Akhwat Naik Ojek

Jadi pengen nulis kisah ini setelah tadi siang menceritakannya pada teman saya ketika chatting. Ini adalah kisah yang diceritakan oleh teman saya yang dulu satu SMA dengan saya dan sekarang sudah lulus kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di Bandung. Konon ini kejadian nyata di kampusnya.

Sekitar pukul sebelas malam seorang ukhti aktivis dakwah hendak pulang dari kampus setelah sekian waktunya dihabiskan untuk mengurusi masalah umat. Apa patut seorang wanita pulang semalam itu? Entahlah, demi dakwah katanya...

Sang ukhti kebingungan menempuh jalan pulang. Ia tidak naik kendaraan pribadi, tentunya juga sudah tidak ada kendaraan umum pada malam yang selarut itu. Tanpa rasa enggan akhirnya ojek menjadi pilihan, daripada nginep di kampus??

Pelan-pelan abang tukang ojek mengendarai motornya dengan sang ukhti duduk menyamping di jok belakang. Nampak tak ada pembicaraan di antara dua insan non mahrom yang berboncengan motor itu. Koq bisa ya, boncengan sama yang bukan mahromnya? Darurat! katanya.

Sesampai di rumah tempat tinggalnya ukhti itu mengucapkan terima kasih pada abang tukang ojek sembari menyodorkan ongkos ojek. Apa yang terjadi? Abang tukang ojek menolak uang pemberian sang ukhti. Ukhti itu heran, dipaksalah abang tukang ojek menerima ongkos itu.

Abang tukang ojek tetap menolak uang ongkos ojek dari sang ukhti. Abang tukang ojek membuka kaca helmnya. Sang ukhti deg-degan disertai perasaan sedikit takut. Jangan-jangan kenapa-kenapa, jangan-jangan abang ini jahat, jangan-jangan aku mau diapa-apain...

Jreng! Jreng! Jrengnggg!!!! Abang tukang ojek itu ternyata berjenggot. Abang tukang ojek itu berkata, "Afwan ukhti, lain kali kalo pulang jangan malem-malem..."
Gubraakakakkk!!!!!! Ternyata abang tukang ojek itu seorang ikhwan aktivis dakwah di kampus sang ukhti.
Tuh, makanya jadi akhwat tu usahakan bisa mengendarai mobil, motor, minimal sepeda lah... Dan yang lebih penting, jangan suka pulang malem. Sebenarnya maghrib itu sudah terlalu malam bagi seorang wanita aktivis dakwah untuk tetap berada di luar rumah. Banyak fitnah di luar sana ketika malam hari hingga dalam surat Al-Falaq Alloh memerintahkan kita berlindung pada-Nya dari waktu malam apabila gelap.

Wallohu almusta'an...

Bersemangatlah Melakukan Amal Baik

Bersemangatlah melakukan amal baik meskipun nampak kecil dan ringan karena hal itu bisa membuka jalan bagi amal-amal baik yang lain. Sebaliknya, jangan coba-coba mencicipi suatu amal buruk karena hal itu bisa membuka jalan bagi amal-amal buruk yang lain.
(Wasiat Abu Kholid bin Jamal Assulaimani)

Aku Masih di Sini untuk Setia

"Saya teringat pada waktu tahun 90-an. Saat itu banyak aktivis dakwah yang meninggalkan Jogja karena ada tawaran kerja di perusahaan-perusahaan besar di luar Jawa akan tetapi sebagian tetap bertahan di Jogja. Ya, sebagian memilih melanjutkan pengembangan dakwah di Jogja, memilih bersabar bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan sore hari, mereka tidak berpaling pada dunia," itu kata ustadz kami seusai membahas salah satu ayat dalam surat Al-Kahfi dalam kajian jelang buka puasa Romadhon 1430 H.

Selengkapnya ayat yang dimaksud adalah "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)

Ada rasa haru tersendiri jika kita mendengar kabar bahwa sahabat dakwah kita yang sudah begitu akrab hendak pulang kampung ataupun hijrah ke kota lain nan jauh dari kita. Di satu sisi ada harap akan kebaikan yang lebih baik dari ketika dia bersama-sama dengan kita namun di sisi lain ada khawatir bahwa semua akan berubah tidak seperti yang diharapkan semula. Antara bahagia dan sedih: kita bahagia karena sahabat kita memperoleh sebuah kebaikan dari Alloh dan kita sedih karena sahabat dakwah tak akan lagi di sisi.

"Teman-teman saya tu sudah pada ke luar negeri, kuliah di mana, kerja di mana, saya koq dari dulu masih di sini aja ngurusin DPC, hahaha!" kelakar seorang sahabat saya pada suatu ketika. Beliau memang telah beberapa tahun 'menunda' kelulusan kuliahnya sehingga sampai berkata seperti itu. Hanya tawa yang bisa kami luapkan bersama karena tak cukup syar'i menjadikan dakwah sebagai kambing hitam. Kami buang jauh-jauh kalimat "Kalau saja tidak perlu berdakwah dan terlibat amanah-amanah ini mungkin sekarang kita sudah sukses melanglang buana."

Hidup memang penuh dengan pilihan, bukan berarti mereka yang pergi itu berpaling pada dunia dan meninggalkan dakwah. Mereka pergi untuk kembali dengan dakwah yang lebih powerful. Bukan berarti juga yang bertahan di kampung halaman lantas akan terus-menerus berada di jalan dakwah. Inilah pentingnya mengokohkan niat, niat sungguh menentukan makna kehadiran kita di suatu tempat.

Abu Zubaidin Al-Yaami rohimahulloh mengatakan, "Niatkanlah untuk kebaikan, semua perkara yang engkau lakukan sampai-sampai pergimu ke tempat sampah." Dikutip dari Jami'ul 'Ulum wal Hikam, 70/I (SMS dari seorang kawan)

Berhati-hatilah dengan niat hijrah kita, resapi betul hadits Arba'in An-Nawawi urutan pertama. Niat bisa membatasi antara dunia dengan akhirat. Jika kita mengharap akhirat, kita akan mendapatkan akhirat bahkan insya'alloh kita juga akan mendapatkan dunia yang tak pernah kita harapkan. Jika kita mengaharap dunia, alih-alih akhirat, dunia pun mungkin bisa jadi justru tak akan didapat.

Jangan pernah hijrah hanya karena dunia yang kita inginkan, apalagi berpaling dari dakwah karena dunia yang hina. Tidak elok sama sekali jika kita hijrah lalu kehilangan keringat peluh lelahnya berdakwah. Tentunya kita tak mau kehilangan nikmat itu, nikmat iman, nikmat hidayah, nikmat dakwah, berlelah-lelah dalam dakwah itu indah! Sekali lagi, niatkanlah untuk Alloh. Boleh jadi substansinya sama namun nilainya berbeda, yang membedakannya adalah niat.

Teruntuk sahabat-sahabat dakwahku, semoga Alloh senantiasa membersamai kita, meridhoi dan memberikan barokah pada kita semua di manapun kita berada. Saya memilih di sini, tetap di sini, tetap di kampung halaman saya, bukan berarti menafikan nasihat para ulama mengenai pentingnya hijrah dan menjelajah dunia. Kampung halaman saya masih negeri merdeka, masih banyak yang bisa dan perlu dilakukan di sini. Semoga juga bernilai kebaikan. Mungkin keberadaan saya di sini jauh lebih baik dari keberadaan saya di luar sana. Bukankan masyarakat sekitar kita jauh lebih berhak menikmati dakwah kita? Yah, kalaupun hijrah, jangan lupa kisah Fathu Makkah. Seusai hijrah, pulanglah dan jadikan kampung halaman kita futuh.

Dakwah itu...


Dakwah itu panjang jalannya 
Dakwah itu sedikit pengusungnya 
Dakwah itu banyak rintangannya 
Tapi surga balasannya



Dakwah itu infakkan harta 
Dakwah itu infakkan jiwa 
Dakwah itu infakkan segalanya 
Demi tegak kalimat-Nya



Bersabarlah bersabarlah 
Bersabar dan bersabar 
Bersabarlah bersabarlah 
Di dalam berdakwah



Dakwah itu sucikan jiwa 
Dakwah itu bacakan ayat-ayat-Nya 
Dakwah itu ajarkan Al-kitab 
Kembalikan fitrah manusia



Dakwah itu dengan bijaksana 
Dakwah itu dengan nasihat yang baik 
Dakwah itu berdebat dengan santun 
Menyentuh hati manusia



Bersabarlah bersabarlah 
Bersabar dan bersabar 
Bersabarlah bersabarlah 
Di dalam berdakwah



Menyeru manusia kepada Alloh 
Murnikan tauhid murnikan tauhid 
Hanya menyembah Alloh tiada yang lain 
Juga meninggalkan thoghut



Amar ma’ruf nahi munkar 
Dengan tangan dengan lisan dan dengan hati 

Berdakwah terang-terangan 
Berdakwah sembunyi-sembunyi 
Berdakwah siang dan malam 
Berdakwah tiada henti



Bersabarlah bersabarlah 
Bersabar dan bersabar 
Bersabarlah bersabarlah 
Di dalam berdakwah



Dakwah itu luruskan aqidah 
Dakwah itu menebarkan sunnah 
Dakwah itu memberantas bid’ah 
Juga tegakkan khilafah



Bersabarlah bersabarlah 
Bersabar dan bersabar 
Bersabarlah bersabarlah 
Di dalam berdakwah

Objektivikasi Nilai-Nilai Islam

Sesungguhnya ajaran Islam diturunkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Mulianya ajaran Islam akan bisa dirasakan tidak hanya bagi umat Islam tapi juga umat agama lain. Islam tidak memaksa semua manusia masuk agama Islam, bahkan Islam memberi kebebasan bagi manusia untuk memilih.

Pada masa akan dimulainya kebangkitan islam kini perlu sebuah langkah dari para pengambil kebijakan maupun para dai untuk melakukan objektivikasi nilai-nilai Islam. Apa yang dimaksud objektivikasi? Objektivikasi di sini bermakna membangunan opini publik bahwa Islam adalah solusi bagi semua masalah. Ajaran Islam akan menjadi rahmat bagi semua.

Jika kita mengingat kacaunya perbankan di Indonesia pada sekitar tahun 1997 tentu kita bisa sedikit mengambil kesimpulan bahwa perbankan syariah ternyata lebih stabil dari perbankan konvensional. Hingga kini perbankan syariah justru menjamur, hampir semua bank konvensional mempunyai cabang syariah. Artinya masyarakat sekarang semakin percaya pada perbankan islami/ syariah. Tak hanya itu, tak hanya bagi umat Islam, Inggris pun ingin menjadi pengembang keuangan syariah terbesar.

Kita perlu mewacanakan solusi-solusi islami di bidang lain. Bukankah Islam itu syamil mutakamil? Sempurna dan menyeluruh. Subhanalloh, saya cukup berbangga ketika dinas pelayanan umum DKI Jakarta memberlakukan pemisahan penumpang pada bus Trans Jakarta atau Busway. Alasan kebijakan itu adalah menghindari tindak pelecehan seksual yang kerap terjadi pada penumpang wanita. Subhanalloh, bukankan itu nilai islam yang sangat mulia?

Untuk menerapkan syariat Islam ternyata tidak selalu perlu teriak lantang "Tegakkan syariat Islam!". Kenyataan di lapangan mengatakan bahwa masyarakat memerlukan solusi dari Islam. Awal adanya baabul-mar'ah atau pintu wanita di masjidil harom juga dilatarbelakangi kebutuhan penjagaan yang lebih pada kaum wanita. Ya, memang islam lah aturan paling sempurna bagi kehidupan manusia di muka bumi. Sekali lagi, Islam memang benar-benar solusi. Manusia sangat perlu kepada Islam, itu adalah fitroh tak terbantahkan.

Kejernihan hati, kebijaksanaan dan keterampilan membahasakan ke dalam bahasa publik begitu penting bagi dai dalam rangka objektivikasi nilai-nilai Islam ini. Boleh jadi penegakan syariat tidak perlu menunggu berdirinya daulah islamiyah, penegakan syariat bisa kita upayakan sekarang juga. "Jika saat ini syariat Islam ditegakkan di negara kita sepertinya umat Islam sendiri yang akan menentangnya," siasat dakwah para dai yang nantinya akan melunturkan pernyataan itu. Sekali lagi dengan proses objektivikasi nilai-nilai Islam, menjadikan Islam sebagai solusi, tak hanya teoritis tapi dengan bukti empiris bahwa Islam memang benar-benar solusi. Bismillah, mari...

Allohu a'lam...

Sabar Karena Tekad

"... Aku bersabar karena tekad, bukan kerelaan. Dan kubangun dakwahku, generasi demi generasi."
(Abbas Assiisi, Bagaimana Menyentuh Hati)