Judul di atas bisa bermakna totalitas menyerahkan
semua urusan kita. Kepada siapa? Kepada sesiapa yang kita pasrahi. “Pokoknya
saya sudah pasrah bongkokan.”
Bongkokan berarti terikat, layaknya beberapa batang
ranting yang diikat jadi satu dengan kuat dan sangat sulit dilepaskan. Istilah
dalam bahasa umum: “terima jadi”.
Pernahkah Anda merasa begitu percaya pada seseorang
sehingga menaruh semua urusan pada orang tersebut? Misalnya dalam membangun
rumah Anda menyerahkan dari desain hingga finishing, bahkan anggaran biayanya
pada pemborong. Yang penting Anda punya rumah.
Dalam dunia pendidikan kita banyak melihat
kecenderungan fenomena ini. Wali siswa sudah pasrah bongkokan kepada para
pengajar di sekolah perihal pendidikan anaknya. Seakan-akan mereka sudah
kewalahan menghadapi anak sendiri. “Apapun yang diberikan oleh sekolah
insyaalloh baik untuk anak saya, “ anggap mereka.
Mungkin sebuah sekolah memang bagus, berhasil
mendidik anak-anak sehingga berprestasi, juara sana-sini, hafal ayat-ayat dalam
kitab suci dan sebagainya. Tapi apakah itu artinya kita menyandarkan semua
urusan terkait pendidikan anak kita pada sekolah itu? Rasanya tidak seperti itu
semestinya.
Bagaimanapun juga, kewajiban mendidik anak
merupakan kewajiban orang tua. Orang tua lah yang akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat kelak. Adapun para pendidik di sekolah insyaalloh
mendapat pahala tersendiri di sisi Alloh.
Akan aneh ketika seorang ayah sibuk mengurusi
bisnis bersama sang istri sedangkan anaknya “dititipkan” di sekolah elit dari
pagi hingga petang. Aneh karena kedua orang tua tidak melakukan apa-apa tapi
anaknya begitu sholih berkat pendidikan di sekolah. Tentu kita akan bertanya,
sebenarnya anak itu anak siapa?
Aneh juga ketika anak lima tahun dikirim ke
pesantren untuk menghafalkan Al-Qur’an, orang tua berharap hanya dari tumpukan Rupiah
yang mereka infakkan di pesantren itu akan membuahkan seorang anak penghafal
Al-Qur’an. Sungguh ironi tak terperi jika sampai para orang tua saling
membanggakan jumlah hafalan anak-anak mereka padahal mereka tak melakukan
muroja’ah bahkan satu ayat saja. Anak-anak sholih itu atas jerih payah siapa?
Baguslah jika kita mampu menyekolahkan anak kita di
sekolah terbaik. Pastinya kita ingin anak kita jadi anak-anak yang baik dan
berprestasi. Sepatutnya orang tua dan sekolah berkolaborasi. Sudah seharusnya
orang tua dan sekolah berkongsi menjadi satu tim.
Tidak selayaknya orang tua menyerahkan begitu saja
urusan pendidikan anak-anak mereka kepada sekolah. Semoga kita tidak menjadi
bagian dari orang tua yang karena kekurangpahaman mereka, kemerasabodohan
mereka, kemerasamiskinan mereka akhirnya membiarkan anak-anak dididik oleh
sekolah tanpa visi. “Yang penting anakku sekolah setinggi-tingginya supaya mudah
dapat kerja.”
“Kenapa Anda ingin menyekolahkan anak Anda di sini?”
seharusnya pertanyaan ini selalu muncul dari seorang kepala sekolah saat hendak
menerima siswa baru. Dari situlah akan muncul kesepakatan-kesepakatan antara
orang tua dengan sekolah sehingga orang tua tidak hanya pasrah bongkokan atas
pendidikan anak-anak mereka.
Kesimpulan kita dari tulisan ini adalah jangan pernah
pasrah bongkokan kepada siapapun kecuali hanya pada Alloh subhanahu wa ta’ala.
Allohu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar