Lihatlah wajah lelahnya, kantung matanya, keseriusannya memikirkan negeri ini
Ingat marahnya pada kepala daerah yang tertidur ketika beliau menjadi pembicara di sebuah forum?
Nampaknya letih telah jadi sahabatnya, kerja keras telah jadi kesehariannya...
Ketika yang lain berusaha meraih simpati dengan orasi heroik mereka,
Hanyalah ia yang dengan normatif menginginkan agar silaturohim antar kompetitor tetap terjaga
Benar, itulah pidatonya dalam deklarasi pemilu damai bersama KPU
Satu-satunya pasangan yang berbicara tentang kita bersama,
Tentang suksesnya pemilu, tentang kampanye berbudaya
"Orasi terburuk diantara dua pasangan lain," kata komentator
Itulah “keluguannya” dalam mencari solusi atas keadaan aktual saat ini,
Saat kita sedang menghadapi sebuah momen besar bertajuk PEMILU...
Nampak keinginannya "ngemong" dua pasangan lain
Bisa kita tangkap pula bahwa ia akan sangat sedih
Jika hanya karena PEMILU bangsa ini terpecah belah
Pasangan lain memikirkan hal itu dalam orasi mereka?
Pilihlah pemimpin bukan karena pidatonya
Tapi karena kata-kata yang muncul dari dalam lubuk hatinya,
Sekalipun membaca dan terbata...
***
“Bukahkah sebaiknya perubahan, Bung?”
Benar, tapi ingat, suatu perubahan tak akan bermakna signifikan jika tidak berkelanjutan...
Partai -partai reformis telah sepakat mendukung terus
Perubahan harus dilanjutkan
Sehingga kestabilan akan menjadi dinamika tersendiri di tengah globalisasi...
Atas kehendak-NYA, partai pengusung utama memperoleh suara lebih sebatas syarat yang diajukan KPU untuk mengajukan pasangan
Lalu partai-partai pembaharu saling berkomunikasi dengannya
Bukan ia yang ke sana kemari mencari pasangan koalisi
Ia mempertimbangkan, ia bicara tegas,
Dan mungkin berusaha adil dengan memilih pasangan non partisan
Sekalipun banyak yang kecewa, dukungan tetap padanya...
Seorang nan tegas dan berwibawa
Dipasangkan dengan seorang yang dalam perjalanan hidupnya lebih banyak diwarnai narasi perjuangan sebagai guru dan dosen
Seorang gagah patriotik
Berpasangan dengan pembicara lemah lembut penuh senyum
Pasangan yang benar-benar memahami apa yang sedang dijalani bangsa ini
Pasangan yang mengerti betul bagaimana perjalanan harus dilanjutkan
Pasangan yang didukung koalisi partai-partai penopang reformasi
Pasangan yang jika menang tentulah akan banyak kontrol kebaikan di sekitarnya
Inilah sebuah koalisi minim ambisi pribadi, inilah pasangan reformis sejati...
***
Dengan tidak mengagungkan simbolisme
Dengan tidak tergesa-gesa
Sekalipun sering dianggap sebagai peragu, bukan itu makna sebenarnya,
Tapi mengambil keputusan dengan banyak pertimbangan dan berpikir jangka panjang
Tuturnya bahwa malam sebelum menaikkan harga BBM ia melakukan tahajjud bersama sang istri, berpasrah
Tentunya setelah berdiskusi dengan para pakar
Benarlah langkahnya, ISTISYAROH dan ISTIKHOROH...
***
Ia yang sedikit tertawa, sedikit bercanda
Ia yang sedikit selengehan dan menyindir
Ia yang lugas dan bicara jelas
Semoga ia banyak ingat akhirat
Ingat bahwa semuanya kelak dipertanggungjawabkan...
Mario Teguh pernah berhikmah bahwa siapapun yang menjadi presiden Indonesia, hal itu tidak akan berpengaruh terhadap rizki yang kita dapat
Masalah rizki adalah urusan kita dengan Tuhan...
Bukan presiden yang akan menjadikan negeri ini sejahtera,
Bukan, bukan mereka yang mengatur siapa yang jadi rakyat kecil, pengusaha besar atau orang kaya
Keimananlah yang akan menjadi faktor pembuka pintu barokah dari langit dan bumi...
Jangan mengharap pada penguasa
Kita hanya perlu mendukungnya, mengikutnya, dan mengingatkan ketika lupa
Dalam hal yang tidak menerjang aturan-NYA, sami'na wa atho'na...
Bukanlah akhlak terbaik kita jika seringan bibir menjelek-jelekkan penguasa
Atau menyakiti hatinya dengan berujar "aku yang layak jadi penguasa"
Yah, semoga semua kian barokah
Tidak hanya kesejahteraan yang merata di dunia
Tapi kesadaran bersama akan fananya dunia...
***
“Hehe... ane merasa lucu aja. Dulu waktu Pemilu legislatif nggak ada yang menjadikan Islam sebagai isu sentral. Tapi sekarang ini Islam sepertinya menjadi komoditi yang laku dan seksi untuk dijual. Bahkan dulu PKS disebut-sebut nggak akan meraih banyak suara kalau terlalu banyak mengusung Islam dalam kampanyenya. Pertanyaan ane kenapa baru sekarang isu Islam diusung, nggak dari dulu waktu Pemilu legislatif. Ini kan aneh...”
Itu komentar seorang kawan ketika kami membicarakan pilihan koalisi PKS yang tidak berpihak pada pasangan yang bahkan masing-masing istrinya berjilbab.
Sesungguhnya memilih pemimpin dalam proses Pemilu di negeri ini tidak sesimpel memberi centangan pada nomor, foto, atau nama pasangan calon
Pertimbangannya pun tak layak dari sekedar isu
Harapan, keterwakilan dan aspirasi disampaikan tidak semudah masa Khulafaur Rosyidin
“Wahai amirul mukminin, sesungguhnya aku begini dan begini...”
Ada sistem yang lebih “mengatur” karena urusan-urusan juga tidak semudah masa itu
Ada kesepakatan-kesepakatan untuk memperoleh mashlahat...
Pada kenyataannya partai-partai yang berasas maupun berbasis masa Islam telah berkumpul dalam koalisi pengusung SBY-BOEDIONO...
Koalisi tidak semata mencari kursi menteri...
Koalisi mencari masholih...
Koalisi mencari manfaat yang lebih besar...
Koalisi menghindari keburukan yang lebih besar..
Tentu saja musyawarah mempunyai nilai lebih tinggi,
Dibanding pertimbangan individu yang lebih dekat dengan hawa...
Dan partai-partai itu telah bulat mendukung
Partai-partai reformis juga partai-partai Islam membentuk “platform based coalition”
Kesepakatan dan kontrak telah dibuat
Apa yang akan diperjuangkan untuk bangsa ini
Apa yang akan diperjuangkan untuk Islam,
Untuk bangsa-bangsa Islam yang belum merdeka
Pembicaraan yang tidak sekedar “ngoyoworo” meributkan keterwakilan
Di sana ada kejelasan langkah dan kontrol
Bayangkan jika kita menjatuhkan pilihan pada pilihan individu
Atas pertimbangan “nampaknya”
Atas pertimbangan pribadi yang dikumpulkan, bukan musyawarah
Tak ada sistem yang terbangun di sana
Bagaimana cara mengimplementasikan keterwakilan itu?
Kita perlu menimbang-nimbang lagi
Kita perlu minilik kaji ulang
Apa yang sedang kita perjuangkan
Kesholihan individu belum tentu menjadi mashlahat besar bagi negeri ini
Kita menginginkan kesholihan individu yang berkontribusi besar bagi mashlahat bangsa...
Kita berusaha membangun sistem
Kita tidak membangun pemujaan terhadap individu...
Bukan sosok SBY dan BOEDIONO yang menjadikan koalisi ini menjadi pilihan
Mereka hanya “aktor” yang kebetulan memerankan tokoh sebagai sang calon pemimpin...
Kita memohon pada ALLOH agar kebaikan keduanya mabruk dan bermanfaat luas...
Kita memohon pada ALLOH agar kita terlindungi dari keburukan keduanya...
Agar kita terlindung dari keburukan jiwa dan perbuatan kita...
Kita memohon agar ALLOH memberi kebaikan yang lebih banyak lagi pada pasangan ini...
Moga jadi kebaikan bagi kita, agama, penghidupan, akibat dari segala urusan, serta akhirat...
Moga kita dikaruniai kemudahan dan barokah dalam pilihan kita, dalam semua hal...
Semoga koalisi ini membawa negeri kita ke arah yang semakin baik...
Semakin dekat dengan cita-cita kita...
Negeri yang Madani...
***
Ketika langkahnya adalah untuk kebaikan dan perbaikan,
Tidak berlebihan kiranya kita menjawab seruannya
Dengan pekik lebih lantang, "SIAP! LANJUTKAN!"
NB:
Adalah ia pula yang banyak berkarya menggubah lagu...
Menunjukkan seimbangnya otak kiri dan kanan... :D
Dari hati,
-Akhid Nur Setiawan Abu Kholid bin Jamal Assulaimani-
Ini tulisan edisi kampanye, hehe...
26 Juni 2009 jam 10:04
Tidak ada komentar:
Posting Komentar