“Sepertinya mujahid itu telah pergi ke Palestina atau Afganistan dan meninggalkan jasad beserta sifat-sifat kemunafikannya di sini...” ujar seorang kawan waktu beliau menyadari bahwa produktivitas dakwahnya kian menurun, keteguhannya di jalan dakwah semakin gontai.
Ikhwah fillah yang dirohmati Alloh, pernahkan antum merasa kehilangan militansi? Ya, bolehlah kita sebut dengan futur. Atau tanpa disadari saat ini sesungguhnya kita sedang pelan-pelan menghapus militansi itu? Aktivitas dakwah yang melelahkan telah kita ganti dengan aktivitas-aktivitas duniawi yang menyenangkan. Produktivitas membina telah kita ganti dengan kesibukan mencari ma’isyah, kuliah, atau justru hal lain yang jauh lebih tidak produktif dari keduanya. Ikhwah yang dahulu kesana kemari tholabul ‘ilmi, mendatangi halaqoh qur’an, syuro lembaga dan koordinasi... ke mana kini?
Ketika amanah-amanah dakwah formal mulai tertanggal, muncullah bisikan syetan agar kita istirahat sejenak. Jika kita ikuti bisikan itu, boleh jadi syetan akan beranjak pada bisikan berikutnya “sebentar lagi”, lalu “lama sedikit tak mengapa, sudah ada yang menggantikan kerja-kerja dakwah itu”, bukan tidak mungkin hati yang terlanjur dikuasai syetan akan menuruti bisikan “berhenti saja, toh sudah tidak punya tanggung jawab langsung”. Na’udzubillah... Di sinilah peran keikhlasan. Jikalau kita kehilangan penjagaan terhadap niat yang ikhlas niscaya akan dengan mudah syetan membisikkan was-was, akan dengan mudah kita berhenti beraktivitas, akan dengan mudah kita mencari permakluman dan alasan untuk tidak berkontribusi.
Sudah fitroh kita sebagai manusia bahwa iman senantiasa bertambah dan berkurang, bertambah dikarenakan taat dan berkurang dikarenakan maksiat. Maksiat kader dakwah tentunya tidak seperti maksiat pada umumnya seperti khomr, judi, dan sebagainya. Bisa jadi sekali meniggalkan sholat jama’ah diganti sholat munfarid sudah masuk dalam kategori maksiat bagi kader dakwah. Lalai komitmen amal harian atau komitmen pekanan juga bisa tergolong maksiat jika kita pernah mengikrarkan diri dan bertekad menjadi pengusung dakwah islam ini. Bahkan, terlalu banyak mengonsumsi hal mubah seperti FACEBOOK mungkin juga sudah masuk kategori maksiat... :D
Pernah suatu saat Umar bin Khoththob menanyai pasukannya tentang sholat malam mereka. Tak banyak yang mengiyakan. “Bagaimana mungkin Alloh akan menurunkan pertolongan dan kemenangannya?” geramnya. Allohu a’lam...
Saudaraku di jalan dakwah, sungguh masih banyak wilayah yang belum tersentuh dakwah. Masih banyak masyarakat yang menunggu uluran iman kita. Ketahuilah bahwa musuh-musuh islam sama sekali tak pernah berhenti untuk menjalankan makar mereka, fitnah dan penyesatan. Banyak yang masih perlu kita lakukan jika kita benar ingin menggapai kemenangan dan kemuliaan. Usia kita mungkin tak kan cukup untuk memenangkan kembali agama ini biidznillah. Perlu sekian generasi untuk menegakkan dien ini di tengah gempuran problematika umat yang beraneka macam tiada habisnya. Tak sepantasnya kita memanjakan diri dengan ketenangan semu. Umat menanti dakwah kita, mereka perlu aksi-aksi penyelamatan dari para da’i.
Kesyirikan dan kemaksiatan merajalela di negeri ini. Kejahiliahan kembali merebak dan semakin merebak. Generasi muda yang hanya mengerti mode dan teknologi semakin umum. Di mana posisi ilmu syar’i? Konon seorang teman pernah menulis mengenai UIN (Universitas Islam Negeri). UIN di berbagai kota, jurusan pendidikan yang banyak diminati bukan lagi cabang-cabang ilmu syar’i tapi ilmu-ilmu yang sifatnya sekunder. Siapa yang akan menjaga dan mengingatkan umat ini? Siapa yang akan melanjutkan para ulama salafush sholih penuntut ilmu syar’i dan para masyayikh? Sungguh, dakwah ini meliputi segala sisi kehidupan, masih banyak yang perlu kita celupi dengan warna Ilahi.
Apakah sudah puas dengan lima atau sepuluh tahun menjadi aktivis dakwah? Apakah merasa sudah mempunyai hujjah di hadapan Alloh agar terbebas dari siksa neraka? Apakah sudah cukup amal kita untuk mencari ridho Alloh? Subhanalloh...
Di area dakwah sya’bi (kemasayarakatan) ada suatu istilah unik yang menggejala di kalangan aktivis dakwah; “BIREN” -bar rabi leren-. Setelah menikah maka berhentilah aktivitas dakwah. Entah apa alasannya tapi ini nyata terjadi. Sampai-sampai ada beberapa kawan yang mengistilahkan SMS (Selagi Masih Single) atau MMS (Mumpung Masih Single) sebagai antitesis dari BIREN. Hal ini disebabakan adanya sinyalemen yang menunjukkan bahwa aktivitas dakwah seorang bujang hampir dapat dipastikan pasti lebih produktif dari seorang yang sudah menikah. Bagaimana idealnya? Silakan jawab sendiri.
Ikhwah fillah yang semoga diberi keistiqomahan oleh Alloh, berikut ini ada beberapa kutipan apa yang disampaikan oleh KH Rahmat Abdullah mengenai militansi:
“Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.”
“Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.”
Ayyuhal ikhwah, marilah kembali tumbuhkan militansi itu, panggil pulang mujahid dari Palestina, biarkan berkarya bagi bangsa. Nampaknya bangsa ini juga membutuhkan militansi para mujahid. Jalan nan panjang berliku, banyak rintangan, sedikit rijal, dan banyak godaan ini perlu diperjuangkan dengan kesungguhan. Teruslah berkarya, berkarya, dan berkarya. Berikan sedikit kontribusi bagi dakwah ini, sedikit lagi, dan lebih banyak lagi, berikan seluruhnya, harta dan jiwa. Kelak Alloh akan menggantikan semua dengan surga, keindahan yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, tak pernah terlintas dalam pikiran.
Saudaraku, kiranya sedikit tulisan ini dapat menjadi pemantik lahirnya kembali semangat juang para mujahid. Songsong kemenangan dan pertolongan Alloh dengan usaha dan kesungguhan kita. Dunia menantikan kebangkitan umat ini dari bangsa kita, Indonesia. Lihatlah fitnah dan perusakan terhadap aqidah dan pemahaman ditujukan musuh-musuh islam pada umat di negeri ini. Negeri kita benar-benar diperhitungkan. Usaha memecah belah sesama negeri muslim, dan masih banyak lagi.
Allohu akbar!
Bangkitlah para mujahid!
Tidakkah panggilan Alloh melantun indah???
Jangan pernah lelah ataupun lengah!
Tetaplah bertahan dan bersiapsiagalah!!!
Anda dapat mendownload kumpulan tulisan “Untukmu Kader Dakwah” dari Ustadz Rahmat Abdullah di sini atau kunjungi pejuangperadaban.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar