Menghadirkan Demokrasi yang Atraktif

"Kita harus bisa mengubah demokrasi yang tadinya dianggap sebagai kompetisi berbahaya menjadi sebuah permainan yang menarik."

Pendewasaan kita menuju masyarakat terbuka dan siap berbeda pilihan memang bukan proses yang instan. Ada latar belakang dan pengalaman panjang yang membentuk cara berpikir kita. Politik dan kekuasaan mungkin masih kita samakan dengan bidak catur yang hanya berwarna hitam dan putih. Bidak atau pion hanya bisa maju lurus ke depan, berhenti jika terhalang, harus serong jika mau memakan buah catur lawan.

Di belakang bidak sesungguhnya ada bermacam buah catur lain dengan berbagai karakter beserta segala kelebihan dan kekurangannya. Mungkin Anda juga tahu bagaimana caranya melakukan trik "tiga langkah mati" untuk melawan seorang beginner. Hanya dengan memajukan seorang bidak lalu menggerakkan buah catur yang jangkauannya lebih jauh, Anda langsung bisa menusuk pertahanan lawan dan skak mat.

Yang unik dari permainan catur ialah kemenangannya tidak ditentukan melalui seberapa banyak buah catur lawan yang bisa dimakan. Pemain catur dikatakan menang jika bisa membuat sang raja dari pihak lawan ter-skak dan semua tak berkutik. Memang, mengurangi jumlah pasukan lawan termasuk salah satu strategi untuk mempermudah menyerang sang raja tapi inti permainannya bukan itu. Anda akan nampak brilian saat berhasil melakukan skak mat tanpa terlebih dahulu memakan buah catur lawan. Sayangnya inti permainan catur juga bukan itu. Dalam catur, merekayasa kondisi yang memaksa lawan untuk remis juga bisa menjadi sebuah opsi.

Sekalipun tidak pernah diiringi sorak sorai dan teriakan histeris penonton, bagi yang mengerti tentu setiap gerakan buah catur dari kedua pemain sangat dinanti detik demi detik dan terasa begitu mendebarkan. Catur menyajikan pertunjukan langkah demi langkah yang mungkin sulit dimengerti maksudnya oleh penonton. Bahkan maksud awal dari langkah seorang pemain bisa dan akan diubah setelah langkahnya direspon oleh lawan.

Durasi waktu dan skenario permainan catur sangat tak terbatas. Stamina, konsentrasi, dan konsistensi seorang pemain sangat diuji. Langkah yang terburu-buru dan terbaca lugas oleh lawan bisa membahayakan permainan. Saling pancing emosi dengan langkah-langkah liar bisa menjadi cara untuk mengenali alur berpikir lawan. Ya, kapasitas dan pola kerja lawan harus dikenali sebelum seorang pemain melancarkan berbagai serangan.

Tidak hanya dalam permainan catur, dalam sepak bola, voli, basket, karate, tinju, badminton dan permainan-permainan adu tangkas lain mengenali lawan menjadi bagian dari separuh strategi kemenangan. Terbawa ritme permainan lawan akan mengarahkan kita pada kekalahan. Kesadaran diri dan ketahanan emosi sangat penting dalam permainan-permainan adu tangkas.

Bentrok antar pemain, juga antar suporter, boleh jadi semua itu karena kurang sadarnya masing-masing pihak terhadap kenyataan bahwa pertarungan yang terjadi semata-mata sebuah permainan. Menang atau kalah bisa terjadi karena strategi. Menang atau kalah juga bisa terjadi karena keberuntungan. Yang tidak boleh terjadi ialah menang atau kalah karena kecurangan.

Lebih jauh lagi, menang atau kalah bukanlah akhir permainan. Justru saat salah satu pemain (nampak) kalah lalu berhasil membalik keadaan atau tetap berjuang mati-matian, penonton akan semakin mencintainya. Taufik Hidayat mungkin salah satu ahlinya ahli membuat emosi penggemar bulutangkis teraduk-aduk. Belakangan ada Anthony Sinisuka Ginting yang sekalipun kalah tetap dipuja sebagai pahlawan karena perjuangannya yang nggetih sampai tarikan otot penghabisan. Ada juga pembalap nyentrik Valentino Rossi yang suka kalap saat putaran lap terakhir di sirkuit.

Ya, tetap tenang dalam situasi krisis, mungkin itu yang perlu dimiliki oleh para atlet di atas. Ada pasangan ganda fenomenal di cabang bulutangkis putra Indonesia berjuluk Duo Minions yang tidak hanya tenang, mereka tetap tampil tengil dan atraktif di tengah lapangan sekalipun dalam kondisi skor tertinggal. Penonton memang tegang, tapi terhibur. Menang atau kalah para pemain idola, akhir permainan adalah standing applause dari semua penonton.

Menang ora umuk, kalah ora ngamuk. Slogan masyarakat Jawa yang bermakna "jika menang tidak sombong, jika kalah tidak berbuat onar" ini sangat patut diinternalisasikan ke dalam diri para petarung. Mungkin juga perlu diejawantahkan oleh para pendukung dengan sikap-sikap sportif. Tak boleh ada pemain takut menang karena merasa keselamatannya di luar lapangan bisa terancam. Tak boleh ada pemain takut kalah karena khawatir pendukungnya kecewa hingga melakukan aksi-aksi brutal.

Era demokrasi yang penuh ketakutan harus segera kita akhiri. Saling rusak alat peraga, saling intimidasi, saling pancing emosi, saling provokasi, saling serang pribadi, semua itu harus segera disudahi. Jika ada yang mengibaratkan pemilu seperti perang, sepertinya itu terlalu berlebihan. Kalau sekedar gimik, bolehlah, biar seru. Asal nggak kebablasan.

Yang jelas, mari kita sepakati bahwa demokrasi khususnya momentum pemilu bukanlah tempat untuk menebar teror dan ketakutan. Mari kita sajikan demokrasi yang asyik, happy, layaknya sebuah pesta. Mari kita jadikan pesta demokrasi ini beralih dari dangerous competition menuju attractive game. Demokrasi bukan suatu kompetisi yang berbahaya tapi merupakan sebuah permainan yang menarik.

Berbuatbaiklah...
Berbahagialah...
Untuk Indonesia yang lebih baik...
Untuk Sleman yang lebih baik...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar