Berdiri yang Dianjurkan

Banyak hadits shohih dan praktik para sahabat yang menunjukkan bolehnya berdiri untuk menyambut orang yang baru datang. Mari kita perhatikan hadits-hadits berikut:
  1. Rosululloh berdiri untuk menyambut putrinya, Fathimah, bila dia datang berkunjung ke rumah beliau; dan dia pun akan berdiri untuk menyambut Rosululloh bila beliau datang berkunjung ke rumahnya. Berdiri yang dilakukan oleh Rosululloh dan putrinya itu adalah berdiri untuk menyambut tamu. Hal itu dibolehkan berdasarkan hadits Nabi (artinya): “Barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tamunya!” (Hadits ini adalah muttafaqun ‘alaih) Tentu dibolehkan berdiri menyambut tamu itu hanyalah si pemilik rumahnya.
  2. “Berdirilah kalian (untuk memberi pertolongan) kepada pemimpin kalian!” (Hadits ini muttafaqun ‘alaih) Dalam riwayat lain: “...Kemudian turunkanlah dia!”
    Hadits tersebut muncul berkenaan dengan Sa’ad, (pemimpin kaum Anshor) yang waktu itu terluka, yang dalam kondisi seperti itu diminta oleh Rosululloh memberi keputusan hukum dalam perkara orang Yahudi. Lalu, Sa’ad pun mengendarai khimar (=keledai). Ketika sampai di tempat tujuan Rosululloh berkata kepada orang-orang Anshor: “Berdirilah (untuk memberi pertolongan) kepada pemimpin kalian dan turunkanlah!”

    Berdiri dalam kondisi seperti itu jelas dianjurkan karena memang diperlukan untuk menolong Sa’ad, pemimpin para sahabat Anshor yang waktu itu terluka, yaitu menolongnya untuk turun dari punggung khimar agar tidak terjatuh. Rosullulloh sendiri tidak ikut berdiri, begitu juga sahabat-sahabat yang lain. 

    Tersebut dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika seorang sahabat nabi yang bernama Ka’ab bin Malik masuk masjid sedangkan para sahabat lainnya sedang duduk-duduk. Melihat Ka’ab masuk, salah seorang sahabat yang bernama Thalhah berdiri, lalu berlari-lari kecil bergegas untuk memberi kabar gembira lantaran taubatnya diterima oleh Alloh. (Sebelumnya dia dikucilkan oleh Rosululloh dan para sahabatnya) karena tidak ikut berperang. 

    Berdiri semacam itu diperbolehkan, karena untuk memberi kabar gembira kepada orang yang sedang merasakan kesedihan, yaitu menyampaikan kabar kalau taubatnya telah diterima oleh Alloh.


    Berdiri untuk menyambut orang yang baru datang dari perjalanan jauh seraya memeluknya juga diperbolehkan. Kalau kita perhatikan hadits-hadits yang membolehkan berdiri kepada seseorang adalah dengan lafal “Ilaa sayyidikum”, “Ilaa Tholhah”, “Ilaa Faathimah” Sedangkan hadits-hadits yang melarangnya adalah menggunakan lafal “lahu”. Ada perbedaan yang sangat jauh antara kedua lafal tersebut. “Qooma ilaihi” berarti bergegas menuju seseorang untuk menolong atau untuk menyambut dan memuliakannya; sedangkan “Qooma lahu” artinya ialah berdiri di tempat untuk mengagungkan seseorang.
Dikutip dari Al-Firqotun Najiyah: Jalan Hidup Golongan yang Selamat karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu diterjemahkan oleh Abu Shafiya diterbitkan oleh Media Hidayah tahun 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar