Hidup Ini Seperti Menunggu Bis di Halte

Dalam sebuah kajian Bang Fadli (Fadli Reza Noor) di masjid Mardliyah UGM hari Kamis tanggal 27 Nopember 2008 hidup dianalogikan dengan menunggu bis di halte. Hidup ini hakikatnya menunggu kematian yang tak pernah kita ketahui kapan datangnya. Kata orang-orang yang pernah tinggal di Jepang atau negara maju lainnya, bis sangat tepat waktu sesuai jadwal sehingga tidak bisa dianalogikan dengan kehidupan menanti kematian. Di Indonesia nampaknya bis bisa menjadi analogi hidup menanti mati karena bis akan sewaktu-waktu datang tanpa jadwal yang tetap, he3x...

Dalam menanti sebuah bis yang sama, empat orang berbeda melakukan aktivitas yang berbeda-beda. Orang pertama menunggu bis sambil makan, maka ia menjadi kenyang dan bisa jadi gemuk. Orang kedua menunggu bis sambil membaca koran, maka ia akan mendapat sekian banyak informasi dari koran. Orang ketiga menunggu bis sambil SMS-an, maka ia akan menghabis-habiskan pulsa. Orang keempat menunggu bis sambil tidur, maka ia tidak mendapatkan apa-apa bahkan makanannya diminta orang pertama, korannya dipinjam orang kedua, HP-nya dipinjam si CUMI alias Cuma minjem (cah njilihan).

Sama-sama menunggu bis, aktivitas yang dilakukan berbeda-beda, masing-masing orang akan mendapatkan hasil yang berbeda pula. Sama-sama menunggu mati, kegiatan yang dilakukan berbeda-beda, masing-masing akan mendapatkan apa yang dia usahakan. Semua aktivitas, semua pilihan kegiatan adalah hak kita untuk memilih. Kita diberi pilihan-pilihan dalam hidup beserta perkiraan konsekuensinya agar kita berpikir. Amal mana yang akan mengantar kepada kebaikan dan amal mana yang akan mengantar kepada keburukan? Mana yang mengantar kita ke surga dan mana yang mengantar kita ke neraka?

2 komentar:

Posting Komentar