Landasan Syar’i Mengupdate Status Facebook

Saya belum punya kapasitas untuk istidlal (mengambil dalil mengenai suatu perkara) dan sama sekali tidak punya hak ijtihad dalam masalah Facebook. Hanya saja saya ingin menyampaikan alasan kenapa saya (jadi) hampir setiap hari mengupdate status di Facebook.

***Diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Umar rodhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah dibenarkan bagi seorang muslim yang dia itu mempunyai sesuatu untuk dia wasiatkan, sampai berlalu dua malam, kecuali baginya adalah menulis wasiat itu –kecuali wasiat itu tertulis di sisinya-“ (Muttafaqun ‘alaih. Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim) di dalam riwayat Muslim, Rosulullohu shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “lebih dari tiga hari”. Ibnu ‘Umar berkata, tidaklah berlalu satu malam pun semenjak aku mendengar sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tersebut kecuali senantiasa wasiatku ada di sisiku.***

Hadits ini pula yang pada waktu itu menjadi alasan kuat saya untuk melanjutkan pengelolaan blog di PEJUANGPERADABAN.BLOGSPOT.COM.

Betapa sia-sianya akun Facebook kita jika hanya diisi dengan “sampah” pribadi. Naif sekali jika status kita hanya berisi diskusi “kentut sosial” (istilah teman saya). Oh meruginya jika fasilitas ini tidak menjadi salah satu jalan kita memperoleh kemuliaan di akhirat.

Beberapa sahabat saya pernah meniatkan untuk menghapus akun Facebook mereka dengan alasan bahwa aktivitas yang SIBUK (sedikit-sedikit fesbuk) telah begitu mengurangi produktivitas. Bagi saya, biasa saja, asal setiap kali mau log in kita meluruskan niat, “Kalo nggak dapet manfaat maka harus ngasih manfaat”. Dengan begitu tak perlu berlama-lama online, cukup dalam rentang waktu manfaat.

Setelah menimbang-nimbang kembali kemanfaatan Facebook, saya selalu berusaha memastikan bahwa apa yang saya tulis (status, catatan, komentar, dsb) adalah kata-kata bermanfaat dan berpengaruh bagi jiwa sehingga bisa menggerakkan orang untuk mengerjakan kebaikan. Tidak masalah jika tiap hari kita mengupdate status asal status itu bernilai manfaat dan masuk kategori tawashou (berwasiat yang baik).

Jika mempunyai nasihat, jangan pernah menyimpannya tapi sampaikanlah pada orang lain, tulislah. Tulis nasihat kita dalam sebuah buku atau apapun. Mungkin juga seperti yang cukup sering saya lakukan, menanti mata terpejam sambil menulis menggunakan HP dan mengirimkannya ke Facebook. Ketika menulis di komputer desktop terasa menjenuhkan, menulis di HP terkadang lebih bisa rileks dan mengalir. Menurut saya hal tersebut merupakan salah satu kemanfaatan kecil yang bisa saya lakukan untuk orang lain. Yah, berusaha memberikan kontribusi pada umat semampu saya melalui status Facebook.

Merangkum hikmah sehari pada sebuah status, apa susahnya? Seharian menjalani hidup pasti ada hikmah dan nasihat yang bisa kita tulis atau kita sampaikan pada orang lain untuk dibaca. Alhamdulillah, saat ini ada fasilitas yang tidak hanya menyimpan tulisan nasihat kita tapi juga mengizinkan orang lain membacanya bahkan menyebarluaskannya. Siapa tahu Alloh memberikan hidayah pada seseorang melalui tulisan ringan kita dan itu pahalanya sangat istimewa.

Saya bukan menyeru untuk meramaikan Facebook yang katanya termasuk produk orang Yahud tapi mengajak saling menasihati. Ayolah kawan, gunakan segala yang ada di dunia ini untuk memperoleh credit point di akhirat. "Dengan fasilitas/ modal seadanya, raih pahala sebanyak-banyaknya". Itu prinsip ekonomi seorang muslim.

Satu lagi, yang kita cari bukan berapa banyak yang “nge-like” atau mengomentari postingan kita. Orang lain membaca lalu tergugah hatinya, itu sudah cukup, tidak perlu “delivery report”. Baiklah, saya kira kita sudah cukup bijak untuk memilih. Allohu ghoyatunaa...

LURUSKAN NIAT, TERUS BERKARYA DAN TETAP SEMANGAT! :D

2 komentar:

astari mengatakan...

asslmlkm ustadz, syukran ustadz,minta izin sekalian u di share ma tmn2 yang lain

Akhid Nur Setiawan mengatakan...

wa 'alaikumussalaam, tafadhol... :)

Posting Komentar