Mungkin Memang Sebaiknya Kita Berpisah

Malam itu seakan tiada raut kesedihan sama sekali di wajah kami. Kami saling melebarkan senyum bahkan tawa di malam perpisahan itu. Bukan karena pertemuan kami selama ini kurang berkesan, sungguh, ukhuwah yang terjalin sangatlah indah dan klasik, kami tersenyum karena malam itu akan menjadi awal babak baru dalam hidup kami.


Ustadz Cholid Mahmud ketika itu berkata, "Saya justru senang antum semua sudah tidak akan di sini lagi." 
Kalimatnya lebih panjang dari itu, intinya perpisahan kami, selesainya masa tinggal kami di asrama, kembalinya kami ke wilayah masing-masing, menyebarnya kami ke penjuru-penjuru negeri bukanlah suatu hal yang perlu ditangisi. Kebersamaan memang tak kan ada lagi, rangkaian kenangan akan terhenti, tapi dengan itu Islam akan semakin bersemi di berbagai belahan bumi. Yah, artinya para da'i dengan dakwahnya akan segera melakukan ekspansi.


Diutusnya para sahabat ke berbagai negeri oleh Rosululloh menjadi hujjah kami. Berpisah bukan akhir segalanya karena kami sama-sama berharap untuk menuju surga, bertemu di sana. Surga itu bukan di barat atau di timur tapi di ujung perjalanan suci kita. Kami siap berpencar untuk bersatu.

"Tidak selayaknya orang-orang sholih itu berkumpul hanya di satu tempat. Bangunan itu kokoh bukan dengan satu tiang besar tapi dengan tiang-tiang yang tersebar beraturan," kira-kira begitu kata ustadz Cholid Mahmud yang merupakan lulusan Teknik Sipil UGM.

Berpisah dengan sahabat dakwah seringkali menjadi keharusan. Siapa yang syahid lebih dulu adalah kepastian. Tak perlu sedih menghadapi perpisahan, insya'alloh kita akan bertemu lagi, asal kita istiqomah sampai ujung jalan. Kita akan kembali dipertemukan dalam kesempatan yang lebih indah, jika tidak di dunia, mungkin di surga-Nya.


Lima tahun liqo' 
Belasan anggota datang pergi 
Sekali ganti murobbi 
Akhirnya kini aku yang harus pergi 
Ikhwati, mari saling mendoa, moga istiqomah, ingat aku dalam robithohmu 
Maaf jika aku banyak salah 
Terima kasih atas banyak pelajaran berharga 
Insya'alloh kalo aku nikah nanti, kalian kuundangi :D

Undangan Nikahku ^_^

Entah seperti apa proses pasti sebelumnya, yang jelas kini aku memegang undangan nikahku. Aku masih diliputi haru, seakan semua terjadi begitu saja. Yah, namaku dan nama seorang wanita tertulis dengan tinta hitam di sebuah undangan yang selama ini biasanya bertuliskan nama-nama temanku. Selembar kertas coklat keemasan dengan bentuk segi empat sederhana seukuran kartu pos akan menjadi pertanda awal kehidupan baruku.

Dalam bingkai outline hitam seperti undangan nikah pada umumnya terdapat namaku tanpa gelar dan namanya. Namanya, nama calon istriku terdiri atas dua frasa. Frasa nama depannya lebih pendek dari frasa nama belakangnya. Siapa? Masih rahasia... :P

Subhanalloh... Ya Alloh, inikah rasanya? Aku masih tak percaya. Akhirnya selesai juga penantian panjangku. Akhirnya kutemui juga bidadari separuh agamaku. Alloh... Aku bersyukur pada-Mu... Memang kehendak-Mu melebihi dahsyatnya rencana siapapun. Semoga tiap debaran di dadaku ini menjadi ibadah dalam pandangan-Mu... Ridhoi langkah kami ya Robb... Kekalkanlah ikatan ini hingga di surga-Mu...


Kuulang-ulang membaca nama calon istriku yang tertulis dalam undangan. "Ternyata kamu jodohku. Sebelumnya aku tak pernah mengenalmu. Koq bisa ya?" 

Ah, aku jadi tersipu sendiri. Bapak ibuku yang berlalu di belakangku tak kuhiraukan. Aku masih mengulang-ulang membaca nama calon istriku, kueja perlahan dan coba kuhafalkan. Di depan meja komputer aku terpaku.


Subhanalloh... Sungguh sensasi yang luar biasa... Aku benar-benar bersyukur ya Alloh... Meski akhirnya adzan shubuh membuyarkan semuanya... :D

(Mimpiku malam Selasa 23 Februari 2010, semoga segera nyata... Aamin... ^_^)

NB: sayangnya sekarang aku tidak ingat lagi dua frasa itu... :P

Permainan Kotor Menjelang PEMILUKADA Sleman 2010

Malam itu Kamis 21 Januari 2010 kami selaku pengurus baru Taruna Karya Kring X Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman bermaksud melakukan sosialisasi susunan pengurus beserta program yang kami susun dalam rapat bulanan warga dusun. Sebelum masuk forum kami dipanggil oleh salah seorang warga yang mengatakan bahwa dirinya membawa pesan dari calon independen kandidat bupati sleman. Beliau mengajak kami diskusi mengenai tawaran dana sebesar Rp 600.000,00 untuk fotokopi KTP semua anggota organisasi kepemudaan Taruna Karya di dusun kami. KTP tersebut akan digunakan sebagai syarat pendaftaran calon pasangan bupati Sleman pada PEMILUKADA Sleman tahun 2010-2015.

Ketua kami sempat agak bingung namun akhirnya saya sebagai ketua III menegaskan untuk menolak tawaran tersebut. Setelah beradu argumen cukup lama pembicaraan itu berakhir dengan kesimpulan bahwa organisasi kami sama sekali tidak akan menerima uang kotor itu. Jika perlu dana kami bisa mengajukan proposal ke PEMDA dan memang sudah beberapa kali proposal kegiatan kami memperoleh dana dari Dana Pemberdayaan Masyarakat PEMDA Sleman. Sesungguhnya anggaran dana pemberdayaan masyarakat yang dianggarkan DPRD dan PEMDA Sleman sangat banyak, hanya saja masyarakat seringkali tidak tahu cara mengaksesnya.

Pada kesempatan lain saya diberi tahu kasus serupa di dusun teman saya, satu KTP dihargai Rp 20.000,00. Betapa menyedihkan para calon pemimpin kita, logika politiknya masih logika uang. Ada yang lebih membuat kita prihatin yaitu pemaparan dari teman saya yang bekerja sebagai seorang guru. Waktu itu para guru melaksanakan upacara di PEMDA Sleman. Seusai upacara guru-guru yang mulia itu ditawari Rp 10.000,00 untuk setiap fotokopi KTP mereka. Tujuannya serupa, sebagai syarat mendaftarkan calon bupati Sleman. Teman saya yang usianya sudah cukup dewasa itu telah memahami kekotoran perilaku tim sukses cabup-cawabup tersebut sehingga mengatakan, “Lha kalo seperti ini kan model-model jaman orde baru! Saya nggak mau!”

Kejadian memalukan terhadap para guru tersebut kemudian dilaporkan oleh teman saya kepada salah seorang anggota dewan yang selama ini di DPRD Sleman terkenal sangat anti terhadap uang-uang atau dana tidak jelas seperti itu. Setelah mendapat laporan dari teman saya, pak Huda Tri Yudiana segera menelfon oknum yang menjadi koordinator pengumpulan KTP pada hari itu dan memarahinya.

Inilah fakta menyedihkan bahkan sebelum kita semua melangkah dalam PEMILUKADA Sleman 2010-2015. Jika pengumpulan KTP saja sudah memakai uang, apa jadinya pada pemungutan suara nanti? Bukan tidak mungkin masyarakat Sleman mengulangi kesalahan masa lalu yaitu memilih pemimpin yang pada akhirnya terjerat kasus korupsi hingga harus masuk bui.

Semoga kita semua bisa waspada dan hati-hati terhadap perilaku kotor calon pemimpin yang sebenarnya hanya membodohi masyarakat dengan logika uang. Mari kita sukseskan PEMILUKADA Sleman pada tanggal 23 Mei 2010. Pilihlah pemimpin bersih yang mencari simpati bukan dengan uang tapi dengan karya-karya mereka. Semoga Sleman Sembada!!!

Cinta Rosul

Sejenak sebelum tidur saya bernostalgia mengenang masa lalu ketika masih berusia sekitar SD atau SMP. Seperti judul tulisan ini, saya mengingat-ingat sebuah kaset yang dulu benar-benar menginspirasi saya untuk berlaku layaknya judul kaset itu: "Cinta Rosul". Waktu itu saya senang sekali menemukan sebuah kaset sholawat di toko kaset dekat pasar Pakem. Kaset bersampul hijau gelap disertai sebuah buku syair sholawat berisi kumpulan sholawat yang dilantunkan Hadad Alwi, tak tergambarkan betapa senangnya memutar kaset itu sembari menyimak syairnya. Kaset itu saya putar berulang-ulang tanpa bosan. Nasyid paling berkesan di kaset itu adalah "Al-I'tirof", sangat menyentuh hati saya.

Beberapa saat kemudian muncul album baru yang semakin membuat saya girang, "Cinta Rosul edisi Anak-Anak" dilantunkan Hadad Alwi dan Sulis. Entahlah, sukar sekali menggambarkannya. Ingin rasanya merasai kembali suasana ketika itu. Dulu saya selalu menanti-nanti saat untuk pergi ke toko kaset dan membeli album baru dan seterusnya. Apa daya, hanya dua atau tiga album Cinta Rosul yang dapat saya koleksi. Entah sekarang di mana, saya lupa bagaimana kesukaan saya pada Cinta Rosul memudar, sepertinya tergantikan lagu-lagu pop.

Cinta Rosul menjadi "booming" karena itulah satu-satunya kaset kumpulan sholawat yang enak didengar oleh anak-anak pada saat itu. Hits "Yaa Thoyyibah" dan "Ummi" bahkan iramanya terngiang di mana-mana. Sampai saat ini mungkin Cinta Rosul telah melekat sebagai khas untuk memanggil anak-anak berangkat TPA. Tidak hanya itu, bahkan irama nasyid "Yaa Thoyyibah" digubang para pecinta lagu dangdut menjadi "Bang Toyib" atau lagu Gigi "Pintu Sorga".

Hadad Alwi dan Sulis dengan sederetan album Cinta Rosul telah menginspirasi banyak anak-anak ketika itu, termasuk saya. Anak-anak jadi suka sholawat dan cinta rosul, bahkan nasyidnya diajarkan pada mereka oleh para asatidz di TPA.

Sekarang? Jangankan syair sholawat, telinga anak-anak mungkin telah pekak dengan lagu-lagu dewasa pelemah hati pembunuh iman. Astaghfirulloh...

Status Quo Iman

Dalam pelajaran sejarah kita menemukan peristiwa Rengas Dengklok yang dilanjutkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Golongan muda mendesak golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan ketika Indonesia mengalami status quo. Status quo terjadi setelah Jepang mendapat serangan dari Amerika di Hirosima dan Nagasaki. Luluh lantaknya dua kota di Jepang itu membuat cengkraman Jepang terhadap Indonesia melemah. Akhirnya tidak ada kekuatan pasti yang mengklaim dirinya sebagai penjajah dan penguasa Indonesia, tidak Jepang tidak pula Belanda. Kekosongan kekuasaan tersebut yang dimanfaatkan sebagai momen oleh golongan muda untuk bangkit, mengajak seluruh Indonesia bangkit memproklamasikan kemerdekaan bangsa.

Seperti dalam politik, status quo bisa terjadi dalam keimanan seseorang. Iman tidak sedang naik atau turun, tidak sedang taat atau maksiat, diam. Yah, hati tidak sedang berpihak pada kebaikan, tidak pula pada keburukan. Kita semua tentu pernah mengalaminya.

