Di Mana Mushaf Ustadz?

Seperti biasa ustadz itu datang ke majlis pengajiannya dengan naik angkot. Ibu-ibu dan jamaah pengajian telah menunggunya memberikan ceramah. Usai ceramah panitia mengucapkan terima kasih pada sang ustadz. Ustadz itu tak pernah mau diberi upah atas ceramahnya.

Pekan setelahnya ada yang berbeda dari sang ustadz. Ustadz itu memang datang ke majlis pengajiannya naik angkot namun ia berjalan kaki saat pulang. Panitia merasa perlu untuk memberikan sekedar ongkos transport jika sang ustadz tidak mau menerima upah. Panitia menyusun sebuah rencana untuk pengajian pekan berikutnya.

Saat itu pengajian berjalan seperti biasa hingga sang ustadz undur diri karena ada hajat. Melihat mushaf sang ustadz tergeletak di atas meja dengan sigap salah seorang panitia segera menyelipkan uang transport untuk beliau.

"Semoga ustadz tidak marah."

Sang ustadz tak pernah marah. Hanya saja pekan-pekan berikutnya panitia tak pernah lagi mendapatkan kesempatan melihat mushaf sang ustadz terlepas dari penjagaan. Rupanya sejak saat itu sang ustadz selalu berusaha menyembunyikan mushafnya ketika mengisi pengajian. Para panitia pun kapok mencari-cari cara memberikan upah kepada sang ustadz.

"Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Alloh, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: 'Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al Quran).' Al Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh alam.
(AL-AN'AAM: 90)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar