Tiga tahun lalu ia pergi
Ke negeri lain, katanya
Ada yang lebih membutuhkan kontribusi di sana
Segolongan mujahidin ditinggalkannya
Sampai jumpa, bertahanlah, tetaplah berjamaah
Pesan itu disampaikan melalui butiran air mata
Terbunuh!
Ternyata ia terbunuh
Dalam tafakur panjang
Tepat di dada ia terluka
Ke mana mujahid itu?
Benar telah syahid kah?
Debu medan jihad tak lagi berdebur-debur
Tanah medan jihad tak lagi subur
Hening...
Ia pergi dalam hening
Tanpa suara
Kapan ia kembali?
Semua bertanya
Ah, mungkin ia tengah bercengkrama dengan para bidadari di surga
Tidak! Kini ia kembali
Ia datang dengan ceria
Seakan tak nampak bekas luka
Aku belum mati, katanya
Dihapusnya air matanya
Diusapnya bekas lukanya
Dikepalnya jari tangannya
Allohu akbar! pekiknya
Aku kembali teman
Aku belum mati
Aku hanya sempat tersesat mencari medan jihad
Maaf membuat kalian khawatir
Tidakkah kalian rasa?
Betapa mendidihnya darah dalam dadaku saat ini
Aku siap mengangkat senjata
Aku siap berada di barisan paling depan
Aku siap, biidznillah...
Aku mencium aroma kemenangan
Aroma kemenangan islam makin dekat
Hampir-hampir tak ada lagi hijab
Gemuruhnya terdengar jelas
Takbir dan sholawat menggema-gema
Allohu akbar!
Mari kita songsong kemenangan
Atau mati sambil menghunus pedang
Dengan tangan kiri mengibarkan panji islam
Tak ada pilihan lain
Kita harus merangsek maju ke depan
Serang dan terus serang
Raih kemenangan yang Dijanjikan
Infiruu...
Allohu akbar!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar