Bagi sejumlah orang, Romadhon 1431 H menjadi bulan pencanangan "Romadhon terakhir dengan status jomblo". Pada bulan itu kebetulan teman-teman PSIKOPAT mengadakan buka bersama namun sayang saya tidak bisa ikut. Ketika itu saya harus meng-handle acara pengajian remaja di kampung. Tema yang saya usulkan pada teman-teman adalah tentang pernikahan. Maklum, usia kami memang sudah kemraben -istilah bagi orang yang sudah layak menikah-.
Menurut penuturan beberapa teman yang menghadiri acara buka bersama PSIKOPAT 1431 H, mas Egha Zainur Ramadhani memberi konsep baru pada mereka tentang masa menanti jodoh.
"Jika sampai sekarang kita belum bertemu dengan jodoh kita, itu artinya Alloh sedang memberi kesempatan pada kita untuk semakin meningkatkan kualitas pribadi, hingga saatnya tiba. Jangan siakan!"
Benar, menanti datangnya jodoh bukanlah suatu hal yang menyedihkan jika kita bisa mengisi penantian itu dengan perbaikan diri. Artinya, usahakan kita bertemu dengan jodoh pada saat kondisi kita membaik, sehingga yang baik itu bertemu dengan yang baik. Boleh jadi jodoh yang disiapkan Alloh itu sangat baik dan untuk layak bersanding dengannya kita harus menjadi sebaik jodoh kita itu. Bukankah "...wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)..."? (QS An Nur:26).
Sejenak teringat sajak Kahlil Gibran yang ditulis dalam undangan nikah mas Egha beberapa tahun lalu, "Jangan dikira cinta datang dari keakraban yang lama dan karena pendekatan yang tekun. Cinta adalah keserasian jiwa atau anak kecocokan jiwa. Jika itu tak pernah ada, maka cinta takkan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad."
Yang pacaran bertahun-tahun lalu gagal menikah jumlahnya mungkin sangat banyak. Yang baru kenal beberapa bulan lalu menikah jumlahnya juga banyak. Jadi, intinya bukan pada lama kita menanti atau seolah menanti, tapi pada mencocokkan jiwa. Sekalipun kita tidak pernah bertemu sebelumnya, tidak pernah kenal, kalau jiwanya sudah cocok, berlakulah ayat Alloh dalam surat An-Nur ayat 26.
Subhanalloh, Maha Suci Alloh yang telah menciptakan manusia itu berpasang-pasangan...
Ada satu hal lagi yang menjadi poin taushiyah mas Egha pada sore hari menjelang maghrib waktu itu. Mas Egha menyampaikan tentang faktor penting dua manusia berjodoh (baca: menikah). Bisa jadi laki-laki dan perempuan itu sama-sama mau, kedua pihak orang tua mau, tapi Alloh tidak mau, pernikahan tidak terjadi. Bisa jadi laki-lakinya mau, perempuan tidak mau, bahkan orang tua juga tidak mau, tapi Alloh mau, pernikahan pun terjadi. Bisa jadi laki-laki dan perempuan sama-sama tidak mau, orang tua tidak mau, tapi Alloh mau, pernikahan terjadi juga. Jadi, faktor paling penting adalah mencari ridho Alloh, agar Alloh mau.
Kalau Alloh sudah mau, yang awalnya laki-laki perempuan sama-sama tidak mau pun akan dicarikan jalan oleh Alloh agar berjodoh dan akhirnya mau. Makanya, jika kita merasa cenderung pada lawan jenis, yang perlu kita lakukan bukan mengusahakan bagaimana caranya agar si dia mau, tapi lakukan semua usaha agar Alloh mau. Percuma saja kan, misalnya si dia akhirnya mau tapi Alloh tidak mau (tidak ridho), insya'alloh tidak akan ketemu jalan untuk berjodoh.
Jadi, yang penting Alloh mau, bismillah...
2 komentar:
Alhamdullilah, semua sudah mau
Alhamdulillah... ^_^
Posting Komentar