"Tak usah benci, sakit hati, atau anti pada PKS.
Lakukan saja yang lebih baik
Lakukan saja yang lebih baik
dari apa yang dilakukan oleh kader-kader PKS."
Sepertinya tak bisa diingkari bahwa kader-kader PKS memang telah menjadi agen of change di lingkungan mereka masing-masing. Mereka terbiasa mengadakan acara di tengah masyarakat, entah itu pengajian, pelatihan, outbond, kemah, dan sebagainya. Inisiatif-inisiatif kreatif seringkali dimunculkan oleh kader-kader PKS dalam rangka upaya syiar Islam.
Jika ada kader PKS di kampung Anda, tanyalah. Tanyakan pada kader itu, atau lihat kegiatan kader itu, pastikan bahwa ia seorang aktivis. Seseorang tidak akan berani mengaku kader PKS kalau ia tidak aktif di sana-sini berlelah-lelah dalam dakwah. Jika Anda menemui seorang (yang mengaku) kader PKS namun tidak rajin ke masjid, tidak berani adzan, tidak sibuk keluar malam untuk rapat atau ngaji, mintalah ia menemui guru/ ustadznya. Minta ia menyampaikan pada ustadznya bahwa ia tidak diakui sebagai kader PKS oleh masyarakat. Pastikan ia menemui ustadznya, lalu perhatikan apa yang terjadi.
Jenuh! Ya, kejenuhan mungkin dialami oleh ormas-ormas Islam yang telah puluhan tahun bahkan abad menjadi penyebar agama di Nusantara. Pola pembinaan dan regenerasi kader yang kurang masif menjadi permasalahan yang jamak. Organisasi masa telah berhasil memunculkan tokoh-tokoh agama, bahkan di antara mereka menjadi tokoh nasional. Ketokohan berbuah manis ketika para tokoh telah berusia senja dan dirasa bijak oleh sebagian besar umat namun bagaimana dengan kalangan mudanya?
Ada yang beda dari PKS dibanding ormas islam lain. PKS merupakan sebuah partai, bukan organisasi massa namun keberadaannya menjadi "ormas" tersendiri di masyarakat. Anda NU atau Muhammadiyah? Atau PERSIS, Salafi, Jama'ah Tabligh? Bukan semuanya? Berarti Anda PKS? PKS itu gini ya, gitu ya. Orang-orangnya suka ngomongin politik ya? Namanya juga partai Om. PKS seringkali nampak berbeda, sepertinya semua ormas akan merasakan itu.
PKS mungkin tidak mencetak tokoh-tokoh kelas nasional. PKS membangun kepribadian kadernya agar menjadi orang yang memiliki kebermanfaatan di lingkungan. Tokoh-tokoh nasional PKS bahkan cenderung bukan orang-orang terkenal, baru setelah menjadi pimpinan PKS akhirnya mereka jadi terkenal.
Yang menjadi salah satu ciri khas PKS yaitu kader-kadernya masih berusia belia. Lebih banyak kaum muda memilih menempa diri sebagai kader PKS dibanding sebagai kader partai lain. Dakwah di kalangan anak muda menjadi salah satu agenda besar PKS. Alasan paling mudah dicerna kenapa PKS melirik anak muda adalah karena usia produktif anak muda relatif jauh lebih panjang. Orientasi PKS adalah amal dan karya, bukan semata-mata meraup suara.
PKS tidak nampak seperti partai-partai lain yang "menggandeng" para tokoh terkenal untuk mendongkrak perolehan suara. Partai lain cenderung melakukan tawar-menawar dalam perekrutan kader. Dalam salah satu berita di televisi disampaikan betapa ironi demokrasi yang terbangun di Indonesia. Partai-partai telah mengajukan "mahar" kepada orang yang ingin menjadi kepala daerah. Mereka mengistilahkannya dengan Paket Nekat, Paket Hemat, Paket Jadi. Sejumlah tarif dipasang mulai dari angka tidak logis (nekat) hingga angka yang fantastis. PKS tidak seperti itu, PKS menumbuhkembangkan kader, tidak merekrut begitu saja.
Dalam kiprah perpolitikan Indonesia, PKS menunjukkan tren yang relatif naik dibanding partai lain. Ketika 1999 masih bernama PK, lalu 2002 bergabung melebur menjadi PKS, lalu 2004 perolehan suaranya meningkat, bahkan pada 2009 perolehan suara PKS sangat stabil. Tahun 2009 adalah tahun dimana partai-partai selain Partai Demokrat perolehan suaranya meluncur drastis, kecuali PKS. Apa sebenarnya strategi yang dilakukan PKS?
Strategi pemenangan PKS bukanlah strategi lima tahunan. PKS tidak haus kuasa, tapi harus berkuasa. PKS senantiasa menjaga kontinuitasnya sebagai partai dakwah. Ketiadaan Pemilu,maupun Pemilukada tidak menjadikan PKS berhenti atau vakum dalam berkarya. Inilah partai kader yang benar-benar serius ingin mencerahkan umat masyarakat. PKS-lah partai yang memiliki narasi panjang dalam cita-citanya.
Dalam perjalanannya dan memang begitulah sunnatulloh, PKS tak lepas dari bertubi-tubi ujian. Beraneka ragam fitnah dan celaan menimpa kader-kader PKS. Kasus kader yang ditangkap di panti pijat, mengunduh video porno, menggelembungkan anggaran, membuat nota fiktif, hingga yang paling fenomenal kasus presiden PKS yang ditangkap karena diduga menerima dana suap terkait kebijakan impor sapi, semua itu tidak menghentikan langkah kader-kader PKS untuk terus menumbuhkan keshalihan pribadi dan keshalihan sosial.
Kekonsistenan PKS dalam berdakwah mulai diperhitungkan oleh ormas-ormas Islam. Benturan-benturan mulai muncul, kekurangnyamanan mulai muncul. Bukan tidak mungkin telah ditanamkan pada kader ormas lain: PKS berbahaya! Mulai dari kader muda ormas lain yang menyeberang ke PKS hingga isu perebutan masjid ormas lain oleh kader PKS, tentunya hal-hal semacam itu menjadikan dakwah tak nampak cantik.
PKS diisukan teroris, Wahabi, anti tahlilan, anti maulid nabi, suka menggerogoti kader ormas, dan sebagainya. PKS tetap easy going. Kesalahpahaman-kesalahpahaman sudah ditabayyun oleh pimpinan PKS. Klarifikasi sudah dilayangkan melalui media massa. PKS maju terus, omongan-omongan miring tak dihiraukan, dakwah tetap dilanjutkan.
Tidak semestinya sesama organisasi dakwah saling menjatuhkan karena dakwah perlu berjama'ah. Ya, kekurangmengertian dan kekurangpahaman membuat antar ormas Islam kurang bisa tolong-monolong dalam dakwah dan kebaikan. Kaum Muhajirin dan Anshor sama-sama punya keunggulan, mereka sama-sama punya pemuka. Mereka sama-sama ingin memegang bendera dan panji Islam dalam perang, bahkan sama-sama ingin memimpin menggantikan Rosululloh usai beliau meninggal. Keduanya merasa saling lebih pantas menjadi pemimpin sepeninggal Rosululloh.
Muhajirin dan Anshor bersaudara, ukhuwah menjadi penyatunya. Persaudaraan atas dasar iman dan pertolongan Alloh menjadikan mereka bersatu dan tolong-menolong. Organisasi masa Islam sepatutnya dan sudah sepantasnya meniru mereka. Kenali, pahami, lalu tolong-menolong, lalu saling menanggung, lalu saling mendahulukan, rukun ukhuwah inilah yang akan menjaga kita agar tidak saling cela.
Lain ormas lain golongan, ada segolongan orang yang begitu anti pada PKS. Saking antinya mereka pada PKS, mereka punya slogan: "Yang Penting Bukan PKS". Latar belakangnya sulit dimengerti, terkadang karena PKS memproklamasikan diri sebagai partai BERSIH. Sok suci, padahal munafik, mungkin demikian ungkap mereka. PEDULI, padahal cuma cari muka! Entahlah, nampak betul kebencian mereka pada upaya-upaya perbaikan yang dilakukan oleh PKS. Padahal, jika kita merunut sejarah inisiator partai turun tangan membantu korban bencana, sepertinya PKS yang memang pertama-tama menjadikan RELAWAN sebagai syiar kebaikan. Alhamdulillah, akhirnya banyak partai lain kini juga Peduli.
Akhir kata, marilah kita berkumpul, berorganisasi, berpendapat, namun santunlah. Mari kita bangun bangsa ini bersama-sama. Jika memang ingin kebaikan dan perbaikan, tak usah menghujat menjelekkan orang lain. Mari kita lakukan apa yang bisa kita lakukan. Kalau ternyata (kader) PKS memang berhasil menghadirkan perubahan-perubahan di tengah masyarakat, kita harus bisa juga melebihi apa yang dilakukan oleh mereka. Kita mengenal istilah fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan. Mari kita beramal, mari saling mengungguli dalam kebaikan. Sesungguhnya sesama muslim itu bersaudara. Allohu akbar!
Catatan: tulisan ini hanya opini pribadi, bukan suara atas nama PKS atau suara ormas, atau suara golongan tertentu
3 komentar:
sepakat
ikhlaskan niat hanya utk ridha Alloh
insyAllah, fastabiqul khoirot kang...
Posting Komentar