Harapan Pemimpin Baru

"True leader creates more leaders, not followers," kata Tom Peters, seorang pakar manajemen bisnis yang menulis buku In Search of Exellence.

Tugas berat bagi para pemimpin bukan hanya bagaimana ia menangani krisis di masa kepemimpinannya. Lebih dari itu, seorang pemimpin dituntut untuk mampu melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang siap menyelesaikan tantangan di masa mereka tampil nanti. Pemimpin sejati menciptakan pemimpin-pemimpin baru, bukan memperbanyak pengikut.


Demokrasi memang meletakkan kuantitas dukungan sebagai syarat utama untuk bisa menjadi pemimpin. Hal itu membuat banyak pemimpin dan calon pemimpin fokus memperbanyak massa pendukung dengan mengejar popularitas, terutama menjelang pemilu. Lihatlah foto para calon pemimpin yang terpampang di jalan-jalan.


Sebelum dipilih, calon pemimpin perlu didukung. Sebelum didukung, mereka perlu dikenal. Jadilah perang baliho di jalanan menjadi agenda klasik negara demokrasi (baca: Indonesia).


Untuk menarik perhatian masyarakat, partai-partai politik sedini mungkin memilih tokoh paling fotogenic untuk dijadikan point of interest pada pemilu yang akan datang. Yang penting terkenal dulu, sisi menarik untuk dipilih sebagai pemimpin bisa "dipiker keri".


Festival baliho seperti ini terkadang membuat sebagian masyarakat jenuh. Jika tidak ganti kostum atau pose, mereka yang di jalan-jalan itu hanya ganti nama atau slogan. Ada juga mungkin foto lawas yang hanya diganti background atau corak warnanya.


Harapan masyarakat akan lahirnya pemimpin-pemimpin baru seakan selesai dengan dirilisnya produk lama dengan kemasan baru. Mengenai rasa dan kualitas masih sama, hanya harga yang agak diturunkan atau harga sama lalu diberi cap "ekstra". Apa daya, daripada tidak ada perubahan sama sekali.


Di balik itu semua, muncullah beberapa pertanyaan. Apakah partai politik sebagai salah satu sarana untuk melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa dihantui ketakutan akan pecahnya suara pendukung jika calon-calon pemimpin baru ditampilkan? Ataukah memang tidak ada pemimpin-pemimpin baru yang berhasil diinkubasi di sana? Atau jangan-jangan hanya langgengnya kekuasaan yang diinginkan?


Percayalah, disengaja atau tidak, disiapkan atau tidak, pemimpin-pemimpin pengganti selalu tersedia di belakang pemimpin-pemimpin lama karena pada dasarnya kepemimpinan itu selalu dipergilirkan. Sekuat apapun penguasa mempertahankan tahta, niscaya akan sampai jua pada ajalnya. Pemimpin-pemimpin baru pasti ada dan sangat mungkin yang dimaksud adalah kita.


”...Dan seperti itulah hari-hari (kejayaan dan kehancuran) kami pergilirkan di antara manusia…”


Pertanyaan berikutnya, "Siapkah kita dibaiat paksa oleh rakyat? Atau justru kita masih perlu memaksa rakyat untuk bersumpah setia pada kita?"

Pewarisan Mimpi Antargenerasi

Seorang kakek menangis haru usai mendengar salah seorang cucunya melantunkan surat An Naba'.

"Saya dulu baru sampai surat Al Ma'un, guru saya wafat. Alhamdulillah, sekarang sudah ada yang meneruskan," kata sang kakek.

Sekitar tujuh tahun kemudian cucu dari kakek itu selesai menghafal 30 Juz Al Qur'an.

Usia dakwah terlalu panjang untuk ditopang oleh satu atau dua generasi. Dakwah membutuhkan banyak generasi. Dakwah harus terus bergulir hingga hari akhir.

Adakala suatu generasi hanya sempat menyemai benih, generasi berikutnya hanya sempat menyiangi rumput, generasi berikutnya mengairi. Generasi selanjutnya mungkin melihat tanaman saat sedang berbunga, selainnya Allah beri kesempatan bisa memetik buah. Terkadang satu generasi menemui tanaman layu hingga hanya bisa mempertahankan diri dari kepunahan, sembunyi. Setelahnya ada generasi yang menyuburkan ulang lahan lalu menyemai benih kembali.

Seakan mengajarkan bahwa jalan dakwah memang panjang, Nabi Ibrahim 'alaihissalaam tidak berdoa agar dakwah menang pada masa kenabiannya. Beliau berdoa pada Allah agar kelak di tengah-tengah penduduk Makkah diutus seorang Rasul yang membacakan ayat, mengajarkan hikmat, dan menyucikan jiwa umat. Cukuplah meninggikan bangunan Ka'bah menjadi salah satu proyek dakwah yang harus diselesaikan oleh generasinya.

Adanya kesadaran bahwa waktu yang tersedia amat singkat memaksa para da'i untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang tiba. Kenyataan akan sumberdaya yang terbatas mengarahkan para da'i agar menyusun prioritas. Karena merasa perlu menyiapkan dakwah di masa depan, para da'i berusaha memperbanyak peluang dan memperbesar ruang gerak bagi generasi setelahnya.

Sebuah ungkapan mengatakan, "Orang biasa merencanakan Sabtu malam, orang besar merencanakan tiga generasi."

Kalau boleh menambahkan, "Orang beriman merencanakan hingga hari pembalasan."

Mimpi-mimpi dakwah tak mungkin selesai hanya dalam satu malam. Penting bagi para dai untuk mewariskan mimpi kepada generasi berikutnya. Kelak generasi itu akan melanjutkan apa yang telah dimulai oleh generasi pendahulu mereka.

"Kalau Abah masih ada, kira-kira apa yang akan Abah lakukan dengan kondisi kita saat ini?"

"Dari dulu simbah pengen banget begini."

"Ummi itu biasanya begini."

Mungkin itu kalimat-kalimat yang otomatis muncul dari anak keturunan ideologis saat mereka menghadapi masalah atau merumuskan strategi dakwah sepeninggal leluhurnya.

Jika pewarisan mimpi berhasil, ada manusia-manusia yang hidupnya singkat tapi umurnya panjang. Mimpi mereka terus berlanjut meskipun maut telah menjemput. Dakwah mereka berkesinambungan, tidak hanya selama mereka masih hidup tapi sambung menyambung antargenerasi setelah mereka mati.

Dengan pewarisan, para dai mutaakhir tidak harus memulai dakwah dari awal. Mereka hanya perlu melanjutkan apa yang telah dimulai sebelumnya. Susah payah para pendahulu meniscayakan mudah jalan para pembaharu.

Mereka yang masih bertahan harus menemukan jejak-jejak kebaikan para pendahulunya. Penelusuran jejak itu bukan untuk sekedar meneladani baiknya kepribadian tetapi berusaha agar bisa menyambung benang merah kerja-kerja dakwah. Semoga Allah bimbing kita semua.

Hanya Tinggal Klik

Pada suatu pagi saya terpaksa mengisi ember dengan air dari sumur depan rumah untuk mengisi bak kamar mandi di dalam rumah kami. Sejak malam harinya air keran tidak bisa mengalir. Sepertinya mesin pompa air kami rusak.

Saat hari sudah terang kami mencoba memperbaiki mesin pompa air kami. Saya sambungkan kabel dari mesin langsung ke stop kontak. Alhamdulillah mesinnya masih bisa menyala.

Masalahnya di mana? Saya pun mengecek saklar yang ada di dinding. Ternyata saklarnya sudah soak sehingga lempengan penghubung listriknya tidak bisa saling tersambung jika dinyalakan.

Karena tidak menemukan saklar pengganti yang pas, saya menyambungkan langsung kabel saklar itu tanpa saklar, hanya diberi selotip. Alhamdulillah mesin pompa air kami kembali bisa mengalirkan air dari dalam sumur naik masuk ke dalam bak penampungan. Ternyata masalahnya di bagian saklar. Mesin oke, sumber listrik oke, tapi hubungan keduanya terputus.

Di kesempatan lain saya dimintai tolong salah seorang teman untuk mengecek koneksi wifi laptop barunya. Laptop itu baru tapi sudah tangan kedua. Jujur saja saya tidak mengeceknya tapi langsung menawarkan solusi. Kebetulan istri saya memakai laptop yang koneksi wifinya menggunakan alat tambahan semacam USB kecil karena perangkat wifi asli dari laptop tidak bisa menangkap sinyal.

Setelah di toko online menemukan barang yang dimaksud, teman saya ragu karena harganya lumayan perlu diperhitungkan. Meskipun tidak terlalu mahal, jika ternyata alatnya tidak berfungsi tentu membelinya menjadi kesalahan belanja yang amat disayangkan. Saya pun menawarkan untuk mencobakan dulu USB wifi dari laptop yang dipakai oleh istri saya.

Setelah saya pasang USB wifi ke laptop teman saya, koneksinya tidak berubah sama sekali. Saya lalu mengecek troubleshoot koneksi wifi di laptop itu. Masyaallah, ternyata laptop itu memiliki saklar khusus untuk menyalakan perangkat wifinya. Koneksi wifi tidak tersambung hanya karena saklar belum dinyalakan.

"Klik!"

Alhamdulillah. Atas izin Allah akhirnya semua sinyal wifi bisa masuk ke laptop teman saya. Dicoba untuk berselancar juga langsung oke setelah mesin perambannya diperbarui. Masalah pun teratasi tanpa perlu biaya tambahan.

Mungkin banyak hal lain dalam hidup kita yang sebenarnya hanya butuh "klik" lalu semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Di mana letak saklarnya, itulah yang terkadang kita belum menemukan. Barangkali ia terletak di tempat tersembunyi, barangkali ia sedang rusak, atau barangkali sekedar menunggu waktu yang tepat hingga yang seharusnya terhubung sudah sama-sama siap.

"...dan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)."

Jika keduanya belum klik, bolehlah kita coba menyalakan saklarnya.

"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui."

Kalau sudah klik, insyaallah sakinah, insyaallah barakah.

Selamat menempuh tahun hidup baru 1443 Hijriyah 😍😍😍

Golek Geni Nggowo Oncor

Ketika kompor gas dengan dapur belum seakrab sekarang, di antara kita atau orang tua kita mungkin ada yang pernah mengalami kehabisan korek api ketika hendak memasak lalu harus meminta api kepada tetangga. Di pagi buta seorang ibu mengetok pintu dapur tetangganya sambil membawa segenggam blarak kering. Biasanya blarak didapat dari daun kelapa yang jatuh. Blarak itu dimasukkannya ke dalam tungku tetangga yang apinya menyala.

Jika blarak sudah tersulut api, sang ibu akan membalik posisi blarak yang terbakar menjadi berada di bawah agar api bisa membesar. Ibu itu akan bersegera pulang menuju tungku di dapurnya. Dimasukkanlah blarak yang membawa api itu ke dalam tungku yang sebelumnya sudah diberi sabut kelapa dan kayu-kayu kecil.

Coba kita telusuri jalan perjuangan ibu itu untuk bisa memasak. Ibu itu telah berjuang untuk bangun lebih pagi dari anggota keluarga yang lain. Ia ingin berjuang untuk memasakkan sarapan pagi bagi seisi rumah.

Sang ibu berjuang meracik bumbu dan bahan-bahan yang akan diolah setelah sehari sebelumnya membelinya di pasar atau memanennya di kebun. Ia berjuang menyiapkan tungku dengan sabut kelapa sekalipun apinya belum ada. Ia pun berjuang mencari api dengan membawa blarak yang ia punya. Ia berjuang melawan rasa tidak enak pada tetangga dengan mengetuk pintu dapurnya.

Ia berjuang menyalakan api dan menjaganya sepanjang jalan hingga tungkunya sendiri ikut menyala. Oncor blarak tidak menyala dalam waktu lama. Ia pun berjuang menyemprong tungku agar api bisa tetap menyala. Setelah api menyala, barulah akan dimulai perjuangan yang sesungguhnya.

Untuk bisa menjalani sesuatu yang besar kita perlu menjalani banyak langkah kecil dengan sabar. Untuk bisa benar-benar berjuang kita perlu banyak belajar berjuang. Setiap tapak perjuangan selalu menjadi pijakan untuk tapak perjuangan berikutnya.

Di Madinah Imam Malik diam-diam mengetahui bahwa ternyata salah satu muridnya telah hafal Al Muwatho' sebelum berguru padanya. Sang murid berusaha mempersiapkan diri dengan hafalan sebelum mempelajari penjelasan atas kitab yang ditulis oleh gurunya. Murid itu kelak terkenal dengan sebutan Imam Asy Syafi'i.

Mencari ilmu itu butuh ilmu. Mau menuntut ilmu harus berbekal. Siapkanlah apa saja yang kita mampu hingga semakin dimampukan. Golek banyu apikulan warih, golek geni adedamar.