipesankan pak Harto: “Ojo dumeh! Ojo kagetan! Ojo gumunan!”
Pertama, “Ojo dumeh!” artinya jangan mentang-mentang. Jangan mentang-mentang kaya, jangan mentang-mentang pintar, jangan mentang-mentang gagah, jangan mentang-mentang kuat terus menindas yang lain. Nasihat ibu teman saya, “Manusia itu diciptakan ada yang kuat ada yang lemah, ada yang pintar ada yang kurang pintar, biar yang kuat membantu yang lemah, yang pintar mengajari yang kurang pintar, bukan untuk mendzolimi.”
Kedua, “Ojo kagetan!” artinya jangan mudah kaget/ terkejut. Orang yang mudah terkejut biasanya mudah panik sehingga pikiran tidak lagi jernih untuk mengambil keputusan. Terkejut juga menghilangkan konsentrasi sehingga kita bisa kehilangan fokus. Konon orang yang punya penyakit jantung juga bisa mati mendadak jika terkejut.
Ketiga, “Ojo gumunan!” artinya jangan mudah kagum/ terpana. Orang yang mudah kagum biasanya gampang dimanfaatkan oleh salesman. Waktu kecil kalau diajak ke pasar mau beli perlengkapan sekolah, saya sering dipesan sama bapak agar jangan bilang suka dengan barangnya di depan penjual karena nanti jadi susah ditawar. Maksudnya, orang yang gumunan (mudah kagum) biasanya jadi tidak objektif lagi, semua jadi serba bagus, apapun keadaannya.
Setiap manusia pasti punya hal yang dikenang ketika meninggal. Semoga tiga wasiat mantan presiden Soeharto ini bisa menjadi jariyah beliau berupa ilmu yang bermanfaat bagi kita.
“Ojo dumeh! Ojo kagetan! Ojo gumunan!”
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Akhlak,
Biografi tokoh,
Budaya,
Emm... Gitu ya?,
Kalimat bijak,
Kepemerintahan,
Nasihat
0
komentar
Nonaktif dari FACEBOOK
Bismillah... Mulai malam ini Sabtu 1 Mei 2010 insya'alloh saya akan memantapkan bahwa satu-satunya sarana saya berkreasi dalam bentuk tulis menulis di dunia maya hanyalah melalui blog ini: pejuangperadaban.blogspot.com. Adapun FACEBOOK dan sebagainya akan saya nonaktifkan. Email resmi saya akhid_ns@yahoo.com tetap bisa dihubungi. Semoga silaturahim tetap terjalin. Maaf atas segala khilaf selama ini ketika kita berinteraksi di dunia maya...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Budaya,
Dengar bisikku,
Emm... Gitu ya?,
Kalimat bijak,
Kenapa?,
Kontroversi,
Nasihat,
Pengumuman,
Perjalananku,
Psikologi,
Renungan,
Serius
0
komentar
Jika Aku Dikaruniai Suatu Ilmu
"Jika aku dikaruniai suatu ilmu oleh Alloh, aku tak ingin dengan ilmu itu orang lain jadi enggan menasihatiku karena itu berarti kehancuran bagiku..."
(Abu Kholid bin Jamal As-Sulaimani)
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Akhlak,
Emm... Gitu ya?,
Kalimat bijak,
SMS Sahabat
0
komentar
Masihkah Mencari Rukhshoh?
Aku memilih duduk di pojok kiri depan usai menunaikan dua roka'at sunnah. Ada yang aneh! Kenapa semua jama'ah memilih menunggu iqomat di belakang? Hanya seorang muadzin di barisan terdepan. Kusimpan rasa penasaranku.
Takbir kedua - iqomat membuatku beranjak berdiri satu bahu sebelah kiri di belakang posisi imam. Aku tidak biasa berdiri tepat di belakang imam jika berjama'ah dalam perjalanan. Kagetlah aku, jama'ah yang tadi duduk di belakang tidak semua berdiri, banyak dari mereka menuju shoff pertama sambil duduk. Subhanalloh, ternyata mereka adalah karyawan sebuah yayasan non muslim di dekat masjid itu. Yayasan itu memang menampung, membina dan mempekerjakan orang-orang (maaf) cacat. Rata-rata kaki mereka kurang normal, kurang lengkap, bahkan tiada sama sekali.
Ya Alloh, tiga orang di samping kiriku sholat sambil duduk, di ujung shoff sebelah kanan juga. Anggota jama'ah saat itu sebagian besar merupakan orang cacat. Yang lebih mengagetkan adalah sang imam. Awalnya aku heran kenapa beliau menuju tempat imam dengan "engklek" (berjalan dengan melipat salah satu kaki), ternyata kaki beliau memang hanya satu. Subhanalloh, beliau pun menjadi imam menggunakan gerakan sholat normal, dengan bertumpu pada satu kaki!
Aku merasa "makjlebb", teringat diri yang suka menunda ke masjid menunggu iqomat, teringat malasnya adzan di masjid sendiri karena tak pernah, jarang sekali ada jama'ah merasa terpanggil. Ketika SMA aku sering mengalami cidera kaki. Mungkin lebih dari tiga kali sendi mata kaki kananku dislokasi. Hikmah yang kuambil waktu itu selalu "Mungkin karena aku enggan melangkah ke masjid."
Tak malukah kita pada mereka? Dengan segala keterbatasan mereka masih menyempatkan diri hadir sholat jama'ah bahkan sebelum iqomat berkumandang. Nampaknya mereka jauh lebih pandai mensyukuri nikmat fisik yang terbatas dibanding kita yang dikaruniai nikmat fisik yang begitu lengkap.
Seorang teman pernah menceritakan kisah pemuda bernama Ibrahim. Ibrahim dikaruniai tubuh yang kurang sempurna oleh Alloh. Hebatnya, ia sangat taat. Suatu saat Ibrahim menangis dalam pembaringan. Ia menangis ketika ditemui beberapa masyayikh dan ditanyai perihal keadaannya. "Wahai Ibrahim, apa sekiranya yang akan kau lakukan jika Alloh memberimu jasmani yang sempurna?" kira-kira pertanyaannya seperti itu.
Sesenggukan Ibrahim, hampir tak kuasa menjawab, lalu ia berkata, "Saya akan lebih banyak lagi beribadah pada Alloh dibanding sekarang."
Kita, dengan segala kesempurnaan penciptaan-Nya, lebih giat atau justru lebih lalai dibanding mereka? Sungguh mahal nikmat yang diberikan-Nya pada kita. Kita diberi cuma-cuma, hanya perlu bersyukur, tapi sepertinya... Ah, yang menulis ini juga masih kurang bersyukur. Semoga Alloh tidak murka, saya berlindung pada Alloh dari keburukan pribadi dan amal saya. Mari kita tingkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kita...
(Anda bisa menemui suasana di awal tulisan ini jika sholat jama'ah dzuhur di masjid As-Sa'adah jalan Kaliurang km 13,8. Masjid itu biasa digunakan teman-teman aktivis dakwah kampus UII untuk konsolidasi, kajian, dsb ketika mereka berada di luar kampus)
Bila Rindu Ini Masih Milikmu
Entah kenapa akhir-akhir ini aku agak mencemaskan keberlanjutan dan kondisi "lingkaran kebaikan" sahabat-sahabat dakwahku. Mereka yang pindah tempat tinggal baik melanjutkan perantauan atau kembali ke kampung halaman, masihkah semilitan ketika "melingkar" di sini? Aku tidak terlalu tega untuk mengucapkan "Apakah mereka tetap ikut 'melingkar'?"
Setidaknya ada tiga sahabat di luar Jogja yang kutanyakan kabar "lingkaran kebaikan" mereka. Satu dalam proses penentuan "lingkaran" baru, sebulan vakum. Satu belum tahu prosedur bergabung ke "lingkaran" daerah setempat. Satu kesulitan mengurus proses bergabung dengan "lingkaran" baru tapi alhamdulillah kabar terakhir beliau menyebutkan "sudah ketemu orangnya (penanggung jawabnya)". Saya sendiri sedang dalam proses bergabung dengan "lingkaran kebaikan" yang baru, sebulan belum beres.
Kekhawatiran yang muncul adalah "Apakah ritme tetap terjaga?" dan "Apakah status quo dan kekosongan 'lingkaran' tidak mengubah rasa yang pernah ada?"
Aku pun bertanya, "Sahabat, masihkah kau menggenggam rindu yang sama? Rindu surga."
Sahabat, di manapun kau berada, apapun aktivitasmu, semoga "lingkaran kebaikan" kita tetap terjaga. Hidayah itu mahal, jangan tukar dengan apapun. Hidayah itu harus dikejar dan didekati terus-menerus. Jangan terlena dengan kesibukan.
Sahabat, ingatlah selalu tiga bintang yang tersemat di pundakmu: bintang DA'I, bintang MUROBBI, dan bintang MUTAROBBI. Da'i tidak melangkah kecuali untuk kebaikan dan perbaikan dalam rangka menegakkan kalimat tauhid. Murobbi selalu membina, mendidik generasi, dan menebar kebaikan di tengah-tengah umat. Mutarobbi selalu menuntut ilmu dan berusaha memperbaiki diri.
Sahabat, saling do'a dalam sujud malam ya...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Budaya,
Dakwah,
Emm... Gitu ya?,
Kenapa?,
Motivasi,
Nasihat,
Pertanyaan,
PKS,
Renungan
0
komentar
Dia Sudah Mati
Kupikir juga begitu!
Jika ALLOH jelas-jelas telah menampakkan berbagai keburukan dalam dirinya, argumen apa yang terus diperjuangkan "cinta" untuk tetap menganggapnya baik?
Sebegitu naifkah "cinta"?
Biarkan ia memperbaiki diri dalam masanya, begitu juga kita.
Pantaskan dirimu hanya untuk orang yang pantas untukmu!
Berhenti meratap!
Mungkin dia memang telah mati
Bukan, sebut saja syahid
Kekaguman telah sirna, padam tak lagi menyala
Hanya kecewa dan kecewa
Ya Alloh, ampunilah ia, tunjukilah ia, hidupkan kembali ia
Dia yang dulu membuatku tersungkur-sungkur mengiba pada-Mu
Dia yang dulu ingin sekali aku dijodohkan dengannya oleh-Mu
Ya Alloh, perlukah kucabut semua doaku?
Istighfarku untuknya ya Alloh...
Maaf, benar aku minta maaf jika menganggapmu sudah mati...
(terinspirasi dari status seorang teman yang tidak bisa dikomentari)
NB: semoga ada yang tersindir, bagi yang sengaja atau tidak telah menghilangkan 'izzah mereka sebagai "muslimah". Boleh jadi kekaguman itu hilang karena jilbab yang memendek, pakaian yang mengecil, tawa yang membahak, lisan yang menjadi tak lagi santun, tingkah yang meliar, kepulangan yang memalam, tontonan yang membioskop, dandanan yang mewangi, pajang foto sana-sini, suara yang meninggi, merendah-rendah tanpa harga diri, menyanyi, karaoke sampai pagi, adab interaksi hilang syar'i, dan masih banyak lagi. Astaghfirulloh, maaf kalo terlalu sarkas dan vulgar, saya hanya sedikit prihatin dengan "segelintir" akhwat masa kini... :(
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Akhlak,
Budaya,
Cinta,
Dengar bisikku,
Renungan
0
komentar
Jangan Persulit Cinta Mereka
Kajian tarbiyah tsaqofiyah di masjid Khoiru Ummah sore itu membahas fiqh dakwah terkait tantangan bagi para da'i. Hal pertama yang dapat menghambat dakwah adalah kondisi kejiwaan da'i. Da'i juga manusia, bisa senang, sedih, cemas, bingung, marah, cinta, cemburu, dsb. Secara fitrah pun manusia dikaruniai kecenderungan/ syahwat terhadap wanita, anak-anak, ternak, niaga, dan berbagai kesenangan dunia yang lain. Itu lumrah, sekali lagi semua itu lumrah. Islam datang bukan untuk menghapuskan syahwat tapi untuk mengarahkannya.
Tibalah pembahasan pada masalah cinta... Sebelumnya maaf jika saya terlalu sering membahas topik seputar cinta dan nikah dalam status atau catatan saya. Insya'alloh bukan dalam rangka saking ngebetnya pengen nikah tapi sekedar ingin berbagi, barangkali ada hal-hal yang bisa mencerahkan jiwa dan menjadi bekal kita bersama. Sekarang ini sepertinya memang sedang memasuki era melankolis. Kita lihat saja dua puluh tahun lagi generasi sekarang bermental apa. Sebelum semua terlambat, okelah mellow, tapi tetap bermuara pada Alloh, bisa nggak ya? Hehe...
Yah, da'i juga bisa jatuh cinta. Sangat wajar ikhwan tertarik pada akhowat dan sebaliknya, kita berlepas diri dari alasan mereka saling jatuh cinta. Tiba-tiba saja, tak bisa dihindari, jatuh cinta itu klise tapi nyata. Kalaupun ada yang mengatakan bisa menahan diri dari perasaan jatuh cinta, saya kira semua itu karena kita tahu syari'atnya, sedangkan cinta tetap saja ada. "Alloh mengetahui bahwa kamu senantiasa menyebut-nyebut dalam hati". Sudahlah, akui saja... :P
Subhanalloh, betapa indahnya Islam! Syari'at nikah menjadi salah satu buktinya. Ikhwan akhowat saling merasa cenderung, suka, cinta, itu fitrah, solusinya nikah, mudah saja bukan? Apa nggak dosa? Yo jelas enggak donk! Malah berpahala! Lha wong melaksanakan sunnah koq dosa? Piye to cah?
Lha terus apa kabar BKKBS? Berarti bole cari sendiri? Nanti dibilang nggak manhajiy? Hmm... Dengarkan dulu penjelasanku wahai anak muda... :)
Trus masalah VMJ? CBSA? Masak dibolehkan gitu aja? Sabar to... :)
Maksud saya begini, salah satu tujuan pernikahan adalah mengarahkan syahwat pada jalan yang halal agar ikhwan dan akhowat saling cenderung, merasa tenteram, dan berkasih sayang. Tidak ada salahnya jika rasa saling menyukai tumbuh terlalu dini sebelum akad halal antarkeduanya. Tidak salah asal berujung pada kehalalan, segera! Jika dibiarkan terlalu lama tentunya bisa terjerumus ke dalam rasa yang salah. Munculnya VMJ, CBSA dan berbagai fenomena lain di kalangan aktivis dakwah bole jadi disebabkan kekurangfahaman dan kekurangmujahadah perihal manajemen perasaan.
“Aku tahu ini belum saatnya, aku harus bisa mengekangnya erat-erat!”
“Bernyaman-nyaman dengan rasa yang belum halal hanya akan memicu kemurkaan Alloh.”
“Biarlah kusimpan, kuabaikan, kuredam, agar produktivitas dan keikhlasan dakwahku tetap terjaga!”
Mungkin masih banyak kalimat lain yang digumamkan mereka yang telah memahami syariat ketika rasa itu datang tiba-tiba. Intinya, jika memang merasa belum mampu menikah tapi terlanjur “wuyung”, bertahanlah, berpuasalah, alihkan perasaan yang menggelora itu pada kreativitas dalam manuver-manuver dakwah, bina ta’lim lebih banyak lagi, bina halaqoh lebih banyak lagi, dakwah fardhiyah lebih ketat lagi, silaturohim lebih sering lagi, dan pastinya tingkatkan kualitas ‘ubudiyah pribadi. Saya kira kita semua sepakat bahwa cinta itu memiliki energi yang luar biasa, curahkanlah itu dalam dakwah. “Milikilah visi besar!” kata mas Salim suatu kali.
Jika rasa itu benar-benar tak tertahankan, gimana mas? Saya semakin tidak konsentrasi untuk menjalani keseharian sebagai aktivis dakwah, apalagi kuliah, amanah-amanah saya pada buyar dan kacau, wajahnya membayang di mana-mana, saya nggak kuat lagi memendam perasaan ini... (Coba baca “Bidadari”) Subhanalloh, masih ada kata “gimana mas?” di sana, ini menunjukkan bahwa al-akh telah mengambil salah satu langkah yang sangat tepat yaitu tidak memutuskannya sendirian.
Beberapa ilustrasi berikut ini semoga bisa menjadi inspirasi...
Putra seorang ustadzah menyampaikan gejolak hatinya pada sang ibunda. Ibunda tahu bahwa putranya suka pada seorang ukhti, usia mereka masih sama-sama SMA. Apa solusi yang ditawarkan pada sang putra? “Lha gimana, umi bilangin ke orang tuanya? Nanti umi sama abi yang biayain semua keperluan rumah tangga kalian. Kalian sudah baligh, kalau berani ya umi bilangin.”
Seorang murobbi mengajak ketemuan mutarobbinya tanpa agenda yang dijelaskan sebelumnya. Setelah mereka bertemu, sang murobbi bertanya, “Gimana kabarnya dek? Katanya antum sudah mau nikah?”
Jedugg! Kagetlah sang mutarobbi. “Ha?! Enggak! Yang bilang siapa mas?”
“Itu, mbaknya dek anu bilang ke ane, katanya antum sudah pengen nikah?”
Yup! Pemicu adegan itu adalah para murobbi melihat tanda-tanda dan gejala yang muncul pada mutarobbi mereka. Sepertinya hasil pengkajian menunjukkan bahwa para mutarobbi sedang dilanda asmara.
“Sejak awal saya sudah memperhatikan, mengikuti perkembangan hubungan antum berdua dan sebenarnya saya lebih sreg kalau antum berdua segera menikah.”
“Kalian buruan nikah aja gih! Lama-lama ngeri aku ngeliatnya!”
“Kalian berdua udah pernah istikhoroh belum sih?”
Kalau sudah benar-benar tidak tahan ya nikah saja! Intinya itu. Kan masih kuliah? Kan masih dibiayai orang tua? Apa kata teman-teman? Ane belum cukup mapan, belum punya ini itu, penghasilan masih pas-pasan, bla bla bla... Kesimpulan yang akhirnya diambil, lebih baik mempersiapkan diri saja sembari memperbanyak puasa... :D
Sakjane tulisan iki meh piye to? Le mbahas koq mbulet-mbulet ra jelas ngene? Hehe...
Saudaraku, betapa banyak orang tua yang lebih rela membiayai anak-anaknya pacaran daripada membiayai mereka menikah. Mana yang mendekati zina? Mana yang berpahala? Mana yang konsekuensinya lebih berat? Pacaran atau menikah? Betapa sedihnya jika ada murobbi yang menghakimi mutarobbinya karena jatuh cinta pada teman syuro. “Antum ikhwah bukan? Hape antum isinya SMS-SMS seperti ini!” sang murobbi membanting hape mutarobbinya karena hape itu berisi banyak sms “taushiyah” dari lawan jenis. Betapa sangat disayangkan ada seorang ikhwah rela membiarkan sahabatnya berpacaran tanpa menasihatinya untuk menikah. Semestina pernikahan menjadi salah satu solusi yang ditawarkan pada "para pecinta sebelum waktunya". Ilustrasi-ilustrasi di atas merupakan beberapa contoh bijak, hehe...
Saya lupa pernyataan ini dari siapa, kalau tidak salah dari Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah yang disampaikan teman saya, “Salah satu obat bagi seseorang yang dilanda al-isyq (cinta mati) adalah menikah, baik itu dengan orang yang bersangkutan maupun dengan orang lain.”
Intinya saja mas! Intinya, jangan persulit cinta mereka. Jangan salahkan cinta. Jangan sesali cinta yang datang belum pada saatnya. Izinkan mereka menikah, dukung mereka untuk menenangkan jiwa melalui syari’at mulia. Takutlah pada skenario: ketika cinta dipersalahkan, ketika cinta ikhwah dianggap merusak barisan, mengotori keikhlasan lalu perlu diasingkan, mungkin akhirnya mereka akan kawin lari dari dakwah. Jika dengan menikah mereka justru jadi lebih giat dalam berdakwah, jika dengan menikah mereka justru jadi lebih muntijah, jika dengan menikah kehidupan mereka bisa lebih barokah, kenapa dihalang-halangi?
Warning! Harus dengan resep dokter! Jangan coba-coba memulai, jangan bermain-main! Hati-hati, api bisa membakar diri! Jaga hati! Jaga hati! Jaga hati! Kalau bisa jangan sampai semua itu terjadi. Jika tidak, BKKBS akan sepi... :P Ini serius, luruskan niat, memperturutkan hawa nafsu bisa sangat berbahaya. Kalau dalam buku Iqro ada tulisan “Ingat! Buku bajakan bisa tidak barokah!” begitu juga cinta bajakan bisa tidak barokah. Jika tidak dilandasi niat yang benar dan cara yang benar, peluang amal diterima semakin kecil saja bahkan menjadi sia-sia. Na’udzubillahi min dzaalik...
Isi tasqif sore itu tidak murni seperti ini, banyak yang saya tambah-tambahi sendiri, dan mungkin jadi membingungkan seperti ini, ‘afwan ustadz... :(
Apapun pilihan para pecinta, lakukan ISTISYAROH dan ISTIKHOROH. Bermusyawarahlah, dengan orang tua, murobbi, ustadz, qiyadah, sahabat dakwah, dan diri sendiri lalu kerjakan sholat istikhoroh, akhirkan pilihan pada Alloh. Semoga barokah...
Saya berlindung kepada Alloh dari keburukan diri saya dan amal saya, dan dari was-was syaithon. Silakan petik kebenaran yang ada, buang jauh-jauh jika ada yang salah. Subhanakallohumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika...
Ditulis oleh
Akhid Nur Setiawan
Kategori:
Akhlak,
Cinta,
Emm... Gitu ya?,
Nasihat,
Pernikahan,
Psikologi
2
komentar