Mendadak langit kamarku mendung
Tanpa petir tapi gerimis
Purnama mengecewakan
Benar-benar menyakitkan
Bagai ribuan jarum akupunktur menusuk dadaku
Bagai alat bekam menyedot darah di jantungku
Hancur!!!
Purnama, kau pergi saja!
Ternyata kau sama saja
Hanya singgah dan berlalu
Kupikir terang di sisimu
Kulihat gelap memayungmu
Kecewa!!!
Loro bronto ditinggal lungo
Lungamu karo wong liyo
Sakarepmu!!!
Sliramu cidro
Opo ngerti sliramu?
Atiku keloro-loro!!!
Oalah, dasar boyo!!!
Ndang nyingkiro!!!
Lega rasanya bisa menyalak
Tapi tetap sakit
Atas nama seluruh keluargaku,
Pergi!!!
Bawa pulang senyummu!
Ora butuh aku!
Wes ra sudi nyawang rupamu...
Aku trauma
Tapi aku tak perlu belas kasihanmu
Aku hanya ingin sendiri kini
Cukup gerimis temanku
Kuharap dia setia
Tak sepertimu
Ini semua gara-gara kelakuanmu!
Salahmu!
Kalau sampai aku tak bisa lagi jatuh cinta
Karena aku lupa caranya
Semua terbawa terseret bayanganmu...
Aku pun hampa...
Tanpamu hampa
Tak bisa kututupi
Semakin hampa ketika ada yang berbicara "Sejak dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir"
Haaah...
Mung marai tambah nglangut...
Aku ingin jatuh cinta pada orang lain
Tapi tak bisa
Kenapa oh kenapa?
Tahap-tahap berkabung sudah selesai
Aku sudah bisa menerima keadaan
Ikhlas...
Tapi koq koyo ngene rasane
Pengen nangis ra iso
Pengen ngopo wae ra kepenak
Jarene Ungu, "Pernahkah kau merasa... Hatimu hampa? Pernahkah kau merasa... Hatimu kosong?"
Oalah... Lelakon opo to iki?
Haahhh...
Hidup gontai karena patah hati sepertinya jauh lebih baik daripada mati ditelan kehampaan...
Pengumuman!!!
Pengumuman!!!
Aku lupa cara jatuh cinta...
Ibu-ibu bapak-bapak tolong aku!
Aku lupa-lupa caranya
Benar-benar lupa caranya
Dan sama sekali tak ingat syairnya...
*terinspirasi oleh kisah seorang kawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar