Dalam diamku,
dalam gerak "intolerancy activity"ku,
dalam segala keterbatasanku,
aku masih menunggu...
Saat langkahku limbung,
saat tekanan intra kranialku meningkat,
kedua bola mataku seakan ingin meloncat,
diselimuti febris yang tak kunjung reda,
aku masih menunggu...
Aku tahu kau akan datang,
kulihat cahayamu kian terang,
bahkan di sekelilingmu memendar warna pelangi,
indah sekali...
Aku tahu waktu menanti hanya sebentar lagi,
"sepenggal bulan kan kembali menjadi purnama yang terang"...
Kusungkurkan wajahku,
agar aku sedekat-dekat Robb-ku,
"Rindu!" aku mengadu...
Belum puas maka tengadahku,
kutelungkupkan ke atas lah tanganku,
semoga maqbul pintaku,
"Rindu!" mengeluhku...
Kau tahu?
Langitku rindu purnamamu,
gelapku rindu cahayamu,
buramku rindu cerah ceriamu...
Berpalinglah!
Larilah ke ujung barat!
Aku tetap menantimu...
Aku tahu bumi itu bulat,
bumi berotasi,
ia pula pusat revolusimu,
engkau pasti kembali,
atas izin Robb-mu...
Aku pun tahu,
yang akan kutemui bukanlah purnama,
seperti aku melihatmu dulu,
purnama yang lain,
tetapi tetapkah dirimu tetap kan rembulanku?
Di penghujung nantiku,
kuyakinkan sekali lagi,
purnama pasti kembali,
meski bukan dirimu,
karena purnama telah berlalu,
dan kunanti purnama baru...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar