Tolong kawan, bantu saya menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini...
- Bagaimana cara mengetahui bahwa sebuah jawaban A' didapat berdasarkan pertanyaan A dengan benar-benar melalui proses berpikir?
- Apa beda antara A' yang diperoleh dengan cara berpikir dengan A' yang diperoleh dengan tanpa berpikir?
- Apakah ada kemungkinan bahwa A' yang didapat dengan berpikir variabelnya sama dengan A' yang didapat tanpa berpikir?
- Apakah jawaban yang benar atau salah bisa mengindikasikan seseorang menjawab dengan berpikir atau tidak?
- Apakah mungkin jawaban benar diperoleh dengan tanpa berpikir?
- Apakah mungkin seseorang berpikir mati-matian tapi akhirnya menemukan jawaban yang salah?
- Apakah dalam ribuan percobaan Thomas Alva Edison membuat lampu pijar bisa dinyatakan bahwa dia berpikir hanya pada saat percobaan terakhir yang berhasil?
- Kira-kira kenapa atau apa hikmah dalam hal Alloh memberi dua pahala bagi mujtahid yang hasil ijtihadnya benar dan memberi satu pahala bagi mujtahid yang hasil ijtihadnya salah?
- Kenapa tenaga kesehatan yang tidak melakukan tindakan sesuai SOP bisa dikatakan malpraktik ketika pasien tidak terselamatkan sedangkan jika ia melaksanakan SOP maka ia tidak bisa dikatakan malpraktik meskipun pasien sama-sama tidak terselamatkan?
- Apakah seseorang bisa menilai bahwa orang lain menjawab sebuah pertanyaan dengan berpikir atau tidak?
- Apakah kegiatan berpikir seseorang bisa dilihat secara kasat mata? Misalnya orang mengernyitkan dahi, terdiam, mengetuk-ngetuk meja, apakah hal itu bisa menunjukkan bahwa ia berpikir?
- Saya teringat adek saya atau siapa waktu itu kalau tidak salah dalam ujian SD kelas rendah dia menjawab sebuah pertanyaan semacam PPKn dengan jawaban yang secara teoritis salah. Apa yang kamu lakukan jika bla bla bla... Adek saya menjawab bukan dengan hal yang seharusnya dilakukan tapi dengan hal yang memang dilakukannya. Rupanya kejujuran lebih bernilai baginya daripada sebuah jawaban yang tepat. Apakah cara berfikir seperti ini salah?
Ketika kelas 2 SMP saya diajar oleh seorang guru PPKn yang juga kepala sekolah waktu itu. Beliau menggunakan metode evaluasi belajar sangat unik dan sampai sekarang masih saya ingat. Zaman dahulu (mungkin sekarang juga) ada sebuah buku kumpulan soal berjudul LKS. Lembar Kerja Siswa berisikan soal-soal pilihan ganda, isian singkat, dan uraian. Yang menarik adalah bagaimana beliau meminta kami menjawab pertanyaan pilihan ganda. Kita tahu bahwa pelajaran PPKn seringkali memberikan soal pilihan ganda dengan opsi yang benar semua. Beliau meminta agar setiap jawaban yang kami pilih harus disertai alasan. Jawaban mana yang kami pilih tidak terlalu penting, yang penting alasannya. Karena hal tersebut, bisa jadi dua anak menjawab dengan pilihan jawaban yang berbeda tapi sama-sama bisa diterima meski salah satu tetap menjadi yang paling tepat.
Ah, marilah kita menghargai proses berpikir seseorang, luruskan yang salah dg standar, bukan dg subjektivitas pendapat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar