Sebuah perjalanan
Hanya sebuah perjalanan singkat.
Yah, hidup kita hanyalah sebuah perjalanan singkat. Kelak ketika kita
dibangkitkan dari alam kubur mungkin kita akan merasa betapa singkatnya hidup
yang telah kita lalui, seakan hanya seesok atau sesore saja. Hidup ini memang
singkat, hanya mampir ngombe.
Dalam singkatnya hidup, kita
harus berbuat sesuatu. Sesuatu yang akan menjadikan hidup kita di masa depan
berlangsung kekal dalam kesenangan, jannah. Hidup kita tak akan bermakna tanpa
kebermanfaatan bagi orang lain.
Kenapa “Pejuang Peradaban”?
Frasa “Pejuang Peradaban”
terinspirasi dari seorang teman sekamar saya ketika di Islamic Centre
Al-Muhtadin Seturan Depok Sleman DIY. Di pintu kamar kami tertempel “Kamar
Pejuang-Pejuang Peradaban”. Saya yang menempelkannya, di bawah tulisan itu saya
tulis nama dan kampus kami.
Pada tahun 2008 saya mencoba
membuat sebuah blog. Saya memberinya alamat http://pejuangperadaban.blogspot.com
dengan tagline “Kegagalan atau keberhasilan bukanlah isyarat untuk berhenti
berjuang”. Hanya satu harapan ketika itu, apa yang saya tulis bisa menjadi
inspirasi bagi orang yang tidak sengaja membacanya.
Niat saya untuk senang menulis
semakin dikuatkan ketika mendengar sebuah perkataan Rosululloh, ***Diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Umar rodhiyallohu ‘anhu,
bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah
dibenarkan bagi seorang muslim yang dia itu mempunyai sesuatu untuk dia
wasiatkan, sampai berlalu dua malam, kecuali baginya adalah menulis
wasiat itu –kecuali wasiat itu tertulis di sisinya-“ (Muttafaqun
‘alaih. Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim) di dalam riwayat Muslim,
Rosulullohu shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “lebih dari tiga
hari”. Ibnu ‘Umar berkata, tidaklah berlalu satu malam pun semenjak aku
mendengar sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tersebut
kecuali senantiasa wasiatku ada di sisiku.***
Menulis vs Skripsi
Saat itu saya sedang mengerjakan
skripsi. Betapa beratnya jari-jemari mengetukkan kalimat-kalimat ilmiah di
keyboard. Untuk meringankan beratnya, maka beberapa bulan hanya saya gunakan
untuk searching jurnal dan bahan untuk skripsi. Selain searching, saya
memainkan game belajar mengetik 10 jari. Alhamdulillah, sekalipun skripsi belum
selesai tapi akhirnya saya lumayan menguasai teknik mengetik 10 jari.
Mengetik 10 jari sangat
mempermudah proses-proses penyusunan skripsi saya. Saya terbiasa membuat janji
dengan dosen untuk konsultasi, setelah itu baru mengetik apa yang seharusnya
dikonsultasikan. Dalam keadaan deadline saya berhasil mengasah keterampilan
mengetik 10 jari saya. Alhamdulillah.
Anehnya, saya begitu produktif
menulis blog tapi sangat tidak produktif menulis skripsi. Teman saya sampai
mengomentari dalam sebuah posting, “Seandainya kamu menulis skripsi sebagaimana
kamu menulis blog, mungkin skripsimu sudah selesai”
Menghimpun yang Terserak
Siti Amriyah, akhirnya saya
menemukannya. Dialah kado terindah dari Alloh. Selepas wisuda sarjana saya
memberanikan diri untuk berproses menuju pernikahan. Dalam waktu kurang lebih
dua bulan dari pertama kali saya mengungkapkan keinginan untuk menikah pada
ustadz saya, akhirnya saya menikah. Jika dihitung dari pertama kali kami
bertemu, hanya 20 hari; 10 April hingga 1 Mei.
Setelah menikah saya jadi jarang
sekali menulis. Mungkin curahan hati dan pemikiran saya beralih dari menulis ke
mengobrol. Istri saya selalu antusias mendengar maupun mendiskusikan masalah
umat ketika bersama dengan saya. Ternyata, dan memang sudah nampak ketika kami
saling membaca biodata, kami mempunyai visi yang sama. Memberdayakan umat,
membangun sebuah peradaban.
Dari setahun pernikahan kami,
kami dikaruniai seorang putri. Putri pertama kami beri nama Halilah Halimah
Mursyidah. Halilah berarti solusi. Halimah (nama pengasuh dan ibu susuan Nabi),
yang berarti lembut namun juga tegas. Mursyidah berarti penunjuk atau pemimpin.
Semoga ia dan anak keturunannya menjadi bagian dari solusi atas masalah-masalah
umat.
Tentang Peradaban
Sesungguhnya Islam telah sempurna
dalam mengajarkan bagaimana peradaban yang ideal. Kita tak perlu mencari sistem
apa sebenarnya yang bisa mewujudkan sebuah kehidupan ideal. Sistem itu sudah
ada dan tak terbantahkan: Islam. Asal kita mau dan ridho menjadikan Alloh
sebagai satu-satunya Robb, Nabi Muhammad sebagai nabi dan rosul-Nya, Islam
sebagai agama kita, insyaalloh peradaban idaman akan hadir di muka bumi.
Kita diciptakan oleh Alloh dengan
banyak tujuan. Diantara tujuan Alloh menciptakn manusia adalah agar menjadi
hamba yang senantiasa beribadah menyembah hanya pada Alloh dan menjadi khalifah
pengelola bumi. Beribadah menjadi tanggung jawab pribadi, akan tetapi
adakalanya ibadah harus berjama’ah. Begitu juga dengan tugas kekhalifahan, ia
harus berjamaah dan berstrategi.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam telah berhasil mengubah peradaban gelap nan acakadut masa jahiliyah
menjadi peradaban aman tenteram bahagia sejahtera masa Islam. Islam telah
terbukti bisa mengayomi keberagaman penduduk Madinah. Negeri Madinah tidak
pernah diproklamasikan sebagai sebuah negara namun keberadaannya menjadi
percontohan sebuah negeri yang ideal. Peradaban madani peradaban impian.
Menjadi Bagian Kecil
Peradaban tidak terbentuk begitu
saja. Peradaban terbentuk atas beraneka macam elemen. Peradaban akan menemukan
bentuknya sendiri, bentuk yang paling dirasa nyaman bagi semua anggota dalam
sebuah peradaban. Setelah sekian waktu, hanya Islam yang terbukti menjadi
solusi atas segala permasalahan.
Peradaban terdiri atas
bagian-bagian kecil. Bagian kecil itu adalah kita. Jika bagian-bagian kecil
dari peradaban hanya berupa bagian-bagian yang buruk dan tidak kokoh, buruklah
peradaban, niscaya. Jika bagian-bagian penyusun peradaban adalah bagian-bagian
yang baik dan kokoh, akan baiklah sebuah peradaban.
Yang bisa kita lakukan adalah
menjadi bagian kecil yang baik dan kokoh. Sembari memperbaiki dan mengokohkan
diri, kita perlu mempengaruhi orang lain agar tahu mau dan mampu menjadi bagian
kecil yang kokoh pula. Semakin banyak orang yang kita ajak, kebaikan akan
menjadi dominan. Dominasi kebaikan akan menghapus keburukan. Kehadiran Al-Haqq
akan memusnahkan Al-Bathil.
Sebuah Pertarungan Abadi
Kebaikan dan keburukan senantiasa
bertarung hingga akhir zaman. Lama-kelamaan saya tidak lagi mempercayai itu.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS Al-Isro: 81)
Dari ayat tersebut saya mengambil
ibroh bahwa kebaikan dan keburukan itu sebenarnya tidak bertarung. Ini hukum
pastinya: Kebaikan (Al-Haqq) pasti menang, jika Al-Haqq datang, Al-Bathil pasti
musnah, Keburukan (Al-Bathil) pasti kalah.
Analogi serupa: Hizbulloh pasti
menang, Hizbusy-syaithon pasti kalah. Kita hanya harus memilih, ingin ikut
partai Alloh (golongan Alloh) atau ikut partai Syetan. Ini semua merupakan
kepastian dari Alloh. Alloh tak pernah salah. Kebenaran-Nya pasti. Kebenaran
datang dari Alloh, maka janganlah kita ragu.
Turut Barisan Kami
Mari bergabung dengan
pejuang-pejuang peradaban lain. Mari ambil bagian dari perbaikan peradaban.
Kalaupun tidak ikut bergabung dalam satu barisan, pastikan kita satu tujuan.
Kalaupun tidak ikut berjuang, Anda akan tetap diperjuangkan sebagai bagian dari
peradaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar