TASHIH

Bagi para calon guru Al Quran, uji kesesuaian bacaan Al Quran sebagaimana jalur riwayat bacaan yang akan ia gunakan untuk mengajar sangatlah mutlak diperlukan. Mengikuti tashih merupakan sebentuk tanggung jawab calon guru Al Quran untuk memastikan bahwa bacaan Al Quran yang akan ia ajarkan sudah semirip mungkin dengan bacaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sesuai jalur riwayat yang ia ambil. Keterangan lulus ujian tashih menjadi salah satu pengesahan bahwa bacaan Al Quran seseorang jalur riwayatnya bersambung sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Para pentashih memiliki tugas yang amat berat untuk menyimak, memperhatikan, mengecek, menguji, mengoreksi, dan menjamin kesesuaian bacaan Al Quran antara murid dengan guru yang berada dalam satu jalur periwayatan. Proses tashih berusaha memastikan bahwa periwayatan bacaan Al Quran dilakukan secara tatap muka dan sudah benar-benar sesuai antara bacaan murid dengan gurunya. Para pentashih juga memiliki tugas memberi rekomendasi para calon guru alquran, dari mana harus memulai perbaikan bacaan Al Qurannya.

Lulus tashih bukan hanya kewajiban para calon guru Al Quran karena bisa membaca Al Quran dengan baik dan benar semaksimal mungkin ialah kewajiban semua muslim. Standar baik dan benar dalam membaca Al Quran itu seperti apa? Lulus tashih. Maka dari itu, setiap muslim utamanya yang telah belajar melafalkan ayat-ayat Al Quran bersama seorang guru juga perlu menyesuaikan bacaannya dengan bacaan gurunya atau jalur di atasnya, gurunya guru dan seterusnya melalui ujian tashih.

Setelah sekian lama belajar dengan saling bertatap muka, seorang guru harus merelakan muridnya diuji oleh pentashih. Bagi sang guru situasinya mungkin seperti seorang wanita saat menghadirkan calon suami pada orang tuanya. Dia sudah mantap dengan pria itu tapi orang tuanya masih perlu mempertimbangkan dan menguji calon menantunya. Dari hasil pertemuan itu orang tuanya bisa langsung setuju namun bisa juga tidak.

Menjalani ujian tashih ibarat seorang pria menunggu jawaban wali nikah atas khitbahnya pada seorang wanita. Sekalipun antara pria dan wanita sudah saling merasa cocok dan mantap, wali nikah jua yang memutuskan. Proses ujian tashih begitu mendebarkan hati keduanya. Perasaan sang murid diliputi campur aduk antara khawatir ditolak dengan sangat berharap diterima, begitu juga sang guru.

Calon guru Al Quran bisa lulus tashih pastinya semata atas pertolongan Allah, lalu berkat bimbingan dari para guru, serta doa-doa dari banyak orang. Saat sang murid dinyatakan lulus oleh pentashih, perasaan murid dan guru pastilah lega luar biasa, bagaikan lolos dari lubang jarum. Sebagaimana bahwa akad nikah bukanlah akhir perjalanan, lolos dari lubang jarum juga baru titik awal untuk melanjutkan perjuangan.

Agar bisa mengajarkan Al Quran pada orang lain, mereka yang telah lulus tashih dan ingin menjadi guru Al Quran berhak diajari metodologi pengajaran Al Quran yang digunakan oleh guru-guru mereka. Setelah semua proses dijalani kelak mereka baru bisa secara resmi diizinkan untuk mengajarkan Al Quran. Para guru Al Quran harus senantiasa menjaga bacaan Al Quran mereka. Mereka harus siap jika sewaktu-waktu atau secara periodik diuji tashih ulang. Hal itu demi menjaga kesahihan bacaan sepanjang waktu.

Latepost dari Halaman Lain

Mohon maaf...

Dalam waktu yang cukup lama saya tidak memposting tulisan di blog ini. Beberapa tulisan dalam jangka waktu tersebut lebih sering saya posting melalui WhatsApp atau laman online lain semisal Facebook.

Semoga tulisan-tulisan yang bercecer itu bisa segera saya posting ulang di sini. Semoga juga bisa bermanfaat bagi para sahabat sekalian. Terutama pula semoga bisa menjadi penasihat bagi saya pribadi.

Bismillah! Mari terus berkarya dan tetap semangat!

Pesawat, Pilot, dan Penumpangnya

Pada masanya manusia ingin bisa terbang. Dua orang bersaudara saling bantu melakukan eksperimen untuk terbang dan menerbangkan sesuatu. Memang otot dan kerangka tubuh manusia tidak didesain untuk terbang, harus ada suatu alat yang dinaiki agar bisa terbang.
"Apakah kamu melihat pada burung yang bisa terbang? Siapakah yang menahannya agar tetap di angkasa?"
"Tembuslah langit! Tidaklah kamu bisa menembusnya kecuali dengan kekuasaan."
"Maha suci Alloh yang telah memperjalankan hambanya pada suatu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsho..."
Umat manusia mungkin memang dikondisikan memiliki mimpi untuk bisa terbang, menembus langit, dan menempuh jarak yang jauh dalam waktu singkat. Alloh seakan memancing-mancing nalar kritis manusia melalui kalam-Nya, "Carilah cara untuk bisa terbang!"
Tidak hanya memancing, Alloh menantang manusia untuk bisa terbang.

Setelah menemukan cara untuk bisa terbang sendiri manusia ingin bisa terbang bersama-sama manusia lain, sebanyak mungkin kalau bisa. Setelah bisa terbang bersama banyak orang ternyata mereka mulai menyadari bahwa semestinya mereka terbang tidak hanya untuk hepi-hepi. Ada banyak hal bisa diraih dengan terbang. Akhirnya arah tujuan terbang mereka berbeda-beda.
Terlalu lama jika kemana-mana harus selalu bersama. Mereka pun berusaha membuat pesawat dengan ukuran yang lebih kecil untuk memenuhi kebutuhan arah tujuan penumpang yang berbeda-beda itu. Kelak manusia akan kembali mencari cara agar bisa terbang sendiri-sendiri.
Jika boleh membandingkan, mungkin bangsa Indonesia juga mengalami perjalanan sebagaimana yang dialami oleh perkembangan pesawat. Berbagai suku bangsa di Nusantara bersatu untuk mengusir penjajah. Setelah menyatakan diri merdeka pesawat Indonesia mengangkut penumpang yang sangat banyak. Energi untuk menerbangkannya cukup besar, biaya pun besar, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai urusan menjadi cukup lama. Hanya ada satu kemudi dan semua orang harus mengikuti sang kapten yang ada di belakang kemudi.
Penumpang mulai gelisah dan menghendaki pesawat mendarat sejenak. Gaya mengemudi sang kapten dirasa nggak asyik. Maka diserahkanlah kemudi pada ahlinya ahli merancang pesawat.
"Indonesia ini cocoknya dijelajahi dengan pesawat-pesawat yang tidak terlalu besar," orang-orang mulai berani berbicara.
Beberapa kelompok orang pun akhirnya diberi kendali kemudi untuk mengemudikan pesawat yang lebih kecil dari maskapai yang sama. Beberapa yang lain memilih melompat dari pesawat dengan menggendong parasut.

"Kita masih terlalu lambat," bisik orang-orang.
"Pilotnya harusnya kita pilih sendiri, biar perjalanan kita lebih terasa kebersamaannya," yang lain menimpali.

Di antara para penumpang ada pilot-pilot berbakat yang tidak mendapat kesempatan memegang kemudi. Untuk mereka maskapai menyediakan pesawat kecil yang bukan merupakan pesawat penumpang. Mereka boleh mengemudikan pesawat tempur dengan kemampuan terbang cepat untuk melakukan manuver-manuver yang tidak bisa dilakukan oleh pesawat penumpang.
Pada suatu ketika kita harus menjadi penumpang yang duduk manis mengikuti kemana pesawat airbus diarahkan, atau menjadi pilotnya. Airbus terbang dengan kecepatan lambat, perjalanan sangat jauh, hampir tak terasa bergerak sama sekali. Para penumpang menjalani hidup di atas pesawat. Mereka makan, minum, tidur, ee, mencari penghidupan, dan melakukan apa saja di dalam sana.
Pada saat yang lain kita harus terbang dengan pesawat-pesawat kecil. Guncangan dan turbulensi udaranya lebih terasa mendebarkan. Kecilnya kapasitas tangki bahan bakar memaksa pesawat hanya mampu menempuh jarak yang tak terlalu jauh. Penumpang harus siap lebih sering naik turun pesawat di tempat-tempat transit.
Ada kalanya kita harus bergerak cepat menggunakan pesawat tempur. Hidup mati terletak di antara panel-panel kemudi dan navigasi. Pilot pesawat tempur harus siap terbang seorang diri. Hilangnya komunikasi bisa diasumsikan gagal misi. Jika tak kembali otomatis dianggap telah mati.
Tentu seorang pilot pesawat airbus tak boleh menerbangkan pesawatnya dengan gaya pesawat tempur. Pesawat kecil juga tak akan tepat penggunaannya jika dikemudikan layaknya airbus. Pesawat tempur menjadi sia-sia kemampuannya jika dikemudikan layaknya pesawat penumpang.
Pada akhirnya sampailah kita pada kesimpulan bahwa sesungguhnya tak ada pemimpin terbaik sepanjang masa. Yang ada hanyalah pemimpin yang nampak hebat karena hadir di tempat dan saat yang tepat, dengan cara memimpin yang membuat seisi pesawat terbang berhasil mengangkasa dan mendarat dengan selamat. Masing-masing kita adalah pilot pesawat. Pertanyaannya, saat ini kita sedang berada di pesawat yang mana?
__________________
ABDI Consulting
Lembaga Konsultasi Manajemen Sumber Daya Manusia, Bisnis, dan Kepribadian
+6281904403366
Jalan Kaliurang km 12,5 Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

Merawat Tunas Harapan

Sudah beberapa bulan pohon Tin kecil kami tidak menampakkan tanda-tanda pertumbuhan. Daunnya tak sampai lima, tak kunjung bertambah. Batangnya tak memperbanyak jumlah cabang, juga tak memperlihatkan mata tunas. Sepertinya sangat mustahil untuk berbuah, bahkan bisa jadi sebentar lagi mati. Sebagai pecinta tanaman yang seringkali berusaha menyelamatkan berbagai jenis tumbuhan, sayang rasanya jika tidak berusaha menyelamatkan pohon Tin yang kami beli dari seorang kawan itu.
Pada suatu sore akhirnya istri saya melakukan apa yang sebelumnya kami diskusikan.
"Boleh nggak buah Tin-nya takpotong, siapa tahu tumbuh tunas?"

Beberapa tanaman memang akhirnya bertunas setelah dipotong batangnya, meskipun ada juga yang tidak.
"Bismillah, kalau memang Allah berkenan pasti akan tumbuh lebih baik," harap kami.
Di sela harapan itu ada kekhawatiran jika pohon Tin kami justru mati. Masalahnya, pupuk kandang dan air yang selama ini kami berikan pada pohon itu seakan tidak memberikan efek perbaikan sama sekali. Ditambah cuaca yang sedang sangat panas belakangan ini, kami sempat ragu. Ah, tapi sesuatu harus dilakukan jika tak ingin pohon itu mati perlahan.
Bismillah! Kami tak hanya memangkas batang beserta semua daun pohon Tin itu tapi juga memindahkannya ke media tanam baru. Saat kami cek akarnya ternyata ada binatang pengganggu. Mungkin mereka yang selama ini menghambat pertumbuhan pohon Tin kami. Kami bersihkan akarnya lalu kami tanam di tempat yang baru.
Alhamdulillah, atas izin Allah sekitar sepekan kemudian dua buah tunas baru muncul dari pohon Tin itu. Wujud tunas memang masih jauh dari penampakan sebuah pohon berdaun rindang berbuah manis tapi kita semua tentu meyakini bahwa keberadaan tunas adalah titik terang untuk sebuah harapan. Ia ibarat awal kehidupan yang harus terus dirawat dan didoakan. Suatu saat nanti ia bisa saja menjelma sebagai penebar kebahagiaan yang membanggakan.
Teruslah bergerak!
Jangan hanya terpana dan bangga dengan kejayaan masa lalu!
Ciptakanlah sejarah baru!

__________________
ABDI Consulting
Lembaga Konsultasi Manajemen Sumber Daya Manusia, Bisnis, dan Kepribadian
+6281904403366
Jalan Kaliurang km 12,5 Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

Etape-etape dalam Dakwah

Sesunguhnya perguliran waktu dalam kehidupan manusia terbagi dalam etape-etape. Pada setiap etape Allah tetapkan tugas khusus pada para pengembannya. Begitulah para Nabi diutus untuk masing-masing umat.
Kelak semua Nabi akan dihadapkan untuk menjadi saksi bagi tiap umatnya. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam barangkali menjadi Nabi yang memiliki etape terpanjang sampai hari kiamat. Beliau diutus untuk menjadi tauladan sepanjang masa. Setiap ucap dan lakunya dijadikan standar kebaikan paripurna.
Al Quran dan As Sunnah beliau wariskan sebagai pedoman petunjuk jalan. Syafaatnya kita nantikan. Pertolongan Allah kita harapkan. Di hari perhitungan kelak umat beliau menjadi umat yang jumlahnya paling banyak. Betapa beratnya mebayangkan beliau juga harus mempertanggungjawabkan umat yang tidak pernah beliau temui, umat separah kita ini. Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad.
Usia umat Nabi Muhammad dibagi dalam lima etape lagi menurut sabda beliau: masa kenabian, masa khilafah yang mengikuti jejak nabi, masa pemimpin yang menggigit, masa pemimpin yang memaksa, lalu masa khilafah yang mengikuti jejak nabi. Sepeninggal Nabi, ada etape dari etape kekhalifahan saat sayyidina Abu Bakar Ash Shidiq menjaga kemurnian Islam dengan memerangi para nabi palsu, ada etape saat sayyidina Umar bin Khatab melakukan ekspansi besar-besaran, ada etape saat sayyidina Utsman bin Affan memperindah dan merapikan tatanan, ada pula etape saat sayyidina Ali bin Abi Thalib harus menanggung beban, dan seterusnya.
Terus dan terus para penerus Nabi melakukan apa yang menjadi tugas pada etapenya. Saat umat butuh penjelasan mengenai Al Quran dan As Sunnah, ada para penjelasnya. Saat umat butuh pengumpulan hadits, ada para pengumpulnya. Saat umat butuh belajar agama secara utuh, ada para perangkumnya. Saat umat butuh tema-tema tertentu dalam agama, ada para penjabarnya. Saat umat butuh kemudahan dalam penetapan hukum-hukum, ada para imam yang bersusah payah menyaripatikan kaidah-kaidahnya. Saat umat butuh fatwa dalam masalah-masalah mutaakhir, ada para muftinya. Saat umat butuh pandangan ilmiah mengenai kontroversi kasus per kasus kejadian terkini setiap hari, ada para influencer menulis status singkatnya.
Sesungguhnya kita tidak harus menyelesaikan misi dakwah hingga islam kembali berjaya. Kita tahu bahwa usia dakwah begitu panjang, tak terjangkau dengan usia kita. Kita hanya harus menyelesaikan etape kita. Kita hanya harus memastikan generasi setelah kita mendapatkan batu pijaknya. Kita hanya harus mengizinkan mereka menyelesaikan etape mereka.
Tantangan di etape mereka berbeda dengan tantangan pada saat kita menjalani etape kita. Cara-cara kita belum tentu cocok untuk menghadapi tantangan di depan sana. Kita hanya harus melakukan pewarisan dakwah pada generasi setelah kita sebagaimana generasi sebelum kita mewariskan jejak rekam dakwah mereka pada kita. Kita hanya harus meletakkan kepercayaan di pundak para pemuda, membesarkan hati mereka, lalu menyerahkan segala urusan mereka pada Sang Pemilik Rencana.
"Pada setiap etape ada tantangannya, setiap tantangan ada penakluknya."

Jodoh untuk Kaum Marhaen

Atas takdir Allah kami menikah dua puluh hari setelah pertemuan pertama kami. Bertemu pada 10 April, kami pun melangsungkan akad nikah pada 1 Mei di tahun yang sama. Ya, tepatnya delapan tahun yang lalu kami menikah.
Sekedar untuk mengenang momentum itu kami menonton sebuah film kreatif. Kami memutar sebuah film yang tak sengaja kami temukan saat mencari film pendek islami untuk persiapan kegiatan di bulan Ramadhan nanti. Film yang kami tonton berjudul "Teman ke Surga".
Bagi para jomblo fi sabilillah yang bertekad menjadikan bulan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan terakhir dalam kesendirian, cobalah tonton film ini: https://m.youtube.com/watch?v=hgGsRoFaiZ0
JODOH ITU SEDERHANA
Sesungguhnya jodoh itu sederhana, kamu menikah dengannya, lalu mencintainya, itu saja.
Jika Allah berkehendak, tak butuh alasan apa-apa untuk menjadikan dua insan yang tidak memiliki cerita sebelumnya tiba-tiba saja menikah pada akhirnya. Allah telah menciptakan pasangan kita dari diri kita sendiri. Ada kesamaan, kecocokan, kesesuaian, kesejiwaan yang telah tertanam sejak kita masih dalam kandungan.
Seorang penyair mengatakan, "Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah anak kecocokan jiwa, dan jika itu tidak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan milenia."
Kecocokan itu akan saling memberi sinyal pada waktu yang telah disetel oleh-Nya. Mungkin ada sebagian dari kita yang mencoba mengingkari munculnya tanda-tanda dan gejalanya. Ada pula yang menyangka sudah saatnya padahal hanya karena gede rasa.
Sangat manusiawi jika sesama anak manusia saling berusaha menyamakan frekuensi. Wajar juga ketika mereka berusaha mencari-cari dimanakah pemilik frekuensi yang sama. Kemampuan manusia memang hanya meraba-raba.
Ada salah satu tips sederhana: cobalah untuk menemukan frekuensi sejati pada masing-masing pribadi. Beningkan, jernihkan. Semakin sedikit noise-nya, insyaalloh semakin dekat dengan frekuensi asli yang juga dipancarkan oleh seseorang di sana.
KAPAN SIAP MENIKAH
Menurut penuturan salah seorang guru saya, Soekarno pernah memaknai kemerdekaan Indonesia sebagai sebuah jembatan emas. Kemerdekaan menjadi momentum yang siap tidak siap harus dilalui. Semangat seorang Marhaen harus ada pada diri bangsa Indonesia.
Marhaen, hanya mengayuh becak, gubuknya reyot, bahkan hanya dengan bermodal tikar dia berani menikah. Marhaen menikah tak perlu menunggu punya ini itu. Bangsa Indonesia pun menyatakan kemerdekaan tidak perlu menunggu ini itu. Proklamasi hanya harus dilalui.
Seorang Marhaen mungkin membutuhkan waktu dua tiga generasi untuk bisa memperbaiki taraf hidup sosialnya. Jika harus terus menunggu, kapan kira-kira momentum yang tepat untuk mengatakan "kita berjuang sama-sama ya mas" atau "insyaalloh kita perjuangkan bersama dek". Ya, barangkali justru dengan menikah itulah seorang Marhaen menemukan momentum untuk akselerasi perbaikan masa depannya.
Jomblo punya masalah, berpasangan punya masalah. Jomblo punya tanggungan, suami istri punya tanggungan. Bedanya hanyalah jomblo sendirian sedangkan suami istri bisa saling menguatkan.
Tidak sesederhana itu mas. Sederhana, jika kita seorang Marhaen. Para Marhaen terlatih hidup berbagi, suka maupun duka. Karena sesungguhnya menikah bukanlah tentang apa yang kita miliki saat ini, tapi siap atau tidak kita untuk benar-benar hidup berbagi.
Selamat hari buruh!
Milikilah semangat Marhaen. Menikahlah bukan hanya karena ingin meraih kebahagiaan di dunia. Menikahlah untuk keberlanjutan dan kebaikan generasi setelah kita. Menikahlah dan berjuanglah bersama. Jadilah teman ke surga bagi pasangan Anda.

Teruslah Berjuang

Para pendiri bangsa tak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk diam.
Kita merdeka karena kita memilih untuk berjuang.
Mereka tak pernah mengatakan, "Kita tetap saja akan kalah, senjata mereka lebih canggih."
Mereka yakin, berpikir, berstrategi, berjuang, dan berkorban.
Semua memberi dukungan meski hanya dengan sepotong sapu tangan tanpa nilai apapun selain, "Berjuang dan menanglah Mas, aku di sini menanti kepulanganmu."

Syair Lagu Mars Sleman Baik

Berbekal tekad di dadaku
Berkobar semangat bangsaku
Tak henti berbuat tuk negeriku
Terus maju ayo maju

Reff
Bersama mas Akhid Nur Setiawan
Hadirkan kebaikan raih ampunan
Bersama mas Akhid Nur Setiawan
Hadirkan kebaikan raih ampunan

Hadirkan kebaikan tuk Sleman
Sleman baik segalanya berkah
Berjuang meraih ampunan
Kepemimpinan itu amanah

Reff
Bersama mas Akhid Nur Setiawan
Hadirkan kebaikan raih ampunan
Bersama mas Akhid Nur Setiawan
Hadirkan kebaikan raih ampunan

Menghadirkan Demokrasi yang Atraktif

"Kita harus bisa mengubah demokrasi yang tadinya dianggap sebagai kompetisi berbahaya menjadi sebuah permainan yang menarik."

Pendewasaan kita menuju masyarakat terbuka dan siap berbeda pilihan memang bukan proses yang instan. Ada latar belakang dan pengalaman panjang yang membentuk cara berpikir kita. Politik dan kekuasaan mungkin masih kita samakan dengan bidak catur yang hanya berwarna hitam dan putih. Bidak atau pion hanya bisa maju lurus ke depan, berhenti jika terhalang, harus serong jika mau memakan buah catur lawan.

Di belakang bidak sesungguhnya ada bermacam buah catur lain dengan berbagai karakter beserta segala kelebihan dan kekurangannya. Mungkin Anda juga tahu bagaimana caranya melakukan trik "tiga langkah mati" untuk melawan seorang beginner. Hanya dengan memajukan seorang bidak lalu menggerakkan buah catur yang jangkauannya lebih jauh, Anda langsung bisa menusuk pertahanan lawan dan skak mat.

Yang unik dari permainan catur ialah kemenangannya tidak ditentukan melalui seberapa banyak buah catur lawan yang bisa dimakan. Pemain catur dikatakan menang jika bisa membuat sang raja dari pihak lawan ter-skak dan semua tak berkutik. Memang, mengurangi jumlah pasukan lawan termasuk salah satu strategi untuk mempermudah menyerang sang raja tapi inti permainannya bukan itu. Anda akan nampak brilian saat berhasil melakukan skak mat tanpa terlebih dahulu memakan buah catur lawan. Sayangnya inti permainan catur juga bukan itu. Dalam catur, merekayasa kondisi yang memaksa lawan untuk remis juga bisa menjadi sebuah opsi.

Sekalipun tidak pernah diiringi sorak sorai dan teriakan histeris penonton, bagi yang mengerti tentu setiap gerakan buah catur dari kedua pemain sangat dinanti detik demi detik dan terasa begitu mendebarkan. Catur menyajikan pertunjukan langkah demi langkah yang mungkin sulit dimengerti maksudnya oleh penonton. Bahkan maksud awal dari langkah seorang pemain bisa dan akan diubah setelah langkahnya direspon oleh lawan.

Durasi waktu dan skenario permainan catur sangat tak terbatas. Stamina, konsentrasi, dan konsistensi seorang pemain sangat diuji. Langkah yang terburu-buru dan terbaca lugas oleh lawan bisa membahayakan permainan. Saling pancing emosi dengan langkah-langkah liar bisa menjadi cara untuk mengenali alur berpikir lawan. Ya, kapasitas dan pola kerja lawan harus dikenali sebelum seorang pemain melancarkan berbagai serangan.

Tidak hanya dalam permainan catur, dalam sepak bola, voli, basket, karate, tinju, badminton dan permainan-permainan adu tangkas lain mengenali lawan menjadi bagian dari separuh strategi kemenangan. Terbawa ritme permainan lawan akan mengarahkan kita pada kekalahan. Kesadaran diri dan ketahanan emosi sangat penting dalam permainan-permainan adu tangkas.

Bentrok antar pemain, juga antar suporter, boleh jadi semua itu karena kurang sadarnya masing-masing pihak terhadap kenyataan bahwa pertarungan yang terjadi semata-mata sebuah permainan. Menang atau kalah bisa terjadi karena strategi. Menang atau kalah juga bisa terjadi karena keberuntungan. Yang tidak boleh terjadi ialah menang atau kalah karena kecurangan.

Lebih jauh lagi, menang atau kalah bukanlah akhir permainan. Justru saat salah satu pemain (nampak) kalah lalu berhasil membalik keadaan atau tetap berjuang mati-matian, penonton akan semakin mencintainya. Taufik Hidayat mungkin salah satu ahlinya ahli membuat emosi penggemar bulutangkis teraduk-aduk. Belakangan ada Anthony Sinisuka Ginting yang sekalipun kalah tetap dipuja sebagai pahlawan karena perjuangannya yang nggetih sampai tarikan otot penghabisan. Ada juga pembalap nyentrik Valentino Rossi yang suka kalap saat putaran lap terakhir di sirkuit.

Ya, tetap tenang dalam situasi krisis, mungkin itu yang perlu dimiliki oleh para atlet di atas. Ada pasangan ganda fenomenal di cabang bulutangkis putra Indonesia berjuluk Duo Minions yang tidak hanya tenang, mereka tetap tampil tengil dan atraktif di tengah lapangan sekalipun dalam kondisi skor tertinggal. Penonton memang tegang, tapi terhibur. Menang atau kalah para pemain idola, akhir permainan adalah standing applause dari semua penonton.

Menang ora umuk, kalah ora ngamuk. Slogan masyarakat Jawa yang bermakna "jika menang tidak sombong, jika kalah tidak berbuat onar" ini sangat patut diinternalisasikan ke dalam diri para petarung. Mungkin juga perlu diejawantahkan oleh para pendukung dengan sikap-sikap sportif. Tak boleh ada pemain takut menang karena merasa keselamatannya di luar lapangan bisa terancam. Tak boleh ada pemain takut kalah karena khawatir pendukungnya kecewa hingga melakukan aksi-aksi brutal.

Era demokrasi yang penuh ketakutan harus segera kita akhiri. Saling rusak alat peraga, saling intimidasi, saling pancing emosi, saling provokasi, saling serang pribadi, semua itu harus segera disudahi. Jika ada yang mengibaratkan pemilu seperti perang, sepertinya itu terlalu berlebihan. Kalau sekedar gimik, bolehlah, biar seru. Asal nggak kebablasan.

Yang jelas, mari kita sepakati bahwa demokrasi khususnya momentum pemilu bukanlah tempat untuk menebar teror dan ketakutan. Mari kita sajikan demokrasi yang asyik, happy, layaknya sebuah pesta. Mari kita jadikan pesta demokrasi ini beralih dari dangerous competition menuju attractive game. Demokrasi bukan suatu kompetisi yang berbahaya tapi merupakan sebuah permainan yang menarik.

Berbuatbaiklah...
Berbahagialah...
Untuk Indonesia yang lebih baik...
Untuk Sleman yang lebih baik...

Kisah Perselisihan antara Jonet dengan Gareng

Jonet dan Gareng terlibat konflik dalam begerapa hari. Konflik itu mengakibatkan keduanya tak mau saling bertegur sapa. Padahal mereka jarang sekali bersikap serius, lebih sering saling gojlog dan adu banyolan. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab untuk membuat Jonet dan Gareng semakin berselisih.

Suatu sore Jonet ditemui seseorang lalu diberi kabar bahwa Gareng memiliki penyakit di punggungnya yang sangat parah.
“Jika tidak percaya, buktikan saja!” kata orang itu.
“Gareng pasti akan menyembunyikan punggungnya jika bertemu denganmu, dia akan selalu berusaha menghindar jika ingin dilihat punggungnya,” lanjutnya.

Pada kesempatan lain orang itu menemui Gareng lalu memberitakan bahwa Jonet terkena penyakit parah. Jonet seperti dirasuki vampir.
“Jika tidak percaya, buktikan saja!” kata orang itu.
“Tapi ingat, kalau ketemu Jonet, jangan sampai kamu membelakangi Jonet karena dia pasti akan berusaha menggigitmu dari belakang,” pesan sang pembawa berita.

Pertemuan antara Jonet dengan Gareng akhirnya terjadi pada suatu sore di angkringan Wisben. Benarlah semua sabda orang tak bertanggung jawab itu. Jonet senantiasa mencari punggung Gareng. Gareng berusaha untuk tidak pernah membelakangi Jonet. Nampak nyata Jonet seperti selalu ingin menggigit gareng dari belakang. Gareng seperti selalu menyembunyikan punggungnya.

Kabar bahwa Jonet berpenyakit seperti vampir hingga selalu mencari lengahnya Gareng dari belakang serta berita bahwa Gareng berpenyakit parah di punggungnya hingga tak mau dilihat akhirnya mendapat konfirmasi. Keduanya saling membenarkan kabar dari orang tak bertanggung jawab itu. Sempurnalah pekerjaan syetan menanamkan benih permusuhan pada dua orang yang tadinya bersaudara, bahakan yang sebelumnya mereka adalah sahabat dekat.

Beruntung sekali ada orang seperti Wisben si pemilik angkringan yang bisa melihat kondisi dua pelanggannya secara objektif dan lebih arif. Wisben sangat yakin bahwa dua bersahabat itu hanya dikerjai oleh orang tak bertanggung jawab. Ya, mungkin juga seorang Wisben punya logika sederhana: jika Jonet dan Gareng bertengkar angkringannya akan kehilangan dua pelanggan loyal. Selain itu beresiko juga pelanggan lain akan pergi dari angkringannya karena selama ini Jonet dan Gareng lah yang membuat suasana angkringannya selalu gerr.

Pesan moral:
1. Jangan bertengkar dengan saudaramu hingga mendiamkannya lebih dari tiga hari.
2. Jangan percaya begitu saja berita tentang saudarau saat dalam kondisi jiwa tidak tenanag atau pikiran tidak jernih.
3.Jangan lebih percaya ucapan orang lain dibanding ucapan saudaramu sendiri
4. Jangan mengedepankan rasa curiga, utamakan untuk selalu berprasangka baik pada saudaramu.
5. Jangan menilai saudaramu hanya dari yang nampak. Dalam bahasa sosiologi ada istilah “the subjective meaning of action”. Dua perilaku yang sama bisa memiliki makna tersendiri.
6. Untuk bisa bersaudara dengan baik, tidak cukup hanya dengan mengenali, perlu memahami.
7. Jika mengalami konflik dengan saudaramu, carilah penengah yang arif.
8. Damaikanlah jika mengetahui ada di antara dua saudaramu sedang berselisih.

Perintah Alloh dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu. Dan takutlah pada Allah supaya kamu dirahmati.’ (Al Hujurat: 10)

 Surat Al Hujurat ayat 12 artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.”

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Bukhori/ Muslim)

Semoga kita senantiasa dikaruniai rasa lapang terhadap saudara kita, dada yang selamat, dan prasangka yang baik.