Al-Hasan bin Ali berkata, "Penghafal Al-Qur'an ada tiga macam: Pertama, seorang yang baik bacaan dan suaranya lalu pergi dari satu kota ke kota lain untuk memperoleh imbalan dari orang-orang. "Penghafal Al Qur'an ada tiga macam. Pertama, seorang yang baik
bacaan dan suaranya lalu pergi dari satu kota ke kota lain untuk memperoleh
imbalan dari orang-orang. Kedua, seorang yang hafal huruf-hurufnya
tetapi menyia-nyiakan hukum-hukumnya, mencari simpati penguasa dan mencari
popularitas. Ketiga, mengerti maknanya, memeliharanya, mengamalkannya
untuk berdakwah dan beribadah. Yang inilah sebaik-baik penghafal Al
Qur'an."
Al-Qur'an adalah seperti manual
book dalam kita menjalani kehidupan di dunia agar tak menyesal di akhirat.
Tak hanya bacaan, tak hanya keajaiban, Al-Qur'an meliputi segala ilmu. Ilmu
Al-Qur'an harus kita pahami, amalkan, dan dakwahkan. Semestinya para pengajar
itu hafal. Semestinya para penghafal itu mengajar.
Jika hanya dunia yang kita cari,
kita hanya akan mendapatkan dunia, bahkan tidak sama sekali. Jika kita mencari
akhirat, insyaalloh dunia akhirat akan kita dapatkan.
Dalam Kitab al-Imarah Imam Muslim
meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda, “Sesungguhnya golongan pertama manusia yang akan
diadili pada hari kiamat ada tiga.
Di antaranya adalah seorang lelaki yang mati dalam upaya mencari kesyahidan. Dia didatangkan dan ditunjukkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang sekiranya akan dia peroleh karena amalnya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang sudah kamu kerjakan untuk mendapatkannya?’. Dia menjawab, ‘Aku telah berperang di jalan-Mu sampai akhirnya aku mati syahid.’ Allah berkata, ‘Dusta kamu. Sebenarnya kamu berperang demi mendapatkan julukan sebagai orang yang gagah berani, dan hal itu telah kamu dapatkan.’ Lantas orang itu diseret oleh malaikat dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dilemparkan ke dalam neraka.
Kemudian, ada seorang lelaki yang suka mempelajari ilmu dan mengajarkannya, serta pandai membaca al-Qur’an. Dia pun didatangkan. Ditunjukkanlah kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang akan diperoleh karena amalnya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang sudah kamu kerjakan untuk mendapatkannya?’. Di menjawab, ‘Aku telah mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca al-Qur’an untuk-Mu.’ Allah mengatakan, ‘Dusta kamu. Sebenarnya kamu mempelajari ilmu demi mendapatkan sebutan sebagai orang yang berilmu, dan kamu membaca al-Qur’an agar disebut sebagai ahli baca al-Qur’an. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan.’ Lantas orang itu diseret oleh malaikat dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dilemparkan ke dalam neraka.
Berikutnya, seorang lelaki yang Allah lapangkan untuknya harta dan Allah berikan kepadanya berbagai jenis kekayaan. Dia pun didatangkan. Ditunjukkanlah kenikmatan-kenikmatan yang akan diperoleh dengan sebab amalnya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang sudah kamu kerjakan untuk mendapatkannya?’. Dia menjawab, ‘Tidak pernah aku lewatkan satu perkara pun yang Engkau sukai untuk aku berinfak kepadanya, melainkan aku pasti telah menginfakkan hartaku padanya karena-Mu.’ Allah berkata, ‘Dusta kamu. Sebenarnya kamu lakukan itu agar kamu disebut sebagai dermawan, dan hal itu telah kamu dapatkan. Kemudian orang itu pun diseret dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim [1905], lihat Syarh Muslim [6/531-532])
Tidak ada komentar:
Posting Komentar