Larangan Berdiri untuk Menghormati Seseorang


Pernahkah Antum melihat para tamu undangan berdiri ketika mempelai yang mengadakan walimah memasuki ruangan? 
Pernahkah Antum melihat peserta pertemuan berdiri ketika orang penting, pejabat, atau tamu istimewa memasuki ruangan? 
Pernahkah Antum melihat pelayat berdiri ketika jenazah hendak diberangkatkan ke makam? 
Pernahkah Antum melihat peserta upacara berdiri ketika lagu tertentu dinyanyikan? 
Hal-hal tersebut yang menimbulkan pertanyaan dalam diri ana beberapa waktu lalu, "Untuk apa? Penting ya?" 

Ah, mungkin orang-orang akan menilai ana tidak punya tata krama atau unggah-ungguh atau entahlah. Hal lain yang membuat ana risih adalah ketika ana berada di sebuah pondok pesantren dan kebetulan pondok kami kedatangan tamu seorang, beberapa orang kiyai, syaikh atau habib, mungkin juga ketika ana bertamu ke sebuah pondok pesantren lalu menemui sang kiyai, para santri biasanya berebut mencium tangan dan berbagai tingkah lain yang menurut ana terlalu berlebihan. Baiklah jika alasannya bahwa mereka adalah orang-orang berilmu dan perlu dihormati, tapi apakah perlu dengan cara-cara se-ta'dzim itu?

Ana pernah membaca sebuah buku yang ana lupa judulnya karena sudah sejak SMP mungkin, di sana ada kisah ketika Rosululloh menolak dicium tangannya oleh para sahabat. Allohu a'lam... akhirnya kegundahan hati terobati dengan belajar dan belajar. Ulama', kiyai, syaikh, habib, ustadz, atau siapapun yang berilmu dan berkedudukan penting memang perlu dihormati tapi tidak sampai berlebihan, kesimpulan ana seperti itu.


Berikut ini sepenggal bab dalam buku Al-Firqotun Najiyah: Jalan Hidup Golongan yang Selamat karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu diterjemahkan oleh Abu Shafiya diterbitkan oleh Media Hidayah tahun 2003. Semoga kita bisa beroleh ibroh dari yang sedikit ini:

Larangan Berdiri untuk Menghormati Seseorang


Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya): “Barang siapa suka dihormati orang lain dengan berdiri, maka hendakliah siap mendiami neraka.” (Hadits di atas shohih; diriwayatkan oleh Amad) 

Anas rodliyallohu ‘anhu berkata, “Tidak ada seorangpun yang lebih dicintai oleh para sahabat daripada rosululloh. Meskipun begitu, bila mereka melihat rosululloh (datang), mereka tidak berdiri (untuk menghormati beliau). Sebab mereka tahu bahwa beliau membenci hal itu.” (Hadits ini shohih; diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).


Hadits nabi di atas menjelaskan kepada kita bahwa seorang muslim yang suka dihormati dengan berdiri ketika dia hendak masuk ke suatu majlis, maka hendaklah siap masuk ke neraka. Para sahabat rodliyallohu ‘anhum sangat mencintai rosululloh. Meskipun begitu, ketika rosululloh masuk ke dalam majlis mereka, mereka tidak berdiri untuk menghormati beliau. Karena mereka mengetahui bahwa rosululloh membenci hal semacam itu.


Orang-orang biasa berdiri untuk menghormati sesamanya; lebih-lebih ketika ada seorang Syaikh datang untuk memberikan ta’lim atau ketika dia datang ke suatu tempat pertemuan tertentu. Begitu juga, ketika ada seorang guru masuk ke kelas biasanya para muridnya akan segera berdiri memberi hormat kepadanya. Biasanya seorang murid yang tidak mau berdiri menghormat gurunya akan dikatakan sebagai anak yang tidak tahu adab dan tidak mau menghormati gurunya. 

Diamnya syaikh atau guru terhadap orang-orang yang berdiri menghormatinya atau mencela seorang murid yang tidak mau melakukan perbuatan tersebut menunjukkan bagwa syaikh atau guru tadi memang suka dihormati dengan cara berdiri dan sudah tentu siap juga untuk masuk neraka. Kalau mereka tidak suka atau benci dihormati dengan cara berdiri seperti itu tentu dia akan mengajari para muridnya dan menegur mereka ketika mereka berdiri untuk menghormatinya, serta menyampaikan kepada mereka hadits-hadits yang melarang hal itu.



Membiasakan berdiri untuk menghormati orang lain atau orang yang masuk ke suatu majlis akan menanamkan pada hati orang tersebut rasa senang dihormati dengan berdiri dan dia akan merasa kurang lega kalau tidak dihormati dengan cara berdiri. Orang-orang yang memberi penghormatan dengan cara berdiri itu telah membantu setan dalam melanggengkan tindakan semacam itu. Padahal rosululloh bersabda (artinya): “Janganlah kalian menjadi penolong setan dalam memperdaya saudara kalian” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhori) 

Orang-orang yang biasa memberi penghoratan dengan berdiri itu berkata, “Kami berdiri menghormati guru atau syaikh adalah karena keutamaan ilmunya.” 

Kita balik bertanya kepada mereka, “Bukankah tidak kita ragukan lagi keilmuan Rosululloh dan adab para sahabat terhadap beliau? Meskipun begitu, bukankah para sahabat tidak berdiri dalam mengekspresikan rasa hormat mereka terhadap beliau?" 

Islam tidak mengajarkan cara menghormati seseorang dengan berdiri. Islam mengajarkan, bahwa menghormati seseorang adalah dengan taat dan mematuhi perintahnya, serta dengan mengucap salam dan menjabat tangannya.



Jangan diikuti perkataan seorang penyair yang bernama Syauqi yang berkata: 
Berdirilah untuk sang guru, 
Penuhilah penghormatan untuknya 
Hampir saja seorang guru itu 
Seperti seorang rosul


Karena perkataan di atas bertentangan dengan perkataan Rosululloh yang ma’shum dan beliau sendiri membenci seseorang yang berdiri untuk menghormati orang lain. Barang siapa yang suka melakukan tindakan tersebut berarti dia siap masuk ke neraka.

Banyak kita temuai di pertemuan-pertemuan, jika ada orang kaya masuk, maka orang-orang pun serentak berdiri. Tetapi bila yang masuk orang yang miskin, maka tak seorang pun yang sudi berdiri untuk menghormatinya. Perlakuan semacam itu jelas akan membuat hati si miskin merasa iri terhadap si kaya dan dongkol terhadap para hadirin lain yang tidak mau berdiri menghormatinya.

Akhirnya akan terjadi saling membenci di atara sesama orang Islam, yang disebabkan oleh masalah berdiri. Padahal bisa jadi si miskin yang tidak dihormati dengan berdiri itu jauh lebih mulia dari si kaya yang mendapat penghormatan dengan berdiri. Hal itu dikarenakan Allah telah berfirman (artinya): “Sesungguhnya orang yang termulia di antara kalian menurut pandangan Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurot:13)


Mungkin ada yang berkata, “Jika kita tidak berdiri untuk menghormati orang yang masuk ke suatu pertemuan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan rasa tidak enak pada dirinya terhadap orang-orang yang tidak mau berdiri menghormatinya.” 

Kita katakan saja kepadanya, “Bila begitu halnya, kita jelaskan saja kepada orang yang baru datang ke pertemuan itu bahwa kecintaan itu adanya pada hati. Dan kita ingin meneladani rosululloh yang tidak menyukai para sahabatnya berdiri untuk menghormati beliau. Kami tidak ingin masuk neraka gara-gara (berdiri untuk menghormati) orang yang datang itu.”


Terkadang kita mendengar sebagian syaikh mengatakan bahwa Hisan, salah seorang penyair rosululloh pernah berkata dengan syairnya: “Berdiri untuk menghormatiku adalah wajib.” Perkataan syaikh tadi tidaklah benar.


Alangkah indah apa yang dikatakan oleh murid Ibnu Bathah Al-Hanbali: 
Bila sehat nurani kita 
Buat apa kita menyusah-nyusahkan badan 
Jangan bebani saudaramu, saat bertemu 
Dengan menghalalkan apa yang haram untukmu 
Setiap kita percaya terhadap kecintaan murni saudaranya 
Maka, atas dasar apa kita bersusah payah


2 komentar:

Berkaskep mengatakan...

jazaakallaah khoyr atas wawasannya

Akhid Nur Setiawan mengatakan...

Waiyakum... Moga bermanfaat.

Posting Komentar