Beban Para Elit Dakwah

Sudah sepantasnya da'i itu mempunyai kualitas maknawiyah melebihi mad'u-nya. Sudah seharusnya ilmu dan amal da'i itu jauh lebih banyak dibanding mad'u mereka. Bagaimana mungkin seorang aktivis dakwah kapasitas dan kualitasnya justru lebih rendah daripada orang-orang yang mereka seru? Kesabaran mereka pun harus bisa dipastikan jauh lebih besar dibanding umat yang mereka bimbing.


Ujian bagi para da'i berbeda dengan ujian bagi mad'u, lebih berat, benar, lebih berat. Lihat saja ujian para rosul, lalu para sahabat, tak ada iman yang tak diuji. 

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?" (QS Al-'Ankabut: 2)


Suatu saat Imam Ahmad bin Hambal mendapat sebuah ujian berat. Beliau disiksa dan dipaksa mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Penguasa pada saat itu ingin agar Imam Ahmad mengubah keyakinan dari Al-Qur'an adalah kalam Alloh menjadi Al-Qur'an adalah makhluk Alloh. Sang Imam tetap bersikeras di atas prinsipnya.

Kita tahu, dalam Islam kita boleh mengatakan kalimat kekafiran dalam kondisi terancam nyawa, dengan syarat hati kita mengingkari kalimat yang kita katakan. Tapi apa yang dilakukan Imam Ahmad? Beliau teguh, tsabat di atas 'aqidah yang lurus. Sekalipun nyawa di ujung kepala, beliau rela demi keimanannya.

Yah, jika yang mengatakan kalimat kekafiran adalah orang biasa mungkin tidak mengapa. Ini seorang ulama, seorang imam besar, apa yang kira-kira akan terjadi jika kalimat kekafiran keluar dari mulutnya? Ribuan orang siap menuliskan kalimat apapun yang diucapkan sang imam. Di luar sana umat menanti pernyataan sikap beliau. Apakah demi nyawa lalu beliau tega menyesatkan umat?

Beban para elit dakwah jauh lebih berat dari da'i yang secara struktural dan ketokohan tidak terlalu "tenar". Elit dakwah tidak bisa seenak perut membuat pernyataan, bersikap, dan bertingkah. Segala gerak-gerik mereka diperhitungkan. Apapun yang mereka lakukan boleh jadi ditetapkan sebagai pedoman banyak orang. Sikap waro' semestinya mereka utamakan.

Ustadz Rahmat Abdullah pernah mengibaratkan elit dakwah dengan sebuah busur panah. Jika bidikan di busur meleset saja satu senti, bukan tidak mungkin target sejauh seratus meter menjadi sia-sia. Anak panah bisa meleset satu meter dari target. Artinya, kelurusan pemimpin dan elit dakwah akan sangat menentukan tepat tidaknya dakwah yang dilakukan da'i di struktur bawah. Sedikit saja melenceng, jangan harap dakwah berakhir tepat sasaran, kecuali ada pelurusan di tengah jalan.

Beban elit dakwah tidaklah ringan, jangan main-main, jangan lengah, tetaplah bertahan dan bersiapsiagalah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar