Ahli Al Quran Jangan Banyak Bersila!

 Ahli Al Quran Jangan Banyak Bersila!

Oleh Akhid Nur Setiawan


Dalam suatu kuliah subuh kami diminta oleh penceramah untuk mendengarkan materi sambil duduk tahiyat, tidak boleh ada jamaah yang duduk bersila. Beliau berpesan bahwa duduk bersila membuat tulang ekor menjadi penumpu seluruh beban tubuh. Dalam dunia kesehatan tulang ekor yang terletak di ujung paling bawah tulang punggung disebut rajanya tulang. Banyak gangguan kesehatan bisa muncul jika raja tulang tersebut tidak dijaga. Duduk tahiyat merupakan duduk paling aman untuk tulang ekor.


Saya teringat Kang Kamal, guru ngaji saya waktu di pondok. Setelah kami menyelesaikan Al Fatihah, pelajaran berikutnya yang beliau sampaikan adalah bagaimana membaca bacaan tahiyat dan bagaimana cara duduknya. Konon duduk tahiyat adalah cara duduk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat menghadap Allah subhanahu wa ta'ala dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Tahiyat bisa dibilang duduk paling sopan, duduk penghormatan, duduk paling elegan.


Guru saya yang lain mengajarkan posisi membaca Al Quran paling bagus ialah sambil duduk tahiyat. Berbagai keutamaan dijanjikan kepada orang yang selesai shalat lalu membaca wirid tanpa mengubah posisi duduk tahiyatnya. Posisi duduk malaikat Jibril yang menyamar sebagai manusia berpakaian serba putih dengan rambut yang sangat hitam lalu menanyakan pelajaran-pelajaran tentang iman, islam, ihsan, dan hari kiamat di majelis Nabi dan para sahabat juga dikabarkan sebagai posisi tahiyat. Malaikat Jibril duduk menempelkan kedua lututnya kepada lutut Nabi lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya.


Makna sanad boleh jadi berasal dari kata "fa asnada" di riwayat tersebut, dalam kalimat "fa asnada rukbataihi ila rukbataihi" yang artinya mendekatkan, menempelkan antara lutut dengan lutut. Orang yang memiliki sanad atau ketersambungan tentu orang yang pernah bertemu lutut. Ketika talaqqi Al Quran, guru dan murid dianjurkan saling menatap dalam posisi yang amat dekat sebagaimana posisi Nabi dan malaikat Jibril waktu itu. Allahu a'lam.


Sekian waktu berlalu dari kuliah subuh itu saya bertemu dengan seorang guru kebugaran. Salah satu tugas yang beliau pesankan di kelas yang saya ikuti ialah: hindari duduk bersila! Tiba-tiba saya tersadar bahwa segala pesan mengenai duduk tahiyat dari guru-guru saya sebelumnya agak terabaikan selama saya menjadi guru Al Quran.


Saya memiliki berat badan yang lumayan berlebih dari berat badan ideal. Posisi duduk tahiyat menjadi agak sulit dilakukan dalam jangka waktu lama dibanding posisi bersila. Mungkin itu yang membuat saya lalai dari cara duduk yang diajarkan guru-guru Al Quran saya.


Belum sampai dua pekan saya ikuti tugas dari guru kebugaran saya, ada perubahan berarti yang saya rasakan. Memang setiap mengajar akhirnya saya kerepotan menghindari duduk bersila, harus sering menukar posisi kaki kanan dan kiri untuk mengganti tumpuan duduk, tapi efeknya luar biasa. Atas izin Allah keluhan sakit pinggang saya sangat berkurang.


Biasanya setelah seharian mengajar saya bangkit dari duduk dengan menahan sakit di pinggang dan punggung bagian bawah. Rasanya seperti salah urat dan nyeri sekali. Setelah menghindari bersila dan berusaha memperbanyak duduk tahiyat, alhamdulillah rasa sakit itu perlahan mereda.


Rupanya anjuran tidak banyak duduk bersila sejalan dengan pesan KH Abdul Qoyyum Manshur, ulama kharismatik pengasuh Pondok Pesantren An Nur di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Beliau dhawuh, "Orang yang menghafal Al Quran, ketika nderes atau sedang setoran hafalan, sebaiknya jangan sering duduk bersila! Jangan sering bersila! Adakalanya duduk di kursi atau berbaring bersandar tembok dan berdiri. Banyak dari hafizh Al Quran kesehatannya terganggu atau terkena penyakit ginjal karena terlalu lama duduk bersila. Ini penting diperhatikan bagi para penghafal Al Quran."