Suatu saat ghiroh keislaman kita turun, futur. Ibadah-ibadah terasa hambar dan membosankan. Enggan rasanya diri kita memberi kemanfaatan bagi umat. Syuro jumud tanpa ide dan usul sama sekali. Pertanda akan berakhir kah "karir" kita sebagai seorang muslim? Inikah saat seorang dai harus menyambut masa pensiun yang datang lebih dini sebelum mati? TIDAK! Katakan TIDAK! Sekali-kali TIDAK! Harapan itu masih ada!

Apa yang bisa kita lakukan saat terjadi status quo pada keimanan kita?

Pertama, yakinlah bahwa kefuturan itu termasuk salah satu cara Alloh mentarbiyah kita. Bayangkan seorang dai yang tidak pernah futur, boleh jadi ia akan menjelma sebagai manusia super sombong. Alloh menakdirkan kita futur, syukurilah. Mungkin itu diberikan Alloh agar kita kembali ingat bahwa kita ini dhoif, tiada daya dan upaya kecuali dari Alloh.

Kedua, yakinlah bahwa kita akan bisa "melompat lebih tinggi" setelah masa futur kita habis. Insya'alloh futur ada batasnya, pasti. Selagi kita menyadari bahwa kita sedang futur, selama kita masih rindu hidayah, selama nostalgia dakwah masa lalu masih membuat kita terharu, berarti Alloh masih menginginkan kebaikan dan perbaikan dalam diri kita. Futur merupakan masa bagi seorang dai untuk introspeksi diri. "Tak semestinya aku begini, dulu aku melakukan kebaikan lebih dari ini, aku harus bisa lebih baik lagi!"

Melompatlah lebih tinggi! Kematangan pribadi akan kita peroleh setapak demi setapak. Jika pasca futur kita bisa kembali seperti dulu lagi, itu artinya lebih baik. Kondisi yang sama sebelum futur dengan sesudah futur itu tidak sama. Kondisi pasca futur insya'alloh bernilai lebih baik meskipun secara dzohir sama. Itu karena tempaan futur telah memperbaiki makna dan ruh menjadi lebih matang. Inilah tarbiyah, senantiasa ada perbaikan.

Ketiga, paksa! Iman seseorang pasti diuji. Jika kita berhasil melewatinya berarti kita lulus. Dengan memaksa diri agar tetap istiqomah dan tidak semakin futur, kita termasuk golongan mujahidin, mereka yang berjihad dan bersungguh-sungguh. Terkadang fisik atau jasad yang sudah merasa tidak mampu bisa tetap bertahan ketika jiwa pemiliknya tetap merasa mampu. Sesungguhnya kita sendiri yang membuat batasan tidak mampu pada diri kita. Jika kita memaksa, batasan itu bisa kita perlebar dan seterusnya. Prinsip kerja otot binaraga yang semakin besar itu adalah merusak sel-sel yang ada lalu membiarkan sel baru yang lebih kokoh untuk menggantikannya. Pada saat "merusak" memang akan terasa sakit dan terkesan memaksa diri namun hasilnya adalah jaringan otot baru yang lebih kokoh dan besar. Sekali lagi, perbaikan!

Keempat, ganti aktivitas 'ubudiyah nafilah dengan sunnah nafilah yang lain. Sungguh, ibadah sunnah dalam Islam amatlah banyak. Dzikir, sholat, puasa dan ibadah lain yang diajarkan Rosululloh jumlah dan macamnya sangat bervariasi. Kita bebas memilih ibadah tambahan apa yang ingin kita kerjakan. Ini boleh-boleh saja selama ibadah tersebut benar dituntunkan oleh Rosululloh. Misalnya sedang bosan puasa senin kamis, ganti dengan sholat dhuha, ganti dengan dzikir. Bosan sholat dhuha, ganti dengan baca alqur'an dan sebagainya. Seorang ulama pernah mengatakan bahwa beliau pernah tidak sholat malam selama empat puluh (hari/ tahun), maksudnya beliau mengganti sholat malam tersebut dengan ibadah nafilah lain. Dalam sebuah hadits (kalau tidak salah) disampaikan bahwa Alloh membagi amal kebaikan pada manusia sebagaimana membagi rizki. Jadi, variasikan ibadah kita karena tidak mungkin semua amalan sunnah bisa kita lakukan seluruhnya.

Kelima, jangan pernah tinggalkan yang wajib! Pada kondisi keimanan yang sangat rendah, pastikan bahwa kewajiban-kewajiban kita pada Alloh menjadi batasan minimal aktivitas 'ubudiyah kita. Sefutur-futurnya seorang muslim, ibadah wajib tidak boleh ditinggalkan. Sefutur-futurnya seorang dai, halaqoh pekanan tidak boleh ditinggalkan. Kewajiban itulah yang mungkin akan menjaga kita tetap dalam Islam dan istiqomah di jalan hidayah, sekalipun sedang futur.

Keenam, pertahankan status quo! Jika kita benar-benar tidak punya ghiroh sama sekali untuk melakukan kebaikan, jangan melakukan kemaksiatan atau keharoman. Tetaplah diam pada kondisi itu, jangan ganti kebaikan dengan maksiat. Dalam hadits Arba'in Nawawi ada yang berbunyi "...wa atbi'issayyiatal hasanata tamhuhaa...", ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu menghapus keburukan. Bagaimana kira-kira jika kebaikan diikuti atau diganti dengan keburukan? Benarlah perumpamaan hati bagai sebuah cermin bening, tiap kali bermaksiat akan muncul satu noktah hitam dan seterusnya hingga akhirnya hati kian buram dan mati. Jadi tetaplah pertahankan status quo, tidak berbuat baik, tidak juga bermaksiat, diam.

Ketujuh, lakukan hal-hal mubah untuk menghibur diri sekadarnya. Konon jika para masyayikh sedang jumud dan turun semangat ibadahnya, mereka mengundang teman-teman mereka yang lain untuk berpesta dan makan-makan. Ada tapinya, tapi setelah itu mereka bergegas kembali pada tugas utama dan melejitkan ibadah melebihi sebelumnya. Poin penting yang perlu kita perhatikan adalah silakan mengerjakan hal-hal mubah sekadarnya lalu kembali kepada tugas utama. Silakan makan, tidur, berhibur halal, jalan-jalan, rihlah, silaturohim, bernasyid, nonton TV, film, dsa tapi segera pula kembali pada kemerdekaan iman.

Mari kita nikmati masa-masa futur kita tapi segera manfaatkan status quo untuk memproklamasikan diri meraih iman yang lebih matang. Status quo memang sunnatulloh, semua manusia pasti mengalaminya, bahkan Rosululloh. Mungkin kita ingat sejarawan menulis dan mengistilahkan 'Ammul Huzni dalam perjalanan dakwah Rosululloh. Kesedihan Rosululloh ketika kehilangan dua orang yang amat dicintai dalam waktu yang berdekatan menjadikan dakwah nampak lesu bahkan wahyu dari Alloh tidak kunjung datang. Setelah kesedihan atas meninggalnya paman dan istri beliau Khodijah yang keduanya merupakan pendukung dakwah Rosululloh, Alloh kemudian memberikan perjalanan wisata luar biasa pada Rosululloh.

Rosululloh dihibur dan ditarbiyah melalui Isro' Mi'roj yang sudah kita ketahui bersama kedahsyatannya. Status quo berubah berpihak pada dakwah seusai kejadian itu. Turunnya perintah sholat lima waktu tentu menjadikan iman umat muslim ketika itu melejit. Bisa kita bayangkan jika masa itu adalah masa dakwah yang cukup redup, seketika dalam semalam berubah menyala-nyala karena ada instruksi langsung dari Alloh berupa perintah sholat beserta narasi perjalanan Rosululloh dari Makkah ke Baitul Maqdis lalu ke Sidrotul Muntaha, dalam satu malam! Allohu akbar!

Harapan itu masih ada! Akan selalu ada! Selama hayat masih di kandung badan!
Allohu a'lam...

Luruskan niat, terus berkarya dan tetap semangat! :D
(inspired by KRPH Masjid Mardliyah with ustadz Sholihun, 30/01/2010)

Landasan Syar’i Mengupdate Status Facebook

Saya belum punya kapasitas untuk istidlal (mengambil dalil mengenai suatu perkara) dan sama sekali tidak punya hak ijtihad dalam masalah Facebook. Hanya saja saya ingin menyampaikan alasan kenapa saya (jadi) hampir setiap hari mengupdate status di Facebook.

***Diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Umar rodhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah dibenarkan bagi seorang muslim yang dia itu mempunyai sesuatu untuk dia wasiatkan, sampai berlalu dua malam, kecuali baginya adalah menulis wasiat itu –kecuali wasiat itu tertulis di sisinya-“ (Muttafaqun ‘alaih. Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim) di dalam riwayat Muslim, Rosulullohu shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “lebih dari tiga hari”. Ibnu ‘Umar berkata, tidaklah berlalu satu malam pun semenjak aku mendengar sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tersebut kecuali senantiasa wasiatku ada di sisiku.***

Hadits ini pula yang pada waktu itu menjadi alasan kuat saya untuk melanjutkan pengelolaan blog di PEJUANGPERADABAN.BLOGSPOT.COM.

Betapa sia-sianya akun Facebook kita jika hanya diisi dengan “sampah” pribadi. Naif sekali jika status kita hanya berisi diskusi “kentut sosial” (istilah teman saya). Oh meruginya jika fasilitas ini tidak menjadi salah satu jalan kita memperoleh kemuliaan di akhirat.

Beberapa sahabat saya pernah meniatkan untuk menghapus akun Facebook mereka dengan alasan bahwa aktivitas yang SIBUK (sedikit-sedikit fesbuk) telah begitu mengurangi produktivitas. Bagi saya, biasa saja, asal setiap kali mau log in kita meluruskan niat, “Kalo nggak dapet manfaat maka harus ngasih manfaat”. Dengan begitu tak perlu berlama-lama online, cukup dalam rentang waktu manfaat.

Setelah menimbang-nimbang kembali kemanfaatan Facebook, saya selalu berusaha memastikan bahwa apa yang saya tulis (status, catatan, komentar, dsb) adalah kata-kata bermanfaat dan berpengaruh bagi jiwa sehingga bisa menggerakkan orang untuk mengerjakan kebaikan. Tidak masalah jika tiap hari kita mengupdate status asal status itu bernilai manfaat dan masuk kategori tawashou (berwasiat yang baik).

Jika mempunyai nasihat, jangan pernah menyimpannya tapi sampaikanlah pada orang lain, tulislah. Tulis nasihat kita dalam sebuah buku atau apapun. Mungkin juga seperti yang cukup sering saya lakukan, menanti mata terpejam sambil menulis menggunakan HP dan mengirimkannya ke Facebook. Ketika menulis di komputer desktop terasa menjenuhkan, menulis di HP terkadang lebih bisa rileks dan mengalir. Menurut saya hal tersebut merupakan salah satu kemanfaatan kecil yang bisa saya lakukan untuk orang lain. Yah, berusaha memberikan kontribusi pada umat semampu saya melalui status Facebook.

Merangkum hikmah sehari pada sebuah status, apa susahnya? Seharian menjalani hidup pasti ada hikmah dan nasihat yang bisa kita tulis atau kita sampaikan pada orang lain untuk dibaca. Alhamdulillah, saat ini ada fasilitas yang tidak hanya menyimpan tulisan nasihat kita tapi juga mengizinkan orang lain membacanya bahkan menyebarluaskannya. Siapa tahu Alloh memberikan hidayah pada seseorang melalui tulisan ringan kita dan itu pahalanya sangat istimewa.

Saya bukan menyeru untuk meramaikan Facebook yang katanya termasuk produk orang Yahud tapi mengajak saling menasihati. Ayolah kawan, gunakan segala yang ada di dunia ini untuk memperoleh credit point di akhirat. "Dengan fasilitas/ modal seadanya, raih pahala sebanyak-banyaknya". Itu prinsip ekonomi seorang muslim.

Satu lagi, yang kita cari bukan berapa banyak yang “nge-like” atau mengomentari postingan kita. Orang lain membaca lalu tergugah hatinya, itu sudah cukup, tidak perlu “delivery report”. Baiklah, saya kira kita sudah cukup bijak untuk memilih. Allohu ghoyatunaa...

LURUSKAN NIAT, TERUS BERKARYA DAN TETAP SEMANGAT! :